Laman

Sabtu, 06 Oktober 2018

TT L E2 TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL “MAKMURKAN KEHIDUPAN”


TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
“MAKMURKAN KEHIDUPAN”
Diky Yusuf Setiyadi
NIM: 2117380
Kelas (L) 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. ibarat seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari pengalaman selama perjalanan.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu – individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi – institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi tersebut masih belum memproduksi individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu yang beradab.
Agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integrative dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Dalam makalah ini saya berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil naqli yang sudah ada dalam al–Qur`an, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian. Dalam makalah ini kami akan menguraikan tafsir tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan pendidikan, yaitu pada QS. Al – Baqarah [2]: 201



B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana penjelasan tentang tujuan pendidikan mengenai kemakmuran dan kehidupan dunia?
2.         Bagaimana dalil memakmurkan kehidupan dunia?
3.         Bagaimana penjelasan mengenai makmur pintu damai sejahtera?

C.      Tujuan
1.         Mengetahui tujuan pendidikan mengenai kemakmuran dan kehidupan dunia;
2.         Mengetahui dalil memakmurkan kehidupan dunia;
3.         Mengetahui penjelasan mengenai makmur pintu damai sejahtera.

















PEMBAHASAN
A.      Kemakmuran dan Kehidupan Dunia
Menurut Dr. Syauqi Ahmad Dunya dalam bukunya berjudul Al-Iqtisad Al-Islami, aspek-aspek kehidupan dalam pandangan Islam dibagi berdasarkan kebutuhan (al-Haajah) yang diatur berdasarkan tujuan mendapatkan mashlahat dunia–akhirat, jasmani-ruhani, materil-non materil, jangka pendek-jangka panjang dan sebagainya dalam varian yang luas, namun proses pemenuhan kebutuhan berikut materialnya harus sesuai dengan koridor yang Allah SWT tetapkan tentang halal-haram, mashlahat-mudharat dan seterusnya.
Menurut Ibnu Taimiyah, kemakmuran dalam persepsi Islam bertujuan untuk mencapai moral kehidupan yang baik. Beliau juga menambahkan bahwa akan banyak sekali kewajiban agama yang tidak dapat dijalankan jika kemakmuran belum dicapai. Dan masyarakat yang tidak mencapai kemakmuran secara otomatis sulit menjalankan agamanya secara kaffaah (totalitas) termasuk dalam hal ibadahnya kepada Allah SWT. Sehingga oleh sebab itulah Islam sangat menganjurkan agar umat manusia mau mencapai kehidupan dunia yang lebih baik (hasanat fid duniya) karena hal itu berkorelasi dengan upaya mencapai hasanat fil akhirat.
Dalam pandangan Ibnu Taimiyah, kemakmuran jauh berbeda dengan kekayaan semata. Kemakmuran lebih tinggi kedudukannya daripada kekayaan, keduanya (antara kemakmuran dan kekayaan) saling berinteraksi dan membutuhkan. Kekayaan akan meningkatkan hak, sementara kemakmuran mengarahkan kepada upaya pencapaian kewajiban. Dan oleh sebab itulah Islam berpandangan bahwa orang kaya adalah mitra potensial bagi orang miskin, orang miskin sangat diperlukan oleh orang kaya.[1]
Dalam prakteknya pendidikan mampu memakmurkan kehidupan, tidak hanya pada kemakmuran dunia yang akan didapat, akan tetapi kemakmuran di akhirat kelak juga akan didapatnya. Jika diterapkan dalam kehidupan artinya seseorang yang ilmunya makin banyak maka ia akan semakin tahu diri, dia akan lebih menghormati antara satu sama lain, dan juga kepada makhluk disekitarnya.
B.       Dalil Memakmurkan Kehidupan Dunia
QS. Al-Baqarah, 2:201
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka”.
QS. Al–Baqoroh ini berkaitan dengan  sebuah kisah  yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwasanya ada suatu kaum dari masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdo`a atau meminta segala sesuatu yang merupakan urusan duniawi saja dan tidak menyebutkan urusan akhirat sama sekali.
Setelah mereka pergi, kemudian datanglah orang – orang mu’min dan mereka mengucapkan : " رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار " dan ternyata Allah lebih memuji orang–orang yang memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada–Nya, dibandingkan orang yang hanya memohon kebaikan dalam urusan duniawi semata. Lalu Allah berfirman : وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار" " doa ini meliputi berbagai kebaikan di dunia dan menjauhkan segala bentuk kejahatan. Kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi, berupa kesehatan, rizki yang melimpah, istri yang cantik dan sholihah, ilmu yang bermanfaat, amal sholih, dan sebagainya yang tercakup dalam ungkapan para mufassir, dan diantara berbagai pendapat para mufassir itu tidak ada pertentangan, karena semuanya termasuk dalam kategori kebaikan duniawi.
Dalam kitab al-Maraghi dijelaskan bahwasanya yang dimaksud dengan kebaikan di dunia yaitu kesehatan, wanita / istri yang sholihah, anak–anak yang berbakti, ilmu serta pengetahuan. Sedangkan kebaikan di akhirat yang dimaksud adalah surga atau ru’yatillah ta’ala pada hari kiamat.[2]
Kata منهم  dalam ayat ini berarti orang yang mencari kebaikan di dunia dan di akhirat secara keseluruhan, para mufassir berselisih pendapat mengenai arti/maksud dari “kebaikan” tersebut, apakah kebaikan tersebut diartikan sebagai kesehatan, kecukupan, istri yang sholihah, anak yang berbakti, harta yang baik, ilmu pengetahuan, ataupun ibadah dan ketaatan. Yang jelas, " حَسَنَةٌ " diartikan sebagai kehidupan yang baik, jika kita melihat pada kehidupan seseorang yang baik, maka kehidupannya pun akan bahagia di dunia.  Maka barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan doa yang ijmal/umum, maka memintalah pada kebahagiaan di dunia dan akhirat serta kehidupan yang baik dalam keduanya dengan membaca ayat ini :      " رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Sedangkan mengenai kebaikan akhirat, maka yang tertinggi adalah masuk surga dan segala cakupannya berupa rasa aman dari ketakutan yang sangat dahsyat, kemudahan hisab dan berbagai kebaikan urusan akhirat yang lainnya.
Sedangkan keselamatan dari api neraka, dapat diartikan sebagai perlindungan dari hal-hal yang menyebabkan kita masuk ke dalam neraka, misalnya : perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari berbagai hal yang syubhat bahkan haram, dan lain-lain.

C.      Makmur Pintu Damai Sejahtera
Menurut kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan dapat diartikan sebagai kata atau ungkapan yang menunjuk kepada keadaan yang baik, atau suatu kondisi dimana orang-orang yang terlibat didalamnya berada dalam keadaan sehat, damai, dan makmur aspeknya. Makmur disini, berarti hidup kecukupan tanpa ada kekurangan. Dalam konteks negara, kemakmuran adalah keadaan berkecukupan yang meliputi kehidupan seluruh rakyatnya, sedangankan masyarakat yang makmur adalah masyarakat yang berada, bahagia, mampu, kaya, sejahtera.[3]
Allah menetapkan syari’at Islam untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur dalam segala
Hidup sejahtera dapat diperoleh dengan mental yang hanya bergantung kepada sang Khalik, yaitu dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. Selain itu, Allah juga menganjurkan untuk menyiapkan generasi penerus yang kuat, baik kuat ketakwaanya maupun kuat ekonominya. Oleh karena itu, siapa yang mau melakukan amal kebaikan, beriman, serta bertakwa kepada Allah. Maka, Allah telah menjajikan balasan berupa kebahagiaan hidup di dunia dan pahala atau kebahagiaan di akhirat. Kehidupan yang baik dapat diartikan sebagai kehidupan yang nyaman, damai, tentram, rezeki, dan sebagainya.
Adapun cara-cara untuk mencapai pintu damai dan sejahtera antara lain dengan mengaplikasikan unsur-unsur murni dalam kehidupan kita, yaitu dengan keimanan yang tinggi, amal sholeh, taqwa, Al- amr bi al-ma’ruf wa al nahy ‘an al-munkar, akhlak yang terpuji.












PENUTUP
A.      Kesimpulan
Allah lebih memuji orang–orang yang memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada–Nya, dibandingkan orang yang hanya memohon kebaikan dalam urusan duniawi semata. Lalu Allah berfirman : وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار" " doa ini meliputi berbagai kebaikan di dunia dan menjauhkan segala bentuk kejahatan.
Kebaikan dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri.
B.       Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar lebih baik kedepannya dalam penulisan makalah selanjutnya.










                                             


DAFTAR PUSTAKA
           
https://arifpmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran, diakses pada Sabtu, 06 Oktober 2018, jam 23.03
Musthafa, SyekhMuhammad. 1986. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber Ilmu.
Chirzin, Muhammad. 2017. Etika Alquran menuju Masyarakat Adil dan Makmur. Al-Quds: Jurnal Studi Al Qur’an dan Hadis vol 1, no 2.






















Nama Lengkap               : Diky Yusuf Setiyadi
Nama Panggilan             : Diky
Tempat, Tanggal Lahir  : Pemalang, 23 Desember 1999
Anak ke                          : 2 dari 3 bersaudara
Jenis Kelamin                 : Laki-laki
Agama                            : Islam
Status Keluarga              : Anak Kandung
Alamat                                       : Desa Muncang Kec. Bodeh Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan      :
1.      TK Handayani XII Muncang
2.      SDN 03 MUNCANG
3.      SMP N 1 BODEH
4.      SMA N 1 KESESI
5.      IAIN PEKALONGANG (Dalam Proses)




[1] https://arif pmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran
[2] Syekh Muhammad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi,(Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1986) hlm 134
[3] Muhammad Chirzin, Etika Alquran menuju Masyarakat Adil dan Makmur, Al-Quds: Jurnal Studi Al Qur’an dan Hadis vol 1, no 2, 2017, hlm 7-8



Tidak ada komentar:

Posting Komentar