Laman

Rabu, 07 November 2018

TT B J2 OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT “ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN”


OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT
“ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN”
Rizqi Amaliah
NIM. (2117214)
Kelas B

JURUSAN PWNDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang berjudul “Orang awam sebagai objek pendidikan”  ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Kami sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ghufron M. S.I. Yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga menerima saran dan  kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
            Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Amin yaa rabbal ‘alamin. Selamat membaca!





                                                                        Pekalongan, 5 November 2018
                                                                       

Penulis







DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I       PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.      Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................... 1
C.       Tujuan Penulisan Makalah...................................................... 1
BAB II     PEMBAHASAN ......................................................................... 2
A.      Pengertian hakikat orang awam.............................................. 2
B.       Dalil orang awam sebagai objek pendidikan.......................... 3
C.       Bersama sama membangun negeri.......................................... 6
BAB III    PENUTUP.................................................................................... 8
A.      Simpulan................................................................................. 8
B.       Saran-saran ............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga negara berhak unutk mendapatkan pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hakikat orang awam itu?
2.      Bagaimana dalil orang awam sebagai objek pendidikan
3.      Apa yang dimaksud bersama sama membangun negeri?
C.     Tujuan
1.      Unutk mengetahui hakikat orang awam
2.      Unutk mengetahui dalil dari orang awam sebagai objek pendidikan
3.      Unutk mengetahui maksud dari bersama orang membangun negeri








BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hakikat Orang Awam
Manusia adalah keywords yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam dirinnya unutk mengarahkan dirinnya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang unutk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna, manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adannya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
Manusia, didalam Al-quran juga disebut dengan al-nas. Konsep al-nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an-nisa.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku pencipta karena adalh hak Allah untuk disembha dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati.
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.[1]

B.  Dalil orang awam sebagi objek pendidikan
Q.S An-Nisa, 4:17
أِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْءَ بِجَهَالَةِ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوْبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكاَنَ
اللّهُ عَلِيْماً حَكِيْمَا[2]
“sesungghnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang uang menegerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”[3]
1.    Tafsir al-azhar
Terlanjur berbuat jahat karena kebodohan. Artinnya ada juga orang yang tahu bahwa itu adalah perbuatan jahat, tetapi karena sangat keras dorongan hawa nafsu tidaklah tertahan lagi. Misalnya karena sangat marah, allu memukuli orang, atau karena sangat memuncak syahwat. Setelah diberi nasihat orang, tetapi nasihat itu tidak mempan terhadapnya. Karena hidup belum banyak pengalaman, masih saumpama bodoh. Demi setelah terlanjur berbuat salah, timbullah sesal yang mendalam. Sehingga kesalahan itusendiri sudah menambah pengetahuannya, menghilangkan kebodohannya. Timbul tekanan batin yang amat sangat, lalu dia menyesal dan lekas lekas diperbaikinnya, lekas-lekas tobat.
            Taubat artinnya kembali. Setelah tertempuh jalan yang sangat sesat, tidak tentu ujung. Bertambha lama bertambah terasa gelap, lalu timbul sesal dan segera kembali. Maka dicukupkanlah syarat taubat yang tiga perkara. Pertama menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur. Kedua segera mencabut kesalahan yang ada sekarang. Ketiga mengakui dan bertekad tidak akan berbuat lagi. Dan pengakuan salah satu itu bukan kepada manusia, nukan kepada pendeta dan kyai tetapi rahasia antara hati sendiri dengan Allah. Dapat dilihat orang hidupnya yang telah berubah kepada yang lebih baik.
            Kata ahli-ahli tasawuf, jiwa orang yang benar-benar bertaubat karena suatu kesalahan, kadang-kadang jauh lebih maju dalam mendekati Tuhan daripada jiwa orang yang merasa dirinnya tidak bersalah, sehingga pernah juga mereka misalkan, bahwa kadang-kadang orang yang tidak terbangun tengah malam, sehingga tidak sempat mengerjakan shalat tahajjud dan setelah pagi hari merasa menyesal lantaran luput tahajjud, mungkin lebih baik dari yang sempat bangun dan semapt tahajjud, lalu pagi-paginya dia berbangga dengan amalnya.[4]
2.    Tafsir ibnu katsir
            Allah ta’ala berfirman, sesungguhnya Allha hanya akan menerima tobat orang-orang yang melakukan kejahatan karena kebodohan. Kemudian dia bertobat, walaupun setelah melihat dengan jelas malaikat yang akan mencabut rohnya, asal dia belum sekarat. Mujahid dan uhlama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kebodohan ialah setiap orang yang durhaka lantaran salah atau sengaja sebelum dia menghentikan dosannya itu. Abbu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “diantara kebodohannya ialah dia melakukan kejahatan itu.” “kemudian mereka bertobat sebeentar” kemudian Ibnu Abbas mengagtakan, “ yang dimkasud sebentar ialah jarak antara keadaan dirinya sampai dia melihat mlaaikat maut. Ad-Dhahak berkata, “masa sebelum terjadinnya kematian disebut dekat.” Al-Hasan berkata “dekat ialah sebelum seseorang sekarat.” Sedangkan Ikrimah berkata, “masa dunia seluruhnya disebut dekat”. Jika terjadi sekarat dan nafas turun naik-naik pada tenggorokan, maka pada saat itu tiada lagi penerimaan tobat, dan lenyaplah sudah kesempatannya. Oleh karena itu, Allah berfirman, tiada tobat bagi orang-orang yang melakukan berbagai keburukan hingga ketika kematiandatang kepada salah seorang diantara mereka, dia berkata, “Kini, aku benar-benar bertobat.” Allah pun menetap kan kepada penghuni bumi mengenai tidak akan diterimannya tobat mereka jika mereka telah melihat matahari terbit dari barat,.[5]
3.    Tafsir Al-Quran dan Tafsirnya
            Allah menjelaskan bahwa taubat dari seseorang itu dapat diterima apabila seseorang melakukan perbuatan maksiat yakni durhaka kepada Allah SWT baik dengan sengaja atau tidak atau dilakukannya karena kurang pengetahuannya, atau karena kurang kesabarannya atau karena kurang benar-benar tidak mengetahui bahwa perbuatan itu terlarang. Kemmudian datanglah kesadarannya, lalu ia menyesal atas perbuatannya dan ia segera bertaubat meminta ampun atas segala kesalahannya dan berjanji dengan sepenuh hatinnya tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut. Orang-orang yang demikianlah yang dapat diterima Allah taubatnya karena Allah Maha Mengetahui akan kelemahan hamba-Nya dan Mengetahui pula keadaan hambanNya yang dalam keadaan lemah, tidak terlepas dari berbuat salah dengan sengaja atau tidak.
            Tingkat orang yang melakukan taubat yang telah diperingatkan ini diperinci oleh para ahli sufi sebagai berikut:
1.    ada orang yang memiliki jiwa yang pada dasarnya sempurna dan selalu dalam kebaikan. Orang yang demikian apabila suatu waktu tanpa kesengajaan berbuat kesalahan walau kecil sekalipun ia akan merasakannya sebagai suatu hal yang sangat besar.
2.    Adakalnnya seseorang memiliki jiwa yang memang pada dasarnya jelek, sehingga segala tindak tanduknya dikemudikan oleh nafsu dan syahwatnya saja. Sifat yang sudah demikian mendalam pada dirinnya dan telah mendarah daging. Setelah sekian lama ia bergelimang dosa dengan memperturutkan kehendak hawa nafsunnya akhirnya datanglah hidayah dan taufik Allah kepadannya sehingga ia sadar dan berjuang untuk memperbaiki tindakannya yang salah dan ia kembali pada tuntuna yang diberikan Allah.
3.    Ada pula orang yang memililki jiwa dimana untuk mengerjakan dosa besar ia dapat mengawasi diri, sehingga ia tak pernah mengerjakannya, kan tetapi mengenai dosa kecil serung terjadi pada dirinnya, perjuangan yang sengit, kadang-kadang mennaglah nafsu dan syahwatnya dan kalahlah petunjuk bhakan kadang-kadang terjadi sebaliknya. Nafsu yang demikian disebut nafsu musawwilah.
4.    Ada pula orang yang memiliki nafsu lawwamah. Orang ini sama sekali tidak dapat menghindarkan diri dari perbuatan salah, baik besar maupun kecil. Apabila ia mengerjakan sosa maka datang kesadarannya dan ia bertaubat mintaampun. Tetapi suatu saat daatng lagi dorongan nafsu syahwatnya untuk berbuat dosa dan ia kerjakan pula dan kemudian bertaubat lagi sesudah dtang kesadarnnya. Dengan begitulah seterusnya, taubat yang demikian itu adalah taubat yang terendah derajatnya, nmaun begitu kepada orang seperti ini tetap dianjurkan supaya selalu mengharap ampunan dari Allah SWT.[6]
C.  Bersama sama membangun Negeri
1.    Sikap pemuda terhadap persoalan bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapakan mampu meningkatkan peran dan mmeberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persolan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinnya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejla sosial dengan mudah dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendikehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penderitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahlnya mengakkan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harusn selesaikan.
Oleh karena itu sikap bersama-sama membnagun negeri yaitu:
a.    Komitmen untuk meningkatkan kemmandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia dimata dunia adalah terpompannya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembanguna sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
b.    Harmonisasi kehidupan sosial dan meningktkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembnag mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
c.    Penyelenggaraan negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dlam satu kesatuan jiwa katan kuncinnya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa dimata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adannyakejelasan visi (kedepan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi dan mengarahkan semangat rakyat secara kolektif, memilikin ssemnag ijtihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membnagkitkan semangat solidaritas. Dan unutk pemuda, mereka harus mampu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang memperesentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi dimasyarakat.[7]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                        Maka tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam. manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah dan dakwah), namun adannya prioritas unutk kedua hal tersebut, yaitu dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang islam, dan kahirnya sesama manusia (non muslim).
B.       SARAN
                       Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah pada kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.














DAFTAR PUSTAKA

Khasinah. Siti. 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA VOLL. XIII, NO. 2, 296-317.
Shihab. M Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Mustofa. Syaikh Ahmad. 2008. Tafsir fi zhilalil quran. Jakarta Timur: Almahira.

























Referensi:
 






BIODATA MAKALAH:
Nama                                       : Rizqi Amaliah
Temapat Tanggal Lahir           : Pekalongan, 16 Oktober 1999
Alamat                                    : Jl. Dwikora Gg.12 Yosorejo Pekalongan Selatan
Moto                                       : Tetap selalu semangat

RIWAYAT PENDIDIKAN:
TK ABA LANDUNGSARI
SD N 1 LANDUNGSARI
SMP N 7 PEKALONGAN
SMK N 1 PEKALONGAN



[1] Siti Khasinah, “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA VOLL. XIII, NO. 2, 296-317, 2013, hlm. 299
[2] M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm.357
[3] Syaikh Ahmad Mustofa, Tafsir fi zhilalil quran, (Jakarta Timur: Almahira, 2008), hlm. 67
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar juz III, (Jakarta: pustaka panjimas, 2001), hlm. 296-297
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifai, Tafsir ibnu katsir, (Jakarta: Maktabah Ma’arif, 2012), hlm. 506-507
[6] M Sonhadji, Tafsir alqur’an dan tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf), hlm. 137-138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar