METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
"METODE DAKWAH"
QS. AN-NAHL 125
Umi Chanifatul Amaliyah
NIM. (2117219)
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Melihat fenomena
yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini aspekaspek pendidikan Islam
khusunya metode pendidikan Islam adalah hal yang sangat sulit dipraktekkan
dalam dunia pendidikan yang menciptakan pendidikan yang lebih Islami, karena
pada umumnya para pendidik hanya mengunnakan metode yang itu-itu saja yang
dikembangkan oleh dunia barat dalam proses pendidikannya. Akan tetap tidak
sedikit cendekiawan muslim sudah menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan
suatu pembelajaran tidak hanya dunia yang mengembangkannya dengan munculnya
para cendikiawan muslim sekarang ini juga sudah menunjukkan bahwa muslimpun
tidak tertinggal oleh barat karena sebenarnya metode pendidikan itu sudah
dijelaskan secara terperinci didalam al-Quran, namun pada prakteknya
seolah-seolah orang Islam tidak mempergunakannya dan hanya sebagian kecil pendidik
yang menggunakannya. Mengingat pentingnya pendidikan Islam bagi terciptanya
kondisi lingkungan yang harmonis, dan juga pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya
yang sempurna yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti .
Selain itu tujuan
pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan agar seseorang
dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau
keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecendrungan dan
potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai tujuan ini diperlukan metode
pendidikan yang tepat.
Al-Qur’an surah
An-Nahl ayat 125 merupakan ayat Alquran yang di dalamnya menjelaskan hal-hal
mengenai metode pendidikan dalam islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui konsep dan metode pendidikan dalam Al- Qur’an surah An-Nahl ayat
125.
konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an
surat An-Nahl ayat 125: Setelah menelaah, surah An-Nahl ayat 125 bisa
disimpulkan bahwa konsep pendidikan yang terdapat pada ayat ini adalah dalam
menyampaikan materi pelajaran harus disampaikan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta didik menggunakan kata-kata yang bijak sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik. Terdapat 3 metode yang terkandung yaitu metode
Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idhzah
Hasanah
(nasehat
yang baik) dan metode Jidal (debat).
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Apakah yang dimaksud metode pendidikan ?
b. Bagaimanakah
dalil dan tafsir QS. An-Nahl 125 tentang metode dakwah ?
c. Bagaimanakah metode
dakwah dalam pendidikan ?
d. Bagaimanakah aplikasi
pembelajaran dakwah dalam pendidikan ?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk
mengetahui apa itu metode pendidikan
b. Untuk mengetahui
bagaimana dalil dan tafsir qs. An-nahl
125
c. Untuk mnegetahui
bagaimana metode dakwah dalam pendidikan
d. Untuk mengetahui
bagaimana pengaplikasian pembelajaran metode dakwah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Metode
Pendidikan
Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta
dan hodos. Meta berarti ”melalui.” Dan hodos berarti ”jalan atau
cara”, bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan
tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena
kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek) logos berarti “akal”
atau “ilmu”. [1]
Sedangkan secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan
metode dalam bidang pendidikan sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru
yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah
proses yang melaksanakannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia
adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.” Disisi lain Imam
Barnadib mengartikan metode sebagai suatu sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan pendidikan. Dengan demikian
secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang
sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan. Apabila ditarik
pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan
pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek
atau sasaran, yaitu pribadi Islami[2]
Adapun Al-Quran sendiri secara eksplisit tidak
menjelaskan arti dari metode pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab
dibahasakan dengan kata Al- Tariqah, banyak dijumpai dalam al-Quran.
Menurut Muhammad Abd al-Baqi, didalam Al Quran kata Al-Tariqah di ulang
sebanyak sembilan kali. Salah satunya kata ini terkadang dihubungkan dengan
sifat dari jalan tersebut, seperti al-tariqah almustaqimah, yang
diartikan jalan yang lurus.[3]
Berlandaskan pada beberapa definitif di atas dapat
kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator yang mengolah
dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan
untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.[4]
B.
Dalil
tentang Metode Dakwah dalam pendidikan ( Qs. An-Nahl 125)
1.
Teks dan terjemah
Surah An-Nahl ayat 125
Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk‖.(Q.S.An-Nahl/16:125)
2.
Tafsir
Surat An-Nahl : 125
Ayat di atas, Allah
menegaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw. Untuk menikuti
ajaran nabi ibrahim a.s, lalu Allah menerangkan suatu hal yang harus diikuti
nabi Muhammad yaitu menyeru umat manusia kepada Allah dengan 3 cara berdakwah
yang terdapat dalam ayat tersebut, diantaranya : cara-cara berdakwah dengan
beberapa metode yaitu metode hikmah , metode mauidzzah hasanah, dan metode
jiddal.
Dalam
tafsir ath-tahabari , menguraikan maksud dari ayat tersebut adalah allah
berfirman kepada Nabi Muhammad “ serulah
wahai muhammad, orang yan kepada mereka Tuhanmu mengutusmu, untuk menajaknya
menaati Allah”[5].
Dapat dipahami bahwa adanya ajakan atau seruan yang diperintahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yakni
ajaran islam.
Ila Sabili Robbika“ kepada jalan Tuhanmu” adalah kepada syariat tuhanmu yan
ditetapkan-Nya yaitu islam. [6]Bahwa
allah memberikan pedoman kepada rasulnya tentang cara bagaimana mengajak
manusia ke jalan Allah. Jalan Allah ddisini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat
Islam yan diturunkan kepada Nabi Muhammadd Saw.
Selanjutnya allah
menjelaskan bahwa dalam ayat ini meletakkan dasar-dasar dakwah untuk menjadi
pegangan bagi umatnya di kemudian hari, yaitu bil hikmati “dengan hikmah”
adalah dengan wahyu allah yang disampaikannya kepadamu. Dan dengan kitabnya
yang diturunkanNya kepadamu.[7]
Dalam literatur lain , tafsir Al-Azhar karya Hamka menjelaskan hikmah dilakukan
dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia ,dada yang lapang dan hati yang
bersih menarik perhatian oran kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap
Tuhan.[8]
Selain itu diteaskan dalam ayat al-qur’an secara keseluruhan, baik yan makki
maupun madani. Bahwa hikmah dilakukan secara argumentatif dan meyakinkan.
Wal Mau Idhotil Khasanati ðan
pelajaran yang baik” adalah dengan pelajaran yang baik, yang dijadikan allah
sebagai argument terhadap mereka di dalam kitabnya dan peringatan bagi mereka
di dalam wahyunya seperti argument yang disebutkan allah kepada mereka ddalam
surah ini ,serta nikmat-nikmat yang diingatkan allah kepada mereka di dalamnya.[9] Selain itu, mauidhotul
khasanah diartikan pengajaran yang baik atau pesan yang baik yang disampaikan
sebagai nasihat.[10]
Adapun maidzoh dapat mengenai hati sasran bila menyampaikannya. Kata mauizoh
inilah bersifat hasanah. Sebagai pendidikan dan tuntunan sejak kecil dalam
pendekatan al- mauidzhotul hasanah bertujuan mencegah sasaran dari yang sesuatu
yang kuran baik, mencakup perintah dan larangan yang disertai dengan unsure
motivasi (targhib) dan ancaman (tarhib) yan diutarakan melalui perkataan yang
melembutkan hati serta mengguah jiwa.
Wajadilhum Billaty Hiya Ahsan
“ dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. Pada potonggan ayat di atas
diterangkan bahwa allah swt, memeintahkan untuk membantah dengan cara yang
baik, dengan menerangkan kebenaran secara lembut dann tenang.[11] Maksud ayat di atas
adalah jauhkan
diri dari kata-kata yang bisa menyakitkan mereka. Hal
serupa juga yakni perintah untuk berebat dengan cara yang baik. Diperintahkan
allah yang ditunjukkan kepada Musa dan Harun ketika diutus kepada Fir’aun.
Bantahlah dengan bantahan yang lebih baik
dari selainnya yaitu memaafkan tindakan mereka yang menodai kehormatan, dan
janganlah menentang Allah dalam menjalankan kwajibanmu untuk menyampaikan
perintah risalah Tuhanmu kepada mereka. [12]
Bahwa dalam bermujadalah adalah berdebat
atau bertukar pendapat dengan menggunakan cara yang baik, diantaranya dengan
perkataan yang lunak, lemah lembut ,tidak dengan berkata kasar, sehingga tidak
melahirkan permusuhan diantara kedua pihak. Hal tersebut dapat saling
menghargai dan menghormati penddapat keduanya.
“Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ayat diatas menerangkan bahwa
allah swt. Mengetahui mereka yang sesat dan menyimpang dari jalannya yakni
mereka yang menyimpang dari jlaan yang lurus dan benar ke jalan yang sesat ddan
kuffur.
Allah menagncam dan berjanji “ sesungguhnya tuhanmu, hai Rasul lebih
mengetahui tentang orang yang menyimpang dari jalan lurus diantara orang-orang
yang berselisih tentang hari sabtu dan lainnya. Serta lebih mengetahui tentang
siapa diantara mereka yang menempuh jalan lurus dan benar. Dia akan member
balasan kepada mereka semua, ketika mereka kembali kepada-Nya sesuai dengan hak
mereka masing-masing.[13]
Yakni dia mengetahui siapa yang celaka diantara mereka dan siapa yang bahagia.
Keduanya telah ditetapkan disisinya dan telah selesai pemutusannya. Serulah
mereka kepada Allah ta’ala janganlah kamu bersedih lantaran mereka, sebabb
menunjukkan mereka bukanlah tugasmu. Sesungguhnya kamu hanyalah pember
peringatan dan penyampai risalah dan kamulah yang menilainya.[14]
Secara tegas tuhan mengatakan bahwa urusan member orang petunjuk atau
menyesatkan orang adalah hak allah sendiri.”[15]
Setelah memahami penafsiran tersebut,
dalam menyeru umat manusia menuju jalan yang benar dengan metode dakwah dengan
cara yang terbaik. Adapun pemberian petunjuk dan penyesatan serta pembalasan
semuanya diserahkan kepada Allah semata. Sebab, Allah maha menggetahui
segalanya
M. Quraysh Shihab
dalam penafsirannya, terkait dengan surah An-Nahl ayat 125. Wahai nabi
Muhammad, serulah yakni lanjutkanlah usahamu untuk menyeru semua yang
engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yakni
ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah
mereka yakni siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran islam dengan cara
yang terbaik. Itulah tiga cara mendidik yang hendaknya engkau tempuh
menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan
huraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan berdasar kaum musyrikin dan serahkan
urusanmu dan urusan mereka kepada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang
selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih
mengetahui diri siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yng bejat jiwanya
sehingga tersesat dari jalan-jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih
mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.[16]
Kemudian beliau menjabarkan kata hikmah
yakni:
―Kata hikmah antara
lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun
perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari
kesalahan dan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang
bila digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan besar
atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti
kendali karena kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah kearah yang
tidak diinginkan, atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang lebih baik
dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya
dinamakan hakim. Thahir Ibnu ‗Asyur menggaris bawahi bahwa hikmah adalah
nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada
perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara seimbang. Thabathaba‘I
mengutip ar-Raghib al-Ashfahani yang menyatakan secara singkat bahwa hikmah
adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal. Dengan
demikian, menurut Thabathaba‘I, hikmah adalah argument yang menghasilkan
kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga
kekaburan. [17]
Lebih
lanjut kemudian beliau menjelaskan, kata al-mau’izhah terambil dari kata
wa’azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang
menyentuh hati yang mengantar epada kebaikan. Demikian dikemukakan
oleh banyak ulama. Sedangkan kata jadilhum terambil dari kata jidal yang
bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra
diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu
diterma oleh semua orang maupun hanya mitra bicara.
Kemudian
beliau menjelaskan jidal dan mengklasifikasi menjadi tiga macam,: “jidal
adalah perdebatan dengan cara yang terbaik dengan logika dan retorika yang
halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Sedangkan ‗jidal terdiri dari
tiga macam, yang buruk adalah yang disampakan dengan kasar, yang
mengundang kemarahan lawan serta menggunakan dalil-dalil yang tidak benar, yang
baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil
atau dalil wahyu hanya yang diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah
yang disampaikan dengan baik, dan dengan argument yang benar, lagi membungkam
lawan.[18]
C.
Metode
Dakwah dalam Pendidikan sesuai qs. An-Nahl 125
Pengertian dakwah secara terminologi atau
istilah sangat beraneka ragam. Diantara pendapat
para ahli ilmu dakwah tentang pengertian dakwah adalah sebagai berikut :
a. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu
proses menghidupkan peraturan peraturan
Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
b.
Pendapat Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru mereka berbuat baik dan melarang
mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
c.
Menurut Hamzah Ya’qub dalam bukunya Publistik Islam memberikan pengertian
dakwah dalam Islam ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan
untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya”19
Qurays
Syihab mendefinisikan dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau
usaha untuk merubah situasi pada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan
pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju
sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih
berperan menuju kepada pelaksanakan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam
berbagai aspek
Menurut
Hamzah dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
RasulNya. Dan menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Departemen Agama RI
adalah setiap usaha yang mengarahkan untuk memperbaiki suasana kehidupan yang
lebih baik dan layak untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan
layak sesuai dengan kehendak dan turunan kebenaran.21
Sedangkan
menurut Abu Bakar Zakaria dalam kitabnya ad Da’wat ila al-Islam mendefinisikan
dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa yang baik
bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka, adapun
menurut Muhammad al Khaydar Husayn mengatakan dakwah adalah mengajak kepada
kebaikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebajikan (ma’ruf) dan melarang
kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai
suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti ahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada
suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas
diri manusia.24 Ada beberapa pendapat
tentang definisi metode dakwah, antara lain:
1.
Al-Bayayuni (1993: 47) mengemukakan definisi metode dakwah yakni cara-cara yang
ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara yang menerapkan strategi
dakwah.
2.
Said bin Ali al-Qathani (1994: 101) membuat definisi metode dakwah sebagai
berikut. Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.
3.
‘Abd al-Karim Zaidan (1993: 411), metode dakwah adalah ilmu yang terkait dengan
cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah da mengatasi kendala-kendalanya.
Metode dakwah
juga merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang
telah ditetapkan. Ia bagian dari startegi dakwah. Karena menjadi strategi
dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan
praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah metode dakwah tidak
hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan
hambatan-hambatan dakwah.
Metode ceramah
dikenal juga sebagai metode kuliah karena umumnya banyak
dipakai di perguruan tinggi. Dan ada juga disebut orang method pidato/tabligh, karen disampaikan secara
berpidato. Di dalam bahasa Inggris disebiut
lecturing methode atau telling methode. Istilah lecturing berasal
dari bahasa Yunani “Legire” yang berarti
to teach = mengajar. Dari kata legire ditimbulkan kata lecture yang
artinya memberi kuliah dengan kata atau ucapan.
Dari kata lecture ditimbulkan kata lecturing yaitu cara penyajian bahan-bahan dengan lisan. Istilah telling
berasal dari kata “to tell” yang artinya
menyatakan sesuatu kepada orang lain dan akhirnya berarti menyajikan keterangan-keterangan dan
uraian-uraian kepada orang lain sehingga
ia mengerti apa yang disampaikan itu. [19]Sejak
zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah SAW. Dalam
menyampaikan wahyu kepada umat.
Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih dominan. Sementara siswa
lebih banyak pasif dan menerima apa yang
disampaikan oleh guru.[20]
Metode Ceramah
adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada
waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau
metode pidato.
D. Aplikasi Metode Pembelajaran dakwah
Agar metode yang
digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif
maka seorang guru harus mampu melihat situasi dan kondisi peserta didik, termasuk perangkat pendidikan.
Proses kegiatan belajar mengajar untuk
peserta didik yang berkemampuan sedang, tentu berbeda penggunan metodenya dengan peserta didik yang lebih
pandai.
Metode
ceramah misalnya, akan menjadi kurang efektif apabila digunakan di dalam ruang kelas yang jumlah
peserta didiknya banyak. Karena berbagai
alasan, seperti sebagian dari mereka kurang memperhatikan pembicaraan guru, mengobrol dengan teman
sebangkunya, dan guru juga kurang
optimal dalam mengawasi peserta didik. Kiat
untuk mengoptimalkan proses pendidikan diawali dengan perbaikan rancangan pembelajaran. Namun perlu
ditegaskan bahwa bagaimanapun
canggihnya suatu rancangan pendidikan, hal itu bukan satusatunya faktor yang menentukan
keberhasilan suatu proses pendidikan. Akan tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa proses pendidikan tidak akan berhasil tanpa rancangan pendidikan yang
berkualitas. Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas dan mampu menghadapi perkembangan zaman maka
kebutuhan pembaharuan dalam metode
pendidikan merupakan suatu keharusan. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari proses dann dari segi hasil.
Dari segi proses pendidikan dapat dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik secara aktif,
baik fisik, mental maupun social dalam
proses pendidikan, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi dan semangat serta percaya pada
diri sendiri.[21]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis
mengkaji dan menganalisis tentang metode pendidikan yang terdapat di dalam surat An-Nahl ayat 125,
maka penulis dapat menyimpulak poinpoin sebagai
berikut :
1. Di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat
125 terdapat 3 macam metode pendidikan,
yakni; metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat
Yang Baik), dan metode Jidal (Debat).
2. Kemudian dari beberapa pendapat ahli
tafsir dapat dipahami sebagai berikut
:
a. metode Hikmah (perkataan yang
bijak), Menurut M. Quraish Shihab, hikmah
yakni
berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian orang yang diajak pada
kebaikan. Sedangkan menurut Toha
Yahya Umar, menyatakan bahwa hikmah meletakkan sesuat pada tempatnya
dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan
cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan. Adapun menurut
HAMKA hikmah itu menarik
orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.
Kebijaksanaan itu bukan saja dengan
ucapan mulut, melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup. Dari beberapa pendapat di
atas penulis menyimpulkan bahwa
metode hikmah adalah metode yang mencakup seluruh kecerdasan
emosional, intelektual dan spiritual. Dan pengaplikasiannya
dalam pendidikan Islam, mengindikasikan adanya tanggung
jawab pendidik. Dengan pengetahuan yang dalam, akal budi yang mulia, perkataan yang tepat dan
benar, serta sikap yang proporsional
dari pendidik. maka tujuan pendidikan dapat terwujudkan.
b. metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat
Yang Baik), adalah bentuk pendidikan
dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar,
perkataan yang lemah lembut, penuh dengan
keikhlasan, sehingga peserta
didik terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik. Dalam mau’idhzah hasanah ini
mencakup targhib (seruan
kearah kebaikan dan memberi iming-iming balasan kebaikan) dan tarhib (seruan untuk meninggalkan
keburukan dengan member peringatan
dan ancaman bagi mereka yang melanggar). Pendidikan yang disampaikan dengan bahasa yang lemah
lembut, sangat baik untuk
menjinakkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketentraman daripada pendidikan atau pengajaran
yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika
sesuai tempat dan waktunya,
maka tidak ada jeleknya memberikan pendidikan yang berisikan peringatan yang keras atau tentang hukuman-hukuman.
c. Metode Jidal (Debat), Metode ini
dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai
cara (sebagai apresiasi, selingan,
dan evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu menerapkan kemungkinan jawaban
pertanyaan, apakah banyak mengandung
masalah ataukah hanya terbatas pada jawaban “ya” dan ”tidak”.
B. SARAN
Kesimpulan yang didapatkan, maka penulis
mencoba memberikan masukan atau saransaran kepada
pembaca ini :
1. Bagi seluruh pendidik formal maupun informal
agar menerapkan metode-metode
pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an di antaranya adalah;
metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat
Yang Baik), dan Metode Jidal (Debat).
2. Hendaknya seorang pendidik mendidik
peserta didik menggunakan, menuturkan
perkataan-perkataan yang bijak dimana dalam hal ini termasuk salah satu metode pendidikan
dalam Al-Qur’an.
3. Hendaknya pendidik memberikan nasehat
dan peringatan yang baik dan
benar, perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik terdorong untuk
melakukan segala aktivitasnya dengan
baik, di samping itu seorang pendidik juga dituntut untuk bertindak tegas dalam mendidik.
4. Seorang pendidik hendaknya membuat
peserta didiknya aktif di dalam kelas
dikarenakan sesuai dengan yang dianjurkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar,samsu Filsafat
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam
Mulia, 2009)
Surakhmat, Pengantar Interaksi
Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1999)
Muhammda, syadid. Metode Pembinaan Dalam Alquran (Jakarta: Robbani Press, 2003)
Muhammad bin jarir At-Thabari,abu
ja’far. Tafsir Ath- Thabari ,Terj. Jami’ Al-bayan abn
Ta’wil Ayi Al-Qur’an
oleh misbah , dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam ,2009)
Hamka, Tafsir Al-azhar , Juzu’ 13 dan juzu’ 14
(Jakarta : Pustaka Panjimas, 2004)
Asy-Syanqithi , syaikhTaffsir Adhwa’ul Bayan,
Terj. Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qu’an bi al-Qur’an oleh bari, dkk. (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007)
Al-Maraghi ,ahmad Mustafa. tafsir al-maraghi, Terj. Tfsir al-maraghi oleh K. Anshori dkk,
juz XIII (Semaran: PT. Karya Toha Putra,1994)
Ar-Rifa’I,Muhammad Nasib. kemudahan dari Allah: Ringggkasan Taffsir Ibnu Katsir, Terj. Taisiru al-aliyyul Qadir li
ikhtishari tafsir ibnu katsir oleh Syihabuddin, jilid 2 (Jakarta:Gema
Insani Press,1999)
Shihab,M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah, Vol:7 (Jakarta: Lentera Hati,2002)
Ramayulis, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990),
Arief, armai. Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers,
2002)
Fannani,zain. Skripsi
Tafsir Surat An-Nahl ayat 125 tetang metode pembelajaran (JAKARTA:UIN
SYARIF HIDAYATULLAH,2014)
[1] Samsu
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 209.
[2] Surakhmat, Pengantar Interaksi Belajar
Mengajar (Bandung: Tarsito, 1999), hlm.
96.
[3]
Syadid Muhammda, Metode Pembinaan Dalam
Alquran (Jakarta: Robbani Press, 2003), hlm. 23.
[5]
Abu ja’far Muhammad bin jarir At-Thabari, Tafsir Ath- Thabari ,Terj. Jami’
Al-bayan abn Ta’wil Ayi Al-Qur’an oleh misbah , dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam
,2009)hlm. 389
[6]
Ibid.
[7]
Ibid.
[8]
Hamka, Tafsir Al-azhar , Juzu’ 13 dan
juzu’ 14 (Jakarta : Pustaka Panjimas, 2004) hlm. 321
[9]
At-Thabari’, Loc.Cit
[10]
Hamka, loc.cit
[11] Syaikh Asy-Syanqithi , Taffsir Adhwa’ul Bayan, Terj. Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qu’an bi
al-Qur’an oleh bari, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) hlm. 621
[12]
At-Thabari’, loc.cit.
[13]
Ahmad Mustafa Al-Maraghi , tafsir
al-maraghi, Terj. Tfsir al-maraghi oleh K. Anshori dkk, juz XIII (Semaran:
PT. Karya Toha Putra,1994) cet.II hlm. 290
[14]
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, kemudahan dari Allah: Ringggkasan Taffsir Ibnu Katsir, Terj. Taisiru al-aliyyul Qadir li
ikhtishari tafsir ibnu katsir oleh Syihabuddin, jilid 2 (Jakarta:Gema
Insani Press,1999) cet. 1, hlm. 1078-1079
[15]
Hamka ,op.cit. hlm. 322
[16]
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol:7 (Jakarta: Lentera Hati,2002)hlm.
385-386
[17]
Ibid,hlm. 389-387
[18]
Ibid, hlm. 386-388
[20]
Armai Arief, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 136
[21] Zain Fannani,Skripsi Tafsir Surat An-Nahl ayat 125 tetang metode pembelajaran
(JAKARTA:UIN SYARIF HIDAYATULLAH,2014) hlm. 28-29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar