METODE PENDIDIKAN
“UNIVERSAL”
(METODE TABLIGH)
QS. AL-MAIDAH, 5; 67
Ita
cahyani
NIM. (2117216)
Kelas
B
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang berjudul “metode
pendidikan universal dengan metode tabligh” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya, dan umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir tarbawi. Makalah ini
menjelaskan tentang metode pendidikan universal dengan metode tabligh, kami
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Makalah ini kami buat berdasarkan referensi yang kami temukan
dari berbagai sumber-sumber yang ada.
Penulis
sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Ghufron, M.S.I yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga menerima saran dan
kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
Pekalongan, 13 november 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BABI PENDAHULUAN..................................................................... 3
A.
Latar Belakang Masalah........................................................ 3
B.
Rumusan Masalah.................................................................. 3
C.
Tujuan ................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 4
A.
Hakikat metode tabligh......................................................... 4
B.
Dalil para rosul dengan metode tabligh................................. 4
C.
Implementasi metode tabligh dalam pendidikan................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................. 9
A.
Simpulan................................................................................ 9
B.
Saran-saran............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Allah swt telah
memerintahkan kepada hamba-hambanya yang beriman agar berpegang teguh pada tali
Allah, dan mengingatkan mereka akan kenikmatan-kenikmatan yang telah
dilimpahkan kepada mereka untuk merukunkan hati mereka pada ukhuwah islamiyah.
Dengan tetap mengikuti apa yang telah di wahyukan Allah melalui nabi muhammad
saw beserta pengikutnya dan umatnya. meskipun penyampaiannya berupa satu ayat,
tetapi jangan kita menyembunyikan sekecil apapun ayat karena sama saja kita
tidak menjaga amanat-Nya.Dan Allah mengancam mereka bila tidak mengamalkannya
dengan dibiarkannya dia tersesat dalam dunia ini. tetapi mereka tidak merasa
kalau mereka di tipu daya oleh setan. Dalam penyampaian rasulullah juga memiliki makna
yang sangat dalam memiliki bermacam-macam metode seperti; ceramah,
keteladanannya.
B.
Rumus masalah
1. Apa pengertian metode tabligh?
2. Bagaimana dalil para rasul dengan
metode tabligh?
3. Bagaimana implementasi metode
tabligh dalam pendidikan?
C.
Tujuan penulisan makalah
1. mengetahui pengertian metode tabligh
2. mengetahui dalil para rasul dengan
metode tabligh
3. mengetahui implementasi metode
tabligh dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat metode tabligh
tabligh secara bahasa berasal dari kata balagha, yuballighu,
teblighan yang berarti menyampaikan . Tabligh adalah menyampaikan atau
melaporkan dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa
arab, orang yang menyampaikan disebut mubaligh. Menurut Dr.
ibrahim, tabligh adalah memberikan informasi yang benar, pengetahuan factual,
dan harkat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk
pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai berbagai kesulitan.
dalam konsep islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan
kepada para utusan-Nya. Nabi muhammad sebagai utusan allah beliau menerima
risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia,
yang selanjutnya tugas diteruskan oleh pengikut dan umatnya.[1]
sedangkan metode dari segi bahasa metode berasal dari dua kata
“meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). dengan demikian metode dapat
diartikan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. jadi
metode tabligh adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
hal ini mengandung arti bahwa pendekatan tabligh harus bertumpu pada suatu
pandangan human oriented menempatkan yang mulia atas diri manusia.
B.
Dalil para rosul dengan metode tabligh
Q.s al-maidah, 5: 67
يَاَ يُّهَاالرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
وَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَلَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ
النَّاسِۗ اِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ
الْكَفِرِيْن (٦٧)
artinya: hai
rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
1.
Tafsir al-maraghi
sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan
kepadamu dari tuhanmu yang memiliki perkaramu, dan menyampaikan kamu pada
kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap
seorang pun, dan jangan takut kamu ditimpa bahaya karenanya. Dan kalau kamu
tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepadamu, yakni menyampaikan
apa yang telah diturunkan kepadamu, umpamanya kamu pada sembunyikan,sekalipun
hanya untuk sementara, karena takut disakiti orang, baik dengan perkataan atau
perbuatan, maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila kamu tidak menyampaikan
risalah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya kamu diutus.
yaitu,menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dari tuhan mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah ta’ala:
اِنْ عَلَيْكَ اِلاَّ الْبَلَغُ
“
kewajibanmu tidak lain adalah menyampaikan (risalah)”. (asy-syura, 42;48)
Adapun hikmah
dari ditegaskannya perintah dan penegasan (tablig) dengan mengangap bahwa
menyembunyikan seluruhnya, sekalipun sudah maklum bahwa para Rasul saw adalah
terpelihara dari menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk
menyampaikannya, yang kalau tidak, maka batalah hikmah risalah karena hilangnya
kepercayaan manusia terhadap penyampaian itu. hikmah dari penegasan itu tadi,
bagi rasul saw. sendiri, adalah pemberitahuan untuknya, bahwa tabligh itu
menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar dan tidak boleh menyembunyikan apa
yang wajib disampaikan dalam keadaan apapun. sedang bagi manusia yang
mendengarkan tabligh, hikmahnya supaya mereka mengerti fakta ini dengan adanya
nas tersebut. jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk memperselisihkan fakta
ini dengan pendapat atau paham yang berbeda-beda.[2]
Manusia yang dimaksud ialah orang-orang kafir
yang dalam penyampaian wahyu itu memuat keterangan tentang kekafiran dan
kesesatan mereka, termasuk kerusakan akidah dan amal perbuatan mereka. juga
tentang penyesalan Allah atas mereka dan nenek moyang mereka. itu semua membuat
mereka marah dan menyebabkan mereka menganiaya Rasul saw. baik dengan perkataan
maupun perbuatan, serta merencanakan pembunuhan atas diri beliau di
Darun-Nadwah. Akan tetapi, Allah ta’ala memelihara beliau dari rencana keji
mereka itu. dan demikian pula yang dilakukan umat yahudi terhadap beliau
sesudah hijrah. Dan Allah takkan memberi petunjuk kepada kaum kafir itu. yaitu,
orang yang hendak menganiaya kamu seenaknya, atas tabligh yang kamu sampaikan.
bahkan, mereka akan sia-sia, dan kalimat-kalimat Allah Ta’ala-lah yang akan
terlaksana dengan sempurna, sehingga dengan demikian sempurna pulalah
agama-Nya.
Dengan
keterangan di atas, maka ayat ini sebenarnya temasuk makiyah. namun demikian,
ia ditempatkan dalam kaitan tabligh kepada ahli kitab yang tentu saja berada di
madinah. hal ini menujukan, bahwa nabi saw. pun, disana menjadi sasaran
penganiayaan mereka juga, dan bahwa allah pun disini memelihara beliau dari
tipu-daya mereka.juga mengingatkan tentang tentang penganiayaan kaum musyrik
dari kaumnya sendiri yang pernah beliau alami sebelumnya.
2.
Tafsir al-lubab
ayat diatas berpesan kepada nabi muhammad saw. bahwa sampaikanla kepada
siapa pun petunjuk Allah swt. yang diturunkan kepadamu, jika tidak-walau hanya
meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan – maka itu
berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. jangan khawatir sedikit pun
menyangkut akibat penyampaian ini. Allah swt. memeliharamu dari gangguan yang
berarti dari manusia.
pelajaran yang dapat dipetik dari ayat diatas adalah keyakinan Nabi
Muhammad saw. pada janji Allah swt. sangat kukuh. ini antara lain terbukti
dengan apa yang disampaikan oleh istri beliau, Aisyah ra., bahwa Rasul saw.
selalu di jaga pada malam hari hingga turunnya ayat 67 surah al-maidah, tetapi
setelah turunnya, beliau tidak lagi berminat untuk dijaga. beliau bersabda: “
Allah telah memelihara aku”.[3]
3.
tafsir ibnu katsir
Allah telah berfirman sambil
mengkhitabi hamba dan rasul-Nya muhammad saw. dengan ungkapan “rasul” dan
menyuruhnya supaya menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. dan,
nabi saw. telah melaksanakan melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah
dengan sempurna. sehubungan dengan penafsiran ayat ini, bukhari meriwayatkan
dari aisyah r.a. dia berkata(128).”barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwa
muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya
maka sungguh berdustalah orang itu, dan Dia berfirman, ‘Hai Rasul,sampaikanlah
apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu,” demikianlah bunyi hadist ini secara
ringkas.
Diriwayatkan oleh bukhari muslim,’’ jika Muhammad
menyembunyikan sesuatu dari al-qur’an, niscaya dia menyembunyikan ayat ini,
‘dan kamu menyembunyikan didalam batinmu apa yang allah akan menyatakannya dan
kamu takut kepada manusia sedang Allahlah yang lebih berhak kamu takuti.[4]
C.
Implementasi metode tabligh dalam pendidikan
Dalam hubungannya dengan profesi guru, sifat tabligh dapat
diartikan komunikatif dan argumentative. Seorang guru yang tabligh akan menyampaikan informasi (ilmu pengetahuan)
dengan benar (berbobot),dan dengar tutur kata yang tepat (bil hikmah).[5]
Jadi, intinya sifat tabligh adalah sifat selalu menyampaikan informasi kepada
siapa saja yang selayaknya harus menerima. Seorang guru tentu menyampaikan
informasi (ilmu pengetahuan) kepada muridnya. Nah, dalam konteks ini sifat
tabligh bisa kita sesuaikan dengan kompetensi profesional guru. Seorang guru
ketika menyampaikan materi perlu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat.
Sama halnya ketika ketika nabi Muhammad saw. menggunakan metode yang berbeda
dalam menyampaikan setiap wahyu dan perintah Allah swt.begitu juga guru, ia
dituntut memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran.ia mempunyai tugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.untuk itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran. Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang
disajikan.persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi
melalui berbagai sumber. Seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari
internet, serta selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang
materi yang disajikan.
Dalam mendidik manusia,Allah menggunakan perumpamaan (amtsal).
Metode perumpamaan ini juga baik digunakan oleh para guru dalam mengajari
peserta didiknya,terutama dalam
menanamkan membacakan kisah kepada
mereka. Cara penggunaan metode amtsal ini hamper sama dengan metode kisah,
yaitu dengan berceramah (berkisah atau membaca teks). metode perumpamaan dan
penyerupaan merupakan salah satu metode yang penting dalam proses Pendidikan,
terlebih dalam mengarahkan peserta didik dalam hal aqaid / keimanan dan
penciptaan, karena baginya akan ada dampak yang positif dalam perasaan, juga dalam menggerakkan kebaikan
dalam jiwa manusia.
Hal ini merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Kerena peserta didik
pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Karena secara
psikologis siswa memang senang meniru,tidak saja yang baik, bahkan terkadang
yang jeleknya pun mereka tiru.[6]
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Berdasarkan pemaparan mengenai surat Al
maidah ayat 67 diatas dapat di tarik kesimpulan
Bahwa pada hakikatnya kita disuruh untuk menyampaikan sesuatu yang telah
Allah firmankan kepada nabi Muhammad meskipun ayat itu hanya satu ayat, jangan
sekali-kali kita menyembunyikan ayat-Nya meskipun sedikit, karena sama saja
kita tidak menjaga amanat-Nya. Menyampaikan memiliki banyak metode tergantung kitanya mau memilih apa. Yang penting
mengamalkannya itu sangat penting jika ilmu telah didapatkan.
B. Saran-saran
Demikian makalah
ini kami susun. kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami perlukan untuk
menyempurnakan makalah ini dan makalah yang akan kami buat selanjutnya, semoga
bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Syabibi ridho, 2008, metodologi
ilmu dakwah, Yogyakarta: pustaka pelajar
Gunawan Heri,
2014, Pendidikan
islam, Bandung
: remaja rosda kaya
Al-marighi
ahmad musthafa, 1987, tafsir al-maraghi, semarang : toha putra
Shihab M.
quraish , 2012, tafsir al-lubab, tanggerang:lentera hati
Bar-rifa’i Muhammad nasi, 1999, kemudahan dari allah tafsir ibnnu katsir jilid 2, Jakarta;
gema insani press
Kartajaya Hermawan dan Muhammad syakir sula,2006, syariah
marketing, bandung; mizan,2006
BIODATA
Nama : Ita
cahyani
Nama panggilan : Ita
Tempat,Tanggal Lahir
: Tegal, 18 juni 1999
Riwayat pendidikan
: - SD N 6 balapung wetan
-
SMP N 1 balapulang kulon
-
MA al-urwatul wutsqo jombang
[2] Ahmad musthafa
al-maraghi, tafsir al-maraghi, (semarang: toha putra, 1987), hlm 290-291
[3] M. quraish
shihab, tafsir al-lubab, (tanggerang:lentera hati, 2012), hlm 284
[4] Muhammad nasi bar-rifa’i, kemudahan dari allah tafsir
ibnnu katsir jilid 2. (Jakarta; gema insani press), 1999 , hlm. 124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar