Laman

Rabu, 07 November 2018

TT E J1 OBJEK PENDIDIKAN TAK LANGSUNG “MASYARAKAT SEBAGAI OBJEK PENDIDIKAN”


OBJEK PENDIDIKAN TAK LANGSUNG
“MASYARAKAT SEBAGAI OBJEK PENDIDIKAN”
QS.AL-MU’MINUN AYAT 96
M. Khaerul Umam
NIM. (2117321)
Kelas: E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
 2018






KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum
Puji syukur kepada sang ilahi robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami menyelesaikan makalah dengan judul Objek Pendidikan Tidak Langsung “Kelompok Masyarakat  Sebagai Objek Pendidikan”.Ini dapat diselesikan. Tak lupa sholawat serta salam marilah kita curahkan kepada Guru besar kita yakni Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini merupakan slah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Tafsir Tarbawi, pada program Studi Pendididkan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan (IAIN Pekalongan).Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam pembuatan makalah ini,terimakasih penulis sampaikan kepada:
1.      Bapak Muhammad Ghufron.MSI, selakau dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi
2.      Ibu khusnul petugas perpustakaan.
Saya sebagai penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.Dan semoga dengan makalah ini pembaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat.Saya sebagai penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu melimpahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.







Pekalongan, 9 November 2018






BAB  I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pendidikan formal dan informal.Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan berlangsung di persekolahan dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan pekerjaan tertentu. Sedangkan pendidikan informal yaitu pendidikan yang bersifat tidak terprogram, tidak struktur dan berlangsung kapanpun dan dimanapun dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu berbicara tentang bagaimana bentuk karakter manusia bagaimanapun caranya menjadi apa yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di lingkungan sangat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Adapun lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga,sekolah dan masyarakat.

2.      Judul Makalah
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi, dalam hal ini pemakalah membahas tentang "objek Pendidikan 'Tak langsung' (masyarakat sebagai objek pendidikan) Q.S al-mu'minun ayat 96" sesuai dengan tugas yang telah di amanahkan.

3.      Nash dan arti Al Quran surah al-mu'minun ayat 96

ادفع بالتى هى احسن السيئة نحن اعلم بما يصفون

Artinya:" tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.

Allah berfirman dalam surat Al-mu'minun ayat 96( tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik). Di Terangkan pengertian dari ayat ini adalah: Tolaklah keburukan Jika datang kepadamu dengan pembahasan yang lebih baik, yakni membalas keburukan dengan kebaikan, dosa dengan memaafkan, kemarahan dengan kesabaran.










BAB  II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik umumnya pendapat bahwa lapangan pendidikan yang mempengaruhi pendidikan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Selanjutnya, karena asuhan terdapat pertumbuhan anak harus berlangsung secara teratur terus- menerus. Oleh karena itu lingkungan masyarakat akan memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan itu. Jika pertumbuhan fisik akan berhenti saat anak mencapai usia dewasa, namun pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Dalam kaitan ini pula terlihat besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi  dalam pertumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mengenal saja. Menurut Emenson, norma norma kesopanan pula pada orang lain.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek aspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Di lingkungan masyarakat santri barangkali akan lebih memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki ikatan yang longgar tetapi norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri. Kami lebih mengetahui dari siapapun apa yang mereka sifat kan terhadap diri kami, agama yang kami syariatkan terhadap dirimu.[1]

B.     Dalil Masyarakat sebagai objek pendidikan

ادفع بالتي هي احسن السيئة  نحن اعلم بما يصفون
Artinya:”Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kamai lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”



1)      Tafsir al-misbah
Disini Allah berfirman:Hendaklah engkau melanjutkan dakwah dan menghadapi para pendurhaka itu. dengan tabah dan Simpatik. Tolaklah dengan cara, ucapan ,perbuatan dan sikap yang lebih baik keburukan mereka itu antara lain dengan berbuatan baik semampumu kepada mereka, atau dengan tidak menggapai ejekan dan cemooh mereka. Kami lebih mengetahui dari siapapun apa yang mereka sifatkan terhadap diri kami, agama yang kami syariatkan terhadap dirimu. Kalu kami berkehendak, niscaya kami berkehendak, niscaya kami langsung menjatuhkan sanksi terhadap mereka,tetapi itu kami tidak lakukan.Kendati demikian ,penganiayaan mereka tidak akan kami berikan, karena itu pula jangan dan jangan juga risau.[2]

2)      Tafsir Al-Maraghi
Tolaklah kejahatan darimu dengan perbuatan yang lebih baik, dengan memaafkan kejahilan mereka,bersabar atas penganiayaan dan pendustaan mereka terhadap ajaran yang kamu bawah kepada  mereka dari sisi Tuhanmu,sesungguhnya kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka sifatkan,kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap kami, dan perkataan buruk yang mereka lontarkan tentang dirimu, kemudian kami memberi balasan kepada mereka atas semua yang mereka katakan itu. Oleh sebab itu hendaklah perkataan mereka itu tidak membuatmu  bersedih hati dan bersabarlah dengan kesabaran yang baik.

Senada dengan ayat tersebut, ialah firman allah:
ادفع بالتي هي احسن فاذاالذي بينك بينه عداوة كانه ولي حميم
“Tolaklah(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”(Q.S Fusilat;34)
Diriwayatkan, bahwa Anas ra. Berkata tentang ayat ini;Seseorang berkata kepada saudaranya tentang sesuatau yang tidak ada padatnya, maka saudaranya itu berkata,”Jika kamu berdusta maka aku memohon agar Allah mengampunimu,tetapi jika kamu benar maka kau memohon agar Allah mengampuniku”.
Demikianlah, hendaknya kaum mu’minin berdoa, karena setan tidak akan sampai kepada mereka kecuali dengan salah satu di antara kedua jalan ini. Jika hamaba kembali dan berserah diri kepada Allah, serta memohon agar dia melindunginya dari setan-setan, niscaya hatinya akan selalu tanggap dan ingat kepada Allah dalam segala perbuatan  yang dia kerjakan atau tinggalkan, karena hal itu akan mendorongnya untuk selalu taat dan meninggalkan maksiat.
Rasulullah saw,telah memohon perlindungan kepada Allah agar tidak kedatangan setan-setan dalam perbuatan apa pun yang dia kerjakan,terutama ketika mengerjakan sholat, membaca Al-Qur’an dan kedatangan ajal.[3]


3)      Tafsir Al Azhar
Kemudian di ayat  96 Allah memberi tuntunan kepada RasulNya supaya menangkis dan menolak segala sifat jahat yang dilakukan mereka dengan cara yang baik.Betapa pun kejahatan mereka,sampai mereka mengatakan bahwa Tuhan beranak. Allah berserikat dengan tuhan yang lain, namun Tuhan lebih tahu keadaan mereka yang sebenarnya.[4]

4)      Tafsir Jalalain
(Tolaklah dengan menampilkan hal yang lebih baik) yaitu budi pekerti yang baik, bersikap lapang dada dan berpaling dari yang kafir  (hal yang buruk itu) perlakukan mereka  yang menyakitkan terhadap dirimu.Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berperang. (kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan)  kedustaan dan buat-buatan mereka,maka kelak kami akan membalasnya kepada mereka.[5]


C.    Membangun Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antarakebebasan individu dengan kesetabilan masyarakat. Secara harfiah, civil society itu sendiri adalah terjemahan dari istilah latin, civislis societis yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat.  Civil Society disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup.
Secara historis, bangunan masyarakat madani atau civil society di kalangan umat Islam Indonesia telah terbentuk dalam wujudnya yang paling primer, yaitu dalam bentuk pengelompokan sosial yang kaut, yang dilandasi rasa saling memiliki yang kokoh sehingga mampu menciptakan solidaritas sosialnya sendiri.[6]

D.    Aplikasi dalam kehidupan
Tidak seorang pun yang tidak di upayakan oleh setan untuk dirayu dan di ganggunya, karena itu semua manusia,termasuk Nabi Muhammad saw,dianjurkan untuk berlindung kepada allah swt. Keterpeliharaan para nabi dri melakukan pelanggaran tidak mengurungkan niat setan untuk menggangu, walaupun dia selalu gagal, karena pemeliharaan Allah swt. Dan kuatnya pertahanan mereka. Begitu juga kepada manusia,setan selalu berupaya menggangu manusia untuk melakukan perbuatan yang tercela,bermaksiat,berbohong, dan lain sebagainya agar setan merasa senang. Akan tetapi jika keimanan seseorng kuat maka upaya apa saja yang dilakukan setan untuk merayau manusia akan gagal, karena terpeliharanya keimanan seseorang tersebut.

E.     Aspek Tarbawi
ü  Membalas keburukan dengan kebaik merupakan akhlak terpuji yang diperintahkan
ü  Membalas keburukan dengan kebaikan dapat mengantarkan pelakunya (Orang yang memusuhi) menjadi sahabat dekatnya.
ü  Kita harus senantiasa taat dan berserah diri kepada Allah sat.Karena Allah maha mengetahui atas segala hal.
ü  Senantiasa mendoakan untuk kebaikan orang lain.
ü  Dalam surat ini Allah memberi petunjuk bagaimana menghadapi orang-orang yang berlakau menganiaya kita, yaitu dengan jalan kebaikan.

















BAB  III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai_nilai yang berkaitan dengan aspek-aspek spritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Seperti halnya didalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam sehingga dapat membentuk karakter anak sesuai dengan nilai religius. Selain itu didalam pendidikan masyarakat,anak belajar untuk memiliki rasa tanggung jawab dan toleransi terhadap norma-norma yang berada di lingkungan masyarakat yang ditinggalinya, sehingga anak tidak bersikap seenaknya sendiri. Anak belajar bahwa dia tidak hidup sendiri dilingkungan tersebut, tetapi juga dia harus bisa berbagi dan tolong menolong terhadap sesama ciptaan Allah SWT.























DAFTAR PUSTAKA


Al-Maraghi. Ahmad Mushthafa. 1985. Tafsir Al-maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang)
Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:PT Pustaka Panjimas)

Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Imam Jalalud-din Al-Mahalliy. 1990Tafsir Jalalain,(Bandung:Sinar Baru)

Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)

Shihab Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta:Lentera Hati)



BIODATA

NAMA: Muhammad Khaerul Umam (Umam)
Tempat,tanggal lahir: Pekalongan, 13 Desember 1997
Alamat:  Pabean Pekalongan ,Kec.Pekalongan Utara   Rt:006      Rw:013
Riwayat Pendidikan
TK: MUSLIMAT NU PABEAN
MI: MSI 12 PABEAN
SMP: WAHID HASYIM PEKALONGAN
SMA: HASYIM ASY’ARI PEKALONGAN
KULIA: IAIN PEKALONGAN (Masih dalam proses)




























[1] Prof.Dr.H.Jalaluddin,Psikologi Agama,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2001), hlm.222-223
[2]  Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta:Lentera Hati,2002),h.246
[3]  Ahmad Mushtahfa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi,(Semarang:PT Karya Toha Putra,1985),h.98-99

[4] Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-Azhar,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,2003),h.90
[5] Imam Jalalud-din Al-Mahalliy Imam Jalalud-din As-Suyuthi,Tafsir Jalalain,(Bandung:Sinar Baru,1990),h.1440-1441
[6] http://www.academia.edu/17631294/ ( diakses tanggal 7 november 2018, pukul 12.34)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar