Laman

Rabu, 21 November 2018

TT A L1 METODE PENDIDIKAN SPACIAL "METODE KISAH"


METODE PENDIDIKAN SPACIAL
"METODE KISAH"
Q.S. AL-A’RAAF 7 : 176
Nailal Izza
NIM. (2117112)
Kelas A 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN


2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Spacial” dengan tema Metode Kisah ini. Kemudian shalawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa untuk Bapak  Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan tugas kepada saya untuk membuat makalah ini.
Untuk itu, penulis yang hanya orang biasa tetapi ingin melakukan sesuatu yang luar biasa mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca dalam penulisan makalah ini. Karena mungkin masih banyak kekurangan dan juga kesalahan-kesalahan yang tidak di ketahui penulis baik dari tulisan, isi, dan lain sebagainya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memudahkan pembaca dalam memahami materi     perkuliahan yang ada.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pekalongan, 22 November 2018


Penulis            


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Al-qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenaranya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupan.
Namun demikian Al-qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Al-qur’an tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memahami ajaran Al-qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir yang sebagaimana dikemukakan oleh para ulama.
Dalam Al-qur’an dan hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia dalam menerima tuntunan Allah swt. Dalam hal ini salah satunya yaitu metode kisah, merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak manusia kejalan yang lebih baik yaitu jalan yang diridhoi Allah swt.
B.       Rumusan Masalah
1.                            Apa hakikat dari metode kisah?
2.                            Bagaimana dalil dari metode kisah yang sesuai dengan Al-qur’an?
3.                            Bagaimana implementasi metode kisah dalam pendidikan?

C.       Tujuan Masalah
1.                Untuk mengetahui hakikat dari metode kisah.
2.                Untuk mengetahui dalil dari metode kisah yang sesuai dengan Al-qur’an.
3.                Untuk mengetahui implementasi metode kisah dalam pendidikan.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hakikat Metode Kisah
Secara etimologis kata “qishah” berasal dari kata “al-qashshu”, yang artinya mencari jejak, seperti terungkap dalam kalimat “qashashtu atsarahu”, artinya saya mencari jejaknya.
Sedangkan secara terminologis, kata “Qishah Al-qur’an” mengandung dua makna yaitu, pertama: “Al-qashash fi Al-qur’an” yang artinya pemberitaan Al-qur’an tentang hal ikhwal ummat terdahulu, baik informasi tentang kenabian maupun tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada ummat terdahulu. Kedua, “Qashash Al-qur’an” yang artinya karakteristik kisah-kisah yang terdapat dalam Al-qur’an. Pengertian yang kedua inilah yang dimaksud kisah sebagai metode pendidikan.
Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa  bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia di segala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzaliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasaranya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau dzalim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.
Metode kisah juga merupakan metode Al-quran dan hadis dalam menyampaikan bimbinganya kepada manusia. Dalam Al-quran banyak dikisahkan sejarah dan pengalaman umat pada zaman nabi-nabi terdahulu, kemajuan, kemunduran, bahkan kehancuranya. Tujuannya adalah menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi umat masa kini dan masa depan, terutama perihal nasib umat yang mendustakan Tuhan dan membuat kerusakan di muka bumi.
Dengan demikian metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik sebab kisah itu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.[1]
B.       Dalil dari Metode Kisah yang Sesuai dengan Al-qur’an
Dalil metode kisah terdapat dalam surat Al-A’raf ayat 176
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya:
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”(Q.S. Al-A'raf Ayat:  176).
Tafsir:
a. Al-Maraghi
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا
Kalau kami menghendaki agar orang itu kami angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkanya kepada derajat-derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu kami lakukan. Yaitu, kami buat petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia mesti mengamalkanya, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Karna bagi kami itu pun tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami.
وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
Akan tetapi orang itu cenderung dan lebih condong  terhadap dunia yang tidak akan ada puas-puasnya. Akhirnya, hilanglah perhatianya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami yang telah kami berikan kepadanya.[2]
b. Al-Mishbah
Allah swt menyatakan bahwa, dan sekiranya kami menghendaki, pasti kami mensucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya denganya, yakni melalui pengalaman terhadap ayat-ayat, bukan hanya menuruti hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya duniawi yang diperumpamakan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, saat di halau atau dibiarkan dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti melekatnya kulit pada daging. Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian melepaskan tuntunan pengetahuanya. Seharusnya sepengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk yang menjerumuskanya terus untuk mengejar kebahagiaan duniawi, karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing tersebut.
c. Tafsir Jalalain
176. (Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikandia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat itu). Umpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan dengan qarinah ada nyafa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.[3]


C.       Implementasi Metode Kisah dalam Pendidikan
Pada dasarnya kisah-kisah Qur’ani berisi nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sangat efektif diterapkan dalam interaksi pendidikan. Kisah-kisah dan nasihat itu jika disampaikan secara baik akan sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta didik. Dalam Al-qur’an terdapat kisah kisah yang sangat berharga nilainya, yang mana hal tersebut apabila digunakan untuk proses pendidikan Islam akan dapat membantu mengarahkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang beriman dan mampu memenfaatkan waktu dalam mengerjakan sesuatu yang diridhoi Allah swt. Untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Al-qur’an mempergunakan kisah-kisah untuk semua jenis pendidikan dan bimbingan yang dicakup oleh metodologi pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, pendidikan akal, dan pendidikan jasmani. Kisah dalam Al-qur’an juga mempunyai tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan karena Al-qur’an bukanlah buku cerita tetapi kitab suci yang mengandung pendidikan dan tuntunan yang sangat teliti dalam penyampaiannya dari segi keindahan bahasanya. Dalam Al-qur’an terdapat kisah seorang tokoh yang memiliki kesan luhur, suci dan sempurna sehingga patut untuk diteladani dan dijunjung tinggi. Di samping itu juga terdapat kisah dari golongan yang memberikan kesan kehitaman hati dan perilaku mereka, hal ini dimaksudkan agar kita menjauhi perbuatan itu dan mengambil hikmah yang terkandung didalamnya.[4]



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Metode kisah adalah suatu metode pendidikan yang dalam penyampaianya dengan menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah untuk dijadikan sebagai i’tibar atau ibrah. Dimana dalam peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai tauladan untuk kita sehingga kita bisa menjadi muslim yang lebih baik.
Kemudian apabila kita memiliki pengetahuan, seharusnya kita bisa menggunakan pengetahuan tersebut untuk sesuatu yang lebih bermanfa’at baik di dunia terlebih untuk akhiratnya. Bukan hanya digunakan untuk mengejar sesuatu yang mengarah kepada nafsu dunia saja, sedangkan untuk akhiratnya dilalaikan. Karena setiap orang pasti ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga di akhiratnya.
B.       Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Dengan pembahasan tentang “Metode Pendidikan Spacial” dengan tema Metode Kisah ini, semoga  kita bisa memahami dengan baik dan bisa mengamalkannya sesuai Al- qur an. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan dan terimakasih.





DAFTAR PUSTAKA
Mushthafa Al Maraghi Ahmad. 1994. Tafsir Al Maraghi. Semarang. CV. Toha Putra Semarang.
Jalalud-Din Al Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung.
M. Irfangi. 2017. “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah”. Jurnal Kependidikan. 5 (1) : 8.
http://www.wartamadrasah.com/2016/03/metode-kisah-sebagai-suatu-metode-html?m=1, (Diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.12).













BIODATA DIRI

Nama                                       : Nailal Izza
Tempat, tanggal lahir              : Pekalongan, 16 Mei 1999
Alamat                                    : Jl. Pelita V Rt 02 Rw 11 No. 20 Jenggot   Pekalongan Selatan
Hobi                                        : Membaca
Wa                                           : 085742590749
Motto hidup                            : Jangan lelah untuk menjadi orang baik.
Riwayat pendidikan                ; a. MIS Jenggot 03
b. SMP Negri 14 Pekalongan
c. SMA Negri 1 Kedungwuni
d. IAIN Pekalongan (masih)















[1] Warta Madrasah, “Metode Kisah Sebagai Suatu Metode Pendidikan Islam”, http://www.wartamadrasah.com/2016/03/metode-kisah-sebagai-suatu-metode-html?m=1, (Diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.12)
[2] Ahmad Mushthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1994), hlm. 195.
[3] Imam Jalalud-Din Al Mahally dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, (Bandung : CV. Sinar Baru Bandung, 1990), hlm. 693-694.
[4] M. Irfangi, “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah”, Jurnal Kependidikan. Vol 5. No. 1 Mei 2017, hlm. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar