Laman

Rabu, 21 November 2018

TT A L2 METODE PENDIDIKAN SPESIAL (METODE AMTSAL / PERUMPAMAAN)


METODE PENDIDIKAN SPESIAL
(METODE AMTSAL / PERUMPAMAAN)
Dwi Ari Ariyanti
NIM. (2117118)
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN


2018




 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT., atas nikmat dan rihdon-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugasnya dalam pembuatan makalah tentang “Metode Amtsal”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, para sahabatnya, beserta para pengikutnya yang tetap setia dalam keimanan hingga akhir zaman  yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya dapat tersususun bukan hanya dari usaha keras penulis semata, melainkan berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, terutama kepada Bapak dan Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan, kepada Bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi A, yang telah memberikan motivasi serta nasehat-nasehat di IAIN pekalongan.
Tiada gading yang tak retak, karena bukan gading kalau tak retak. Itulah peribahasa yang dapat mewakili berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Hal ini karena  penulis menyadari  masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, mengingat keterbatasan kemampuan penulis sebagai seorang makhluk, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu diharapkan dengan adanya kritik dan saran dapat menjadi bahan evaluasi bagi kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah yang berjudul Metode Pendidikan “Khusus”; “Metode Amtsal” dapat memberi manfaat, baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.

Pekalongan, 22 November 2018
Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....3
BAB I   PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………………5
BAB II   PEMBAHASAN
A. Hakikat metode Amtsal…………………………………………………………6-7
B. Tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25…………………………………………………7-10
C. Aplikasi dalam pendidikan………………………………………………………..11
D. Aspek Tarbawi………………………………………………………………12
BAB III   PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14
BIODATA PENULIS…………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ajaran islam, dimana sesuatu mengenai hidup dan kehidupan telah diatur didalamnya. Didalam menyampaikan ajaran-Nya Al-Qur’an menggunakan berbagai metode, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan.Sebab metode menjadi salah satu cara untuk menjelaskan berbagai inti yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, agar dapat dipahami oleh manusia.salah satu metode yang di gunakan adalah Metode Amtsal atau perumpamaan.Dari sekian banyak perumpamaan yang Allah buat di antaranya terdapat pada QS.Ibrahim ayat 24-25, tetang perumpamaan pohon.Penelitian ini mencoba mengungkapkan perumpamaan sifat pohon dalam pembentukan akhlak mukmin yang susuai dengan QS.Ibrahim ayat 24-25.
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dikategorkan kedalam kelompok kisah yang bersifat kesusastraan murni, sebab perumpamaan merupakan salah satu cara yang baik untuk menyatakan suatu pikiran dalam bentuk kesusastraan Arab. Oleh karenanya, dalam  pengungkapan suatu pikiran, baik dalam bentuk berita, perintah, dan larangan maupun dalam bentuk nasehat-nasehat, Al-Qur’an menempuh berbagai cara dalam mengantar manusia  kepada kesempurnaan kemanusiaannya. Antara lain dengan mengemukakan perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan merupakan contoh-contoh hikman bagi yang tidak terjangkau oleh pendengaran dan penglihatan untuk memberikan hidayah pada jiwa-jiwa dengan apa yang diketahuinya.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian metode amtsal ?
2.      Bagaimana Dalil dan tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25 ?
3.      Bagaimana  aplikasi dalam pendidikan ?
4.      Apa saja aspek tarbawi ?
C. Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa pengertian metode amtsal ?
2.      Untuk mengetahui dalil dan tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25 ?
3.      Untuk mengetahui apa aplikasi dalam pendidikan ?
4.      Untuk mengetahui apa aspek tarbawi ?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
a.       Pengertian Metode Amtsal
Amstal jamak dari matsal. Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan, seperti firman Allah swt dalam surat Ar-ra’du ayat 35 yang artinya: “Yakni kisah surga dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa…”
Di dalam ilmu Adab (sastra), matsal diartikan dengan suatu perkataan yang dihikayatkan dan sudah berkembang yang dimaksudkan dari menyerupakan keadaan orang yang dihikayatkan padanya dengan keadaan orang yang matsal itu dibicarakan.
Dengan perumpamaan, Allah mengumpamakan perkara maknawi dengan perkara indrawi, agar kesannya lebih menyentuh jiwa dan lebih sempurna bagi orang yang berakal. Bagi orang-orang Arab, kata Amtsal atau perumpamaan adalah gaya pengungkapan perasaan yang biasa digunakan untuk memperjelas makna-makna yang dikehendaki terpatri kokoh didalam hati para pendengar. Al-Qur’an penuh dengan kata-kata tersebut. Demikian Sunnah Nabawiah, serta menggunakan kata-kata tersebut. Sering masalah-masalah penting disusul dengan perumpamaannya, agar kesannya menyentuh jiwa.[1]
b. Macam-macam amsal (perumpamaan) dalam al-qur’an :
1. Amtsal yang tegas (musharrahah)
Ialah yang ditegaskan didalam lafadz masal yang menunjukkan kepada tasbih.Diantara perumpamaan yang Allah berikan terhadap orang-orang munafik dalam surat Al-Baqarah. Pertama, perumpamaan yang berhubungan dengan api. Dan yang kedua perumpamaan yang berhubungan dengan air. Dan Allah membuat dua perumpamaan pula, perumpamaan yang berhubungan dengan air dan perumpamaan yang berhubungan denga api dalam surat Ar-Ra’du.[2]
2. Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
Ialah yang tidak ditegaskan lafadz tamsil. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa makna yang mempunyai tekanan apabia ia dipindahkan kepada yang menyerupainya.[3]
3. Amtsal yang terlepas(mursalah)
Ialah kalimat-kalimat yang disebut secara terlepas tanpa ditegaskan lafadz tasbih. Tetapi dapat dipergunakan untuk tasbih.[4]
B.     Dalil QS. Ibrahim Ayat 24-25 tentang metode perumpamaan

اَلَمْ تَرَكَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَا بِتٌ وَّ فَرْ عُهَا فِي السَّمَاءِۙ ◌ تُؤْ تِيْۤ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبِّهَا، وَيَضْرِبُ اللّٰهُ اْلاَمْثَا لَ لِنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَ كَّرُوْنَ ◌             Artinya :“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (24”). Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (25)”.
1. Tafsir Al-Maraghi
أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا
“Tidaklah kamu, wahai manusia, mengetahui secara yakin bagaimana Allah telah membuat perumpamaan dan meletakannya pada tempat yang tepat.”
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ
تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها
“Sesungguhnya, Allah yang Maha Kuasa telah membuat perumpamaan bagi kalimat yang baik, yaitu iman yang tetap didalam kalbu mu’min, yang karena itu amalnya diangkat ke langit.”
Allah mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah, indah dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang karenanya tidak mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara.Keadaan ini menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya pohon dari benda-benda busuk yang ada di dalam tanah serta kotoran bangunan. Maka pohon itu mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan berbuah pada setiap musim dengan perintah serta izin penciptanya.Jika seluruh sifat tersebut dimiliki oleh pohon ini, maka akan banyak manusia yang menyukainya.
Allah ta’ala mengumpamakan kalimat iman dengan sebuh pohon yang akarnya tetap kokoh di dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu berbuah pda setiap musim.Hal ini disebabkan apabila hidayah telah bersemayam didalam satu kalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah pada setiap musim, karena buahnya tidak pernah terputus. Setiap kalbu menerima dari kalbu serupa dan mengambil dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api pada kayu bakar yang kering, atau aliran listrik pada logam, atau cahaya.
Kemudian, Allah mengsyaratkan keagungan perumpamaan ini, agar ia menjadi pendorong untuk memikirkan dan mengetahui maksudnya:
وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرون
Pembuatan perumpamaan akan membantu memahamkan dan mengingatka menusia terhadap makna perkataan, karena hati lebih mudah di lunakkan dengan perumpamaan-perumpamaan. Ia dapat mengeluarkan makna dari yang tersembunyi kepada yang jelas, dan dari yang dapat diketahui dengan pikiran kepada yang dapat diketahui dengan tabiat.Dengan perumpamaan, sesuatu yang rasional bisa disesuaikan dengan sesuatu yang indrawi. Maka, tercapailah pengetahuan yang sempurna tentang sesuatu yang diumpamakan.
Orang-orang yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang yang memiliki kalimat yang baik; ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat mereka didunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang cabang-cabangnya menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka  atau putra bangsa lain. Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan. Sungguh perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang cabang-cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia memakannya dimusim panas atau musin dingin.[5]
2. Tafsir Ibnu Katsier
Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik ialah ucapan “lailaha illallah”. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore, atau malam bahkan pada tiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada suatu ketika bertanya kepada kita yang berada disekelilingnya “beritahulah aku tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim, yang tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan memberikan (menghasilkan) buahnya tiap waktu seizing tuhannya”. “itulah pohon kurma”, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.[6]
3. Tafsir Al-Mishbah
Ayat ini mengajak siapa pun yang dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan, dengan masyarakat tidakkah kamu melihat, yakni memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat di robohkan oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu, yakni musim dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. DemikianAllah membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan permisalan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.[7]
Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma. Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul saw. lalu beliau bersabda: ”Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan orang muslim!” Putra Umar berkata: “Tertintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.” Dan seketika Rasul saw. tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: ”Pohon itu adalah pohon kurma.” Setelah selesai pertemuan dengan Rasul saw. itu aku berkata kepada (ayahku) Umar: “ Wahai Ayahku! Demi Allah telah tertintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.” Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak menyampaikannya?” Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segan berbicara.” Umar ra. berkata: “Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain).
Ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat Tauhid, atau iman, bahkan ada memahaminya menunjukkepada pribadi seorang mukmin. Iman terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon, cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-amalnya diterima oleh Allah, buahnya, yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap saat. Thahit Ibn Asyur memahaminya dalam arti Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuknya. Thabathaba’i memahaminya dalam arti kepercayaan yang haq.Makna-makna diatas semuanya dapat bertemu. Agaknya secara sigkat kita dapat menyatakan bahwa ia adalah Kalimat Tauhid.
Kalimat Tauhid adalah pusat yang berkeliling disekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak boleh dilepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya yang berkeliling disekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supra natural, kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi, kesatuan kamanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia dan lain-lain.
C.    Aplikasi metode perumpamaan dalam pendidikan
Nilai Tarbawi yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.[8]
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadian serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia. Begitu juga halnya dengan manusia, ia juga harus bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan yang telah di perolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.[9]

D.  Aspek Tarbawi
a.       Allah akan meneguhkan iman orang-orang yang beriman pada masa hidupnya. Kemudian Allah jugaakan meneguhkan iman mereka sesudah mati, yaitu didalam kubur yang merupakan tempat persinggahan pertama di akhirat.
b.      Mendekatkan makna pada pemahaman.
c.       Merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam  perumpamaan tersebut, yang menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan.
d.      Mendidik akal supaya berpikir logis dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis dan sehat.
Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan menghidupkan naluri, yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorong seseorang untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran.










BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan.Bagi orang-orang Arab, kata Amtsal atau perumpamaan adalah gaya pengungkapan perasaan yang biasa digunakan untuk memperjelas makna-makna yang dikehendaki terpatri kokoh didalam hati para pendengar.
Al-Quran sebagai kitab suci dalam menyampaikan pesan-pesan ilahi menggunakan Amtsal untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak secara konkret, agar yang abstrak itu mudah dipahami dan berpengaruh bagi jiwa manusia.Objek-objek perumpamaan yang nyata dipergunakan untuk memudahkan memahami konsep berdasarkan perhatian yang diberikan. Macam-macam amsal (perumpamaan) dalam al-qur’an : Amtsal yang tegas (musyarrahah), Amtsal yang tersembunyi (kaminah) dan Amtsal yang terlepas (mursalah).
B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Dengan pembahasan tentang “Metode Pendidikan Spacial” dengan tema Metode Perumpamaan ini, semoga  kita bisa memahami dengan baik dan bisa mengamalkannya sesuai Al- qur an. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan dan terimakasih.




DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa.1994. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi.Semarang CV Toha Putra.

Khalil al-Qaththan Manna’. 1985. Mabahits fi Ulum al-Qur'an. Beirut Mu'assasah ar-Risalah.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta. Lentera Abadi.
M. Quraish Shihab.Tafsir Al-Mishbah.2002. Jakarta. Lentera Hati.
https://www.kelaspena.com/2017/11/metode-pendidikan-islam.html, (diakses pada tanggal 22 November 2018 pada pukul 20.57)




BIODATA DIRI

                    
Nama                                       : Dwi Ari Ariyanti
Tempat, tanggal lahir              : Pekalongan, 02 Oktober 1999
Alamat                                    : Ds. Jajarwayang Rt.03/ Rw. 01, kecamatan Bojong, kab. Pekalongan
Hobi                                        : Memasak
Wa                                           : 085642722183
Motto hidup                            : Teruslah berbuat baik walaupun tidak diperlakukan dengan baik, jangan pernah bosan, tetap positif thinking, dan jujur.
Riwayat pendidikan                ;
a. SD Negeri 2 Jajarwayang
b.      SMP Negri 1 Bojong
c.       SMK Negri 1 Kedungwuni
d.      IAIN Pekalongan (masih)





[1] Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi (Semarang : CV Toha Putra, 1994) Hlm. 277.
[2]Manna' Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an, (Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, 1985),
hlm. 404
[3]Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 5
[4]Ibid, hlm. 85

[5] Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa, Op.Cit., hlm. 275-280
[6] https://www.kelaspena.com/2017/11/metode-pendidikan-islam.html, (diakses pada tanggal 22 November 2018 pada pukul 20.57)
[7]Quraish Shihab, M, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 365.  

9 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 144-145. Pada hari kamis pukul 19.36





Tidak ada komentar:

Posting Komentar