Laman

Jumat, 15 Maret 2019

TT C 3B PENDIDIK ADALAH RAHMAT


PENDIDIK ADALAH RAHMAT
Anisah Fauziyah Nur Khasanah
 NIM  : 2418010
Kelas : C

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang benerang yaitu agama islam.           
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami beri judul Pendidik Adalah Rahmat. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan banyak terimah kasih khususnya kepada bapak dosen dan teman-teman yang sudah membantu kami, semoga senantiasa di berikan kesehatan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami khususnya saya pribadi, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita di dunia maupun akhirat.



Pekalongan, 19 Maret 2019.


                                                                                           Penyusun




                                                                       









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i                                                                                                
DAFTAR ISI........................................................................................................ii              
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
  1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
  2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
  3. Tujuan.......................................................................................................2 
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
  1. Hakikat Rahmat........................................................................................3

  1. Pendidik adalah Rahmat Bagi Semua.......................................................3

  1. Dalil Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan lil Alamin....................4

  1. Analisis Pendidik Penuh dengan Kasih, Sayang dan Cinta......................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................11

  1. Simpulan..................................................................................................11

  1. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................iii

LAMPIRAN.......................................................................................................iv













BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.Pernyataan  bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia terhadap manusia yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan, hanyalah sekedar untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu. Sedangkan jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya.
Demikian pula prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam lebih tinggi nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan. Perbaikan-perbaikan tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin, perintah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Al-Quran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai dasar perjuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Dengan demikian seluruh umat manusia memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langstung dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Tetapi kebanyakan manusia masih banyak yang mengingkari, padahal rahmat yang mereka peroleh itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1.    Apa itu Hakikat Rahmat ?
2.    Apa yang dimaksud pendidik sebagai rahmat ?
3.  Bagaimana Dalil Nabi Muhammas SAW sebagai Rahmatan lil Alamin?
4.  Bagaimana analisis Pendidik Penuh dengan Kasih, Sayang dan Cinta ?

C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui  Hakikat Rahmat
2.    Untuk mengetahui Pendidik sebagai rahmat
3.    Untuk mengetahui Dalil Nabi Muhammas SAW sebagai Rahmatan lil Alamin
4.    Untuk mengetahui analisis Pendidik Penuh dengan Kasih, Sayang dan Cinta.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Rahmat
       Kata rahmat secara etimologis identik dengan rahima, lambang cinta sejati seorang ibu pada anaknya. Hubungan itu menyiratkan agar manusia memiliki rahmat sejati terhadap sesama layaknya seorang ibu pada anaknya yang tulus mendedikasikan diri, waktu dan tenaganya dalam menjaga dan mengurus anaknya. Dibutuhkan kekuatan, ketidakegoisan, dan ketabahan tingkat tinggi untuk menjalaninya karena harus bisa mengontrol rasa lelah, marah, dan frustasi, Manusia didorong untuk memilikinya karena mereka adalah makhluk yang paling bergantung pada kasih sayang dibanding makhluk lain.[1]
     al-Rahmah adalah sifat belas kasih yang menetapkan adanya perbuatan baik terhadap orang yang dikasihi. Jadi kata al-rahmah mencakup dua makna, yakni kasih sayang serta berbuat baik. Jika dikaitkan dengan Allah, maka bentuk rahmatNya adalah pemberian nikmat dan keutamaan, sedangkan bila dikaitkan dengan manusia, maka al-rahmah berarti rasa belas kasih dan kasih sayang. al-‘Ālam (العالم) adalah nama untuk falak dan semua hal yang terkandung di dalamnya. Lafad العالم menggunakan shighat demikian karena kedudukannya disamakan dengan alat (آلة , (karena العالم adalah آلة yang memberi petunjuk pada manusia mengenai keberadaan Sang Pencipta dan keesaanNya. Jika menggunakan bentuk jama’ (al-‘ālamīn), hal itu karena setiap bagian yang tercakup dalam lafad ‘alam terkadang disebut juga dengan ‘alam, contoh alam manusia, alam air, alam api, alam jin, alam hewan, dan semisalnya.
B.     Pendidik adalah Rahmat bagi Semua
      Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat penting, dalam proses pendidikan. pendidik adalah tempat bertanya bagi anak didiknya ketika mereka tidak memahami suatu permasalan. Pendidik adalah suri tauladan utama bagi anak didik dan mempunyai peranan sangat penting dalam sebuah proses pembentukan karakternya. Mengingat begitu pentingnya peran seorang pendidik dalam sebuah proses pendidikan,  perlu upaya memahami kreteria dan tugas seorang pendidik menurut persektif al-qur’an adalah kitap suci yang member petunjuk kepada manusia jalan yang terbaik bagi kehidupan duniawi ukhrawi mereka. Alqur’an mengandung sebuah pelajaran penting untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan.[2]
     Dalam Islam, guru merupakan profesi yang sangat mulia, karenapendidikan adalah salah satu tema sentral Islam. .Bagi Islam, guru haruslah bukan hanya tenaga pengajar, tetapi sekaligusadalah pendidik. Karena itu, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentukwatak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam

C.    Dalil Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan lil Alamin
Qs. al-anbiya’ :21 : 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
”Kami tidak mengutus kamu, wahai Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”. [3]
1.      Munasabah Ayat
Munasabah Ayat ini bermunāsabah dengan ayat-ayat sebelumnya dalam surat alAnbiyā’ yang berisi kisah para Nabi dan penegasan bahwa Alquran adalah risalah Nabi Muhammad dan pedoman hidup manusia. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tujuan pengutusan Nabi Muhammad, yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik dalam masalah agama ataupun duniawi. Dalam masalah agamaNabi Muhammad membebaskan manusia dari jerat kesesatan dan kebodohan, sedangkan dalam masalah duniawi, Nabi Muhammad memberi mereka pertolongan dan kemuliaan di bawah naungan Islam serta membebaskan mereka dari lembah kehinaan,dan pertikaian panjang.[4]
2.       Penafsiran Surat Al-Anbiya’ Ayat 107
       Secara i’rāb, lafad ًRahmatan dibaca naṣab, karena berkedudukan sebagai ḥāl dari ḍamir mukhaṭab maf’ūl (huruf ك ( َsehingga bermakna bahwa kepribadian Nabi Muhammad adalah rahmat. Lafad ًrahmatan juga bisa menjadi ḥāl dengan membuang muḍāf yang asalnya adalah رحمة ذا , jadi Nabi Muhammad adalah seorang penyayang. Menurut al-Shaukany, ayat tersebut berisi istithna’ mufarragh min a’ammi al-aḥwāl wa al- ’ilal yang bermakna “Kami tidak mengustus kamu karena suatu alasan lain kecuali karena rahmat Kami yang luas, sebab petunjuk yang kamu bawa adalah sebab kebahagiaan dunia dan akhirat”.  ditujukan pada Nabi Muhammad dan merupakan sebuah kemuliaan besar bagi pribadinya. Menurut Quraish Shihab, ayat ini menyebut empat hal pokok, yakni Dzat Yang mengutus Nabi Muhammad (Allah), Rasul Allah (Nabi Muhammad), Nabi Muhammad yang diutus pada alam semesta dan risalah. Keseluruhan empat hal itu, masing-masing mengisyaratkan adanya sifat “rahmat” yang bersifat umum, serta tidak terbatas waktu dan tempat karena lafad raḥmat menggunakan isim nakirah (indefinitif).[5]
    Selain sosoknya yang rahmat, hakikat risalah Nabi Muhammad juga rahmat dan nikmat Allah pada alam semesta, penuh dengan hidayah dan agama haq. Sayyid Quthb menyebutkan bahwa manhaj Nabi Muhammad dikatakan rahmat karena : [6]
a. Menghendaki kebahagiaan manusia dan menuntun mereka pada  kesempurnaan yang telah ditentukan dalam kehidupan ini.
b. Mencakup seluruh pokok kehidupan dan siap memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang terus menerus baru dan berubah, sebab pembentuk manhaj ini adalah Allah, Dzat yang lebih mengetahui perihal makhlukNya.
c. Memberi kebebasan manusia untuk berpikir kebaikan hidup mereka dengan syarat tidak melampaui ketentuan Al-quran.
d.Senantiasa menuntun manusia untuk terus maju dan tidak mundur kebelakang.
e. Mengajarkan keserasian dan keseimbangan antara jasmani maupun rohani dan mengajak manusia untuk memenuhi kebutuhan masing-masing sesuai ketentuan syariat.
f. Memberikan taklif sesuai kemampuan manusia itu sendiri karena Allah memahami keterbatasan manusia
g. Membawa seruan untuk bersatu dalam satu akidah dan menghapuskan segala bentuk perbedaan. Semua orang memiliki kedudukan yang setara dalam pandangan Allah dan di depan hokum
      Nabi Muhammad Sebagai Rahmat li al-‘Ālamīn Keadaan bangsa Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad dan ajarannya benar-benar berada dalam kerusakan moral luar biasa. Keadaan tersebut dilukiskan sebagai “dunia yang sedang terhuyung-huyung (faltering) dan hendak roboh (tumbledown)”. Dunia yang tidak memiliki pegangan hidup (akidah) dan aturan. Dunia yang telah kehilangan ketentraman lahir dan batin. Keadaan bangsa Arab saat itu tercerai berai dan dalam “kegelisahan”. Mereka senang melakukan peperangan hanya berdasarkan sebab sepele. Masing-masing kelompok (suku) Yāqūt, Nabi al-Raḥmah. sibuk memikirkan diri sendiri. Individualisme dan sukuisme menjadi fenomena yang meluas di kalangan Arab saat itu. ‘Aṭiyah al-Abrāshi menggambarkan bahwa kerusakan telah melanda dunia Arab secara keseluruhan, termasuk Romawi, Persia, dan India. [7]
      Hati mereka buta, Jiwa-jiwa mereka tersesat. Penyembahan matahari dan berhala menjadi pemandangan umum. Romawi dengan ideologi kapitalis, materialistis, dan militerisnya melakukan penjajahan dan ekspansi di dunia. Manusia diadu seperti hewan, dan kekuatan seninya adalah seni materialistis, seks, perempuan dan lelaki telanjang. Sedangkan di Persia, ideologinya melebihi komunis. Ideologi mereka disebut fasdah dan salah satu aturannya adalah kebolehan seorang anak menikahi ibunya sendiri. Cinta dan kasih sayang telah sirna dari kehidupan mereka sehingga kezaliman merajalela dan keadilan tersingkirkan. Itulah yang dikenal dengan sebutan “the age of ignorance” (abad kebodohan), sebuah abad yang penuh kegelapan di berbagai bidang kehidupan manusia.
 Beberapa hal yang dicatat oleh Hafiz Ghulam Sarwar untuk melukiskan kebobrokan dan kerusakan moral bangsa Arab saat itu[8]
 a. Pembunuhan terhadap anak perempuan Di kalangan Bani Tamin dan Quraisy, anak perempuan dianggap sebagai gangguan dan pembawa kesedihan. Beberapa orang tua justru merasa bangga dan hebat dengan membunuh anak perempuan sehingga Qais bin Asim tercatat telah membunuh sepuluh anak perempuannya.
 b. Menikahi janda-janda. Para janda yang ditinggal mati suaminya menjadi warisan bagi kerabat dekatnya, bahkan terkadang seorang anak laki-laki harus mengawini mantan istri ayahnya.
c. Perzinahan dan persetubuhan di luar nikah Perzinahan sama sekali tidak dianggap sebagai tindak kejahatan atau perbuatan dosa.
 d. Poligami dan perceraian Saat itu tidak ada aturan mengenai pernikahan dan perceraian. Seorang lelaki bisa menikahi berapa saja perempuan yang dikehendaki dan bisa menceraikannya kapan saja.
e. Perjudian dan mabuk-mabukan Minum arak, sebagaimana perjudian adalah adat kebiasaan bangsa Arab. Hampir mayoritas mereka adalah peminum dan penjudi. Dalam tradisi Arab, orang yang tidak suka judi dipandang sebagai orang kikir dan hina.Kegemaran berjudi dan meminum arak sepanjang hari merupakan sumber keonaran dan kekerasan terhadap kemanusiaan yang sangat besar.[9]
 g. Perang antar suku  Orang-orang Arab pra-Islam terkenal sebagai pejuang yang ganas dan garang serta sangat hobi berperang. Pertengkaran antar mulut yang kemudian berujung pada perkelahian antar suku merupakan hal yang menjadi kebiasaan orang Arab.
h. Kepercayaan pada hantu, iblis, dan ruh jahat
 i. Banyak tukang ramal nasib (soothsayer and fortuneteller) Inilah gambaran umum dunia yang akan menjadi sasaran dakwah Nabi Muhammad, sebuah masyarakat yang benar-benar dalam kesesatan dan kegelapan.
      Nabi Muhammad memasuki dunia yang telah kehilangan imannya, kedamaian, dan tatanan eksternalnya. Suatu dunia yang sedang menanti suara pembebasan dalam berbagai sisi kehidupannya. Kehadiran sang pembebas ini sudah diprediksi sebelumnya dalam Injil Barnabas. Seorang ahli kitab Taurat berkata pada Nabi Isa : “Sesungguhnya dalam kitab Taurat tertulis bahwa saat banyak kekacauan dan kerusakan terjadi, Allah akan merahmati alam dengan mengutus Masiya yang karenanya, Allah menciptakan segala sesuatu yang ada.[10]
       Ia akan datang dengan kekuatan dan membinasakan semua berhala dan penyembahnya. Ia hadir diperuntukkan bagi seluruh alam dengan membawa rahmat agar dapat menyelamatkan orang yang beriman padanya. Apakah engkau Masiya yang dimaksud dalam Taurat?’, Nabi Isa menjawab “Bukan, aku bukanlah Masiya yang ditunggu-tunggu. Dia adalah utusan yang dijadikan sebelum aku dan akan datang setelahku.” Utusan itu tak lain adalah khātam al-anbiyā’, Muhammad Rasulullah.Nabi Muhammad hadir di tengah-tengah masyarakat Arab yang sedemikian rusak sebagai utusan Tuhan, sebagai rahmat bagi semesta alam dengan misi “pembebasan”, pembebasan dari segala bentuk khurafat, takhayyul, dan segala jenis kebobrokan moral, dan yang terpenting, dari kebodohan.
        Nabi Muhammad ingin mengembalikan mereka pada Tuhan yang sebenar-benarnya, Allah rabb al-‘ālamīn. Inilah misi berat yang diemban Nabi Muhammad karena merombak sebuah keyakinan masyarakat yang sudah mengakar beratus-ratus tahun dan menggantinya dengan sebuah akidah baru adalah suatu pekerjaan yang sulit, penuh resiko dan memakan waktu lama. Karen Armstrong menyebutkan bahwa butuh waktu sekitar 700 tahun bagi Israel Kuno untuk memutuskan keyakinan lama dan menggantinya dengan keyakinan monoteisme. Namun Nabi Muhammad tidak demikian. Beliau telah membuktikan bahwa dalam kurun waktu sekitar 23 tahun , misi kerasulannya terlaksana dengan baik. Nabi Muhammad, sebagai pribadi rahmat, berusaha tanpa lelah mengembalikan kemanusiaan yang sejak lama terinjak-injak dan hak manusia yang terampas pada tempatnya, terutama dari kalangan akar rumput, masyarakat protelar dan kaum perempuan. Sarwar menyatakan bahwa Muhammad telah terikat untuk memimpin masyarakat dari kebiadaban menuju peradaban, dari kebodohan menuju pengetahuan, dari kebencian menuju cinta, dari kegelapan menuju cahaya, dan dari kematian menuju kehidupan.

D. Analisis Pendidik Penuh Dengan Kasih, Sayang Dan Cinta
    Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan memberi. Pendidik yang mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak didiknya tentunya akan selalu menjaga, melindungi, membimbing, mengajari, melatih, membanti dan memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.
   Dalam proses pendidikan disekolah, peran orangtua digantikan oleh guru, sehingga dalam proses belajar mengajar diharuskan adanya pola hubungan pendidik kepada terdidik agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung terciptanya tujuan pendidikan. Kasih sayang dalam pendidikan sangat penting untuk diterapkan akan tetapi dalam penerapan kasih sayang tersebut perlu adanya batasan-batasan tertentu, karena kasih sayang yang berlebihan dapat memberikan dampak yang berlebihan. Sebagai pendidik yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak, mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh dihari esok. Jangan biarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain.
Peran yang dilakukan pendidik diantaranya :
1.      Pendidik sebagai pembimbing
2.      Pembimbing sebagai pembentuk kepribadian
3.      Pendidik sebagai pembentuk kepribadian
4.      Pendidik sebagai sumber pengetahuan.[11]
                                 BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan
Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat penting, dalam proses pendidikan. pendidik adalah tempat bertanya bagi anak didiknya ketika mereka tidak memahami suatu permasalan. Pendidik adalah suri tauladan utama bagi anak didik dan mempunyai peranan sangat penting dalam sebuah proses pembentukan karakternya. Mengingat begitu pentingnya peran seorang pendidik dalam sebuah proses pendidikan,  perlu upaya memahami kreteria dan tugas seorang pendidik menurut persektif al-qur’an adalah kitap suci yang member petunjuk kepada manusia jalan yang terbaik bagi kehidupan duniawi ukhrawi mereka. Alqur’an mengandung sebuah pelajaran penting untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. 
            Dalam Islam, guru merupakan profesi yang sangat mulia, karenapendidikan adalah salah satu tema sentral Islam. .Bagi Islam, guru haruslah bukan hanya tenaga pengajar, tetapi sekaligusadalah pendidik. Karena itu, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentukwatak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam.

  1. Saran
Demikianlah makalah ini saya tulis semoga dapat menambah wawasan kita semua. Pembahasan lebih luas tentang Q.S Al-Anbiya’ 21:107 dapat diketahui lebih banyak dalam buku referensi yang terdapat didalam daftar pustaka dan apabila dalam penyusunan makalah ini masi terdapat banyak kesalahan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya bersedia menampung kritik dan saran dari pembaca guna kemjuan yang lebih baik.








                  DAFTAR PUSTAKA

Alfina, Mauliya. 2019. ” Pendidik Adalah Rahma”. Pekalongan.

al-Ghaib, Muhammad bin Umar Ar-Razy, Mafatih al-Ghaib. 1430 H.  vol.XXII Bierut: Dar Ihya’ al- turath al-arabiyi.

Alquran 21:107.

Azima, Fauzan. 2010.Konsep Rahmat dalam Alquran. Skripsi tidak ditertibkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuludin UIN Sunan Kalijaga.

Faiqoh, Idlaliyah.2018.“Nabi Muhammad SAW Rahmaran lil Alamin”. Pekalongan.

Khalil. kelengkapan tarikh.

SalwaSabila, Syarifa.2008. “Islam Eropa dan Logika”  (Yogyakarta: Niaga Swadaya  Khalil. kelengkapan tarikh.

Shihab, M. Quraish. 2002. “Tafsir Al-Misbah”. vol VIII. Jakarta: Lentera Hati.





















LAMPIRAN

BIOGRAFI


Nama Lengkap            : Anisah Fauziah Nur Khasanah
Nama Panggilan          : Nisa
Jenis Kelamin              : Perempuan
Alamat                         : Pemalang
TTL                             : Pemalang, 25 Juni 2000
Umur                            : 18 tahun
Hobi                             : Menulis
Cita-cita                      : Pengusaha
Riwayat pendidikan    : SDN 7 JEBED
                                       SMP PGRI 3 TAMAN
                                       SMAN 3 PEMALANG











[1] Fauzan Azima, “Konsep Rahmat dalam Alquran” (skripsi tidak ditertibkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuludin UIN Sunan Kalijaga, 2010), 48.
[2] Maulia Alfina, Pendidik Adalah Rahmat, Pekalongan, 2019, 3.

[3] Alquran 21:107.
[4] Wahbah al-Zuhaily, Tafsir al-munir fi al-aqidah wa Al-shari ah wa a-lmahnaj, (Damkaskus; darul Fikr, 2005),156.
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol VIII, (Jakarta: Lentera Hati,2002), 519.
[6] Qutb, Tafsir fi Dzailal,91-92.
[7] Muhammad bin Umar Ar-Razy, Mafatih al-Ghaib, vol.XXII (Bierut: Dar Ihya’ al-turath al-arabiyi, 1420H),193.
[8] Syarifah Salwasalbila, Islam, Eropa dan Logia  (Yogyakarta: Niaga Swadaya, 2008), 10.
[9] Khalil, kelengkapan tarikh, 29.
[10] Hasan SQ. Nabi,157.
[11] Idlaliyah Faiqoh, Nabi Muhammad SAW Rahmaran lil Alamin, (Pekalongan : 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar