PENDIDIK ADALAH RAHMAT
Anisah Fauziyah Nur Khasanah
NIM : 2418010
Kelas : C
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Sholawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
yang gelap gulita menuju zaman yang terang benerang yaitu agama islam.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami
beri judul Pendidik Adalah Rahmat. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan banyak terimah kasih khususnya kepada bapak dosen dan teman-teman
yang sudah membantu kami, semoga senantiasa di berikan kesehatan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
kelompok kami khususnya saya pribadi, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita di
dunia maupun akhirat.
Pekalongan, 19 Maret 2019.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
- Latar Belakang
Masalah............................................................................1
- Rumusan
Masalah.....................................................................................1
- Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
- Hakikat Rahmat........................................................................................3
- Pendidik adalah Rahmat Bagi Semua.......................................................3
- Dalil Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan lil
Alamin....................4
- Analisis Pendidik Penuh dengan Kasih, Sayang
dan Cinta......................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................11
- Simpulan..................................................................................................11
- Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................iii
LAMPIRAN.......................................................................................................iv
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil
‘alamin. Namun banyak orang menyimpangkan pernyataan ini kepada
pemahaman-pemahaman yang salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan
dalam praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam
masalah aqidah.Pernyataan bahwa Islam
adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari
firman Allah Ta’ala.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan,
maka agama Islam adalah agama yang berusaha sekuat tenaga menghapuskan
perbudakan dan penindasan oleh manusia terhadap manusia yang lain. Seandainya
dibuka pintu perbudakan, hanyalah sekedar untuk mengimbangi perbuatan
orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu. Sedangkan jalan-jalan untuk
menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya.
Demikian pula prinsip-prinsip musyawarah yang
ditetapkan agama Islam lebih tinggi nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi
yang selalu diagung-agungkan. Perbaikan-perbaikan tentang kedudukan wanita yang
waktu itu hampir sama dengan binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak
yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin, perintah melakukan jihad untuk
memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Al-Quran dan Hadis,
kemudian dijadikan sebagai dasar perjuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Dengan
demikian seluruh umat manusia memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak
langstung dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Tetapi kebanyakan
manusia masih banyak yang mengingkari, padahal rahmat yang mereka peroleh itu
adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Hakikat Rahmat ?
2. Apa yang dimaksud pendidik sebagai rahmat ?
3. Bagaimana Dalil Nabi Muhammas SAW sebagai
Rahmatan lil Alamin?
4. Bagaimana analisis Pendidik Penuh dengan Kasih,
Sayang dan Cinta ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui Hakikat Rahmat
2. Untuk mengetahui Pendidik sebagai rahmat
3. Untuk mengetahui Dalil Nabi Muhammas SAW
sebagai Rahmatan lil Alamin
4. Untuk mengetahui analisis Pendidik Penuh
dengan Kasih, Sayang dan Cinta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Rahmat
Kata rahmat secara
etimologis identik dengan rahima, lambang cinta sejati seorang ibu pada
anaknya. Hubungan itu menyiratkan agar manusia memiliki rahmat sejati terhadap
sesama layaknya seorang ibu pada anaknya yang tulus mendedikasikan diri, waktu
dan tenaganya dalam menjaga dan mengurus anaknya. Dibutuhkan kekuatan,
ketidakegoisan, dan ketabahan tingkat tinggi untuk menjalaninya karena harus
bisa mengontrol rasa lelah, marah, dan frustasi, Manusia didorong untuk
memilikinya karena mereka adalah makhluk yang paling bergantung pada kasih
sayang dibanding makhluk lain.[1]
al-Rahmah adalah sifat
belas kasih yang menetapkan adanya perbuatan baik terhadap orang yang dikasihi.
Jadi kata al-rahmah mencakup dua makna, yakni kasih sayang serta berbuat baik.
Jika dikaitkan dengan Allah, maka bentuk rahmatNya adalah pemberian nikmat dan
keutamaan, sedangkan bila dikaitkan dengan manusia, maka al-rahmah berarti rasa
belas kasih dan kasih sayang. al-‘Ālam (العالم) adalah nama untuk falak dan semua hal
yang terkandung di dalamnya. Lafad العالم menggunakan shighat demikian karena
kedudukannya disamakan dengan alat (آلة , (karena العالم adalah آلة yang memberi petunjuk pada manusia
mengenai keberadaan Sang Pencipta dan keesaanNya. Jika menggunakan bentuk jama’
(al-‘ālamīn), hal itu karena setiap bagian yang tercakup dalam lafad ‘alam
terkadang disebut juga dengan ‘alam, contoh alam manusia, alam air, alam api,
alam jin, alam hewan, dan semisalnya.
B. Pendidik adalah Rahmat bagi Semua
Seorang pendidik
mempunyai peranan yang sangat penting, dalam proses pendidikan. pendidik adalah
tempat bertanya bagi anak didiknya ketika mereka tidak memahami suatu
permasalan. Pendidik adalah suri tauladan utama bagi anak didik dan mempunyai
peranan sangat penting dalam sebuah proses pembentukan karakternya. Mengingat
begitu pentingnya peran seorang pendidik dalam sebuah proses pendidikan, perlu upaya memahami kreteria dan tugas
seorang pendidik menurut persektif al-qur’an adalah kitap suci yang member
petunjuk kepada manusia jalan yang terbaik bagi kehidupan
duniawi ukhrawi mereka. Alqur’an mengandung sebuah pelajaran penting untuk
mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan.[2]
Dalam Islam, guru
merupakan profesi yang sangat mulia, karenapendidikan
adalah salah satu tema sentral Islam. .Bagi Islam, guru haruslah bukan hanya
tenaga pengajar, tetapi sekaligusadalah pendidik. Karena itu, seseorang dapat
menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan
akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus
terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan
ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentukwatak dan pribadi
anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam
C. Dalil Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan lil Alamin
Qs. al-anbiya’ :21 : 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
”Kami tidak mengutus kamu, wahai Muhammad kecuali
sebagai rahmat bagi seluruh alam”. [3]
1.
Munasabah Ayat
Munasabah Ayat ini bermunāsabah dengan ayat-ayat
sebelumnya dalam surat alAnbiyā’ yang berisi kisah para Nabi dan penegasan
bahwa Alquran adalah risalah Nabi Muhammad dan pedoman hidup manusia. Dalam
ayat ini, Allah menjelaskan tujuan pengutusan Nabi Muhammad, yakni sebagai
rahmat bagi seluruh alam, baik dalam masalah agama ataupun duniawi. Dalam
masalah agamaNabi Muhammad membebaskan manusia dari jerat kesesatan dan
kebodohan, sedangkan dalam masalah duniawi, Nabi Muhammad memberi mereka
pertolongan dan kemuliaan di bawah naungan Islam serta membebaskan mereka dari
lembah kehinaan,dan pertikaian panjang.[4]
2.
Penafsiran Surat Al-Anbiya’ Ayat 107
Secara
i’rāb, lafad ًRahmatan dibaca naṣab, karena
berkedudukan sebagai ḥāl dari ḍamir mukhaṭab maf’ūl (huruf ك ( َsehingga bermakna bahwa kepribadian Nabi Muhammad adalah
rahmat. Lafad ًrahmatan juga bisa menjadi ḥāl
dengan membuang muḍāf yang asalnya adalah رحمة ذا , jadi Nabi Muhammad adalah seorang
penyayang. Menurut al-Shaukany, ayat tersebut berisi istithna’ mufarragh min
a’ammi al-aḥwāl wa al- ’ilal yang bermakna “Kami tidak mengustus kamu karena
suatu alasan lain kecuali karena rahmat Kami yang luas, sebab petunjuk yang
kamu bawa adalah sebab kebahagiaan dunia dan akhirat”. ditujukan pada Nabi Muhammad dan merupakan
sebuah kemuliaan besar bagi pribadinya. Menurut Quraish Shihab, ayat ini
menyebut empat hal pokok, yakni Dzat Yang mengutus Nabi Muhammad (Allah), Rasul
Allah (Nabi Muhammad), Nabi Muhammad yang diutus pada alam semesta dan risalah.
Keseluruhan empat hal itu, masing-masing mengisyaratkan adanya sifat “rahmat”
yang bersifat umum, serta tidak terbatas waktu dan tempat karena lafad raḥmat
menggunakan isim nakirah (indefinitif).[5]
Selain
sosoknya yang rahmat, hakikat risalah Nabi Muhammad juga rahmat dan nikmat
Allah pada alam semesta, penuh dengan hidayah dan agama haq. Sayyid Quthb
menyebutkan bahwa manhaj Nabi Muhammad dikatakan rahmat karena : [6]
a. Menghendaki kebahagiaan manusia dan
menuntun mereka pada kesempurnaan yang telah ditentukan dalam
kehidupan ini.
b. Mencakup seluruh pokok kehidupan dan
siap memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang terus menerus baru dan berubah,
sebab pembentuk manhaj ini adalah Allah, Dzat yang lebih mengetahui perihal
makhlukNya.
c. Memberi kebebasan manusia untuk berpikir
kebaikan hidup mereka dengan syarat tidak melampaui ketentuan Al-quran.
d.Senantiasa menuntun manusia untuk terus
maju dan tidak mundur kebelakang.
e. Mengajarkan keserasian dan keseimbangan
antara jasmani maupun rohani dan mengajak manusia untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing sesuai ketentuan syariat.
f. Memberikan taklif sesuai kemampuan
manusia itu sendiri karena Allah memahami keterbatasan manusia
g. Membawa seruan untuk bersatu dalam satu
akidah dan menghapuskan segala bentuk perbedaan. Semua orang memiliki kedudukan
yang setara dalam pandangan Allah dan di depan hokum
Nabi Muhammad Sebagai Rahmat li al-‘Ālamīn
Keadaan bangsa Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad dan ajarannya benar-benar
berada dalam kerusakan moral luar biasa. Keadaan tersebut dilukiskan sebagai
“dunia yang sedang terhuyung-huyung (faltering) dan hendak roboh (tumbledown)”.
Dunia yang tidak memiliki pegangan hidup (akidah) dan aturan. Dunia yang telah
kehilangan ketentraman lahir dan batin. Keadaan bangsa Arab saat itu tercerai
berai dan dalam “kegelisahan”. Mereka senang melakukan peperangan hanya
berdasarkan sebab sepele. Masing-masing kelompok (suku) Yāqūt, Nabi al-Raḥmah.
sibuk memikirkan diri sendiri. Individualisme dan sukuisme menjadi fenomena
yang meluas di kalangan Arab saat itu. ‘Aṭiyah al-Abrāshi menggambarkan bahwa
kerusakan telah melanda dunia Arab secara keseluruhan, termasuk Romawi, Persia,
dan India. [7]
Hati
mereka buta, Jiwa-jiwa mereka tersesat. Penyembahan matahari dan berhala
menjadi pemandangan umum. Romawi dengan ideologi kapitalis, materialistis, dan
militerisnya melakukan penjajahan dan ekspansi di dunia. Manusia diadu seperti
hewan, dan kekuatan seninya adalah seni materialistis, seks, perempuan dan
lelaki telanjang. Sedangkan di Persia, ideologinya melebihi komunis. Ideologi
mereka disebut fasdah dan salah satu aturannya adalah kebolehan seorang anak
menikahi ibunya sendiri. Cinta dan kasih sayang telah sirna dari kehidupan
mereka sehingga kezaliman merajalela dan keadilan tersingkirkan. Itulah yang
dikenal dengan sebutan “the age of ignorance” (abad kebodohan), sebuah abad
yang penuh kegelapan di berbagai bidang kehidupan manusia.
Beberapa hal
yang dicatat oleh Hafiz Ghulam Sarwar untuk melukiskan kebobrokan dan kerusakan
moral bangsa Arab saat itu[8]
a.
Pembunuhan terhadap anak perempuan Di kalangan Bani Tamin dan Quraisy, anak
perempuan dianggap sebagai gangguan dan pembawa kesedihan. Beberapa orang tua
justru merasa bangga dan hebat dengan membunuh anak perempuan sehingga Qais bin
Asim tercatat telah membunuh sepuluh anak perempuannya.
b.
Menikahi janda-janda. Para janda yang ditinggal mati suaminya menjadi warisan
bagi kerabat dekatnya, bahkan terkadang seorang anak laki-laki harus mengawini
mantan istri ayahnya.
c. Perzinahan dan persetubuhan di luar
nikah Perzinahan sama sekali tidak dianggap sebagai tindak kejahatan atau
perbuatan dosa.
d.
Poligami dan perceraian Saat itu tidak ada aturan mengenai pernikahan dan
perceraian. Seorang lelaki bisa menikahi berapa saja perempuan yang dikehendaki
dan bisa menceraikannya kapan saja.
e. Perjudian dan mabuk-mabukan Minum arak,
sebagaimana perjudian adalah adat kebiasaan bangsa Arab. Hampir mayoritas
mereka adalah peminum dan penjudi. Dalam tradisi Arab, orang yang tidak suka
judi dipandang sebagai orang kikir dan hina.Kegemaran berjudi dan meminum arak
sepanjang hari merupakan sumber keonaran dan kekerasan terhadap kemanusiaan
yang sangat besar.[9]
g.
Perang antar suku Orang-orang Arab
pra-Islam terkenal sebagai pejuang yang ganas dan garang serta sangat hobi
berperang. Pertengkaran antar mulut yang kemudian berujung pada perkelahian
antar suku merupakan hal yang menjadi kebiasaan orang Arab.
h. Kepercayaan pada hantu, iblis, dan ruh
jahat
i.
Banyak tukang ramal nasib (soothsayer and fortuneteller) Inilah gambaran umum
dunia yang akan menjadi sasaran dakwah Nabi Muhammad, sebuah masyarakat yang
benar-benar dalam kesesatan dan kegelapan.
Nabi
Muhammad memasuki dunia yang telah kehilangan imannya, kedamaian, dan tatanan
eksternalnya. Suatu dunia yang sedang menanti suara pembebasan dalam berbagai
sisi kehidupannya. Kehadiran sang pembebas ini sudah diprediksi sebelumnya
dalam Injil Barnabas. Seorang ahli kitab Taurat berkata pada Nabi Isa :
“Sesungguhnya dalam kitab Taurat tertulis bahwa saat banyak kekacauan dan
kerusakan terjadi, Allah akan merahmati alam dengan mengutus Masiya yang
karenanya, Allah menciptakan segala sesuatu yang ada.[10]
Ia
akan datang dengan kekuatan dan membinasakan semua berhala dan penyembahnya. Ia
hadir diperuntukkan bagi seluruh alam dengan membawa rahmat agar dapat
menyelamatkan orang yang beriman padanya. Apakah engkau Masiya yang dimaksud
dalam Taurat?’, Nabi Isa menjawab “Bukan, aku bukanlah Masiya yang ditunggu-tunggu.
Dia adalah utusan yang dijadikan sebelum aku dan akan datang setelahku.” Utusan
itu tak lain adalah khātam al-anbiyā’, Muhammad Rasulullah.Nabi Muhammad hadir
di tengah-tengah masyarakat Arab yang sedemikian rusak sebagai utusan Tuhan, sebagai
rahmat bagi semesta alam dengan misi “pembebasan”, pembebasan dari segala
bentuk khurafat, takhayyul, dan segala jenis kebobrokan moral, dan yang
terpenting, dari kebodohan.
Nabi
Muhammad ingin mengembalikan mereka pada Tuhan yang sebenar-benarnya, Allah
rabb al-‘ālamīn. Inilah misi berat yang diemban Nabi Muhammad karena merombak
sebuah keyakinan masyarakat yang sudah mengakar beratus-ratus tahun dan
menggantinya dengan sebuah akidah baru adalah suatu pekerjaan yang sulit, penuh
resiko dan memakan waktu lama. Karen Armstrong menyebutkan bahwa butuh waktu
sekitar 700 tahun bagi Israel Kuno untuk memutuskan keyakinan lama dan
menggantinya dengan keyakinan monoteisme. Namun Nabi Muhammad tidak demikian.
Beliau telah membuktikan bahwa dalam kurun waktu sekitar 23 tahun , misi
kerasulannya terlaksana dengan baik. Nabi Muhammad, sebagai pribadi rahmat,
berusaha tanpa lelah mengembalikan kemanusiaan yang sejak lama terinjak-injak
dan hak manusia yang terampas pada tempatnya, terutama dari kalangan akar rumput,
masyarakat protelar dan kaum perempuan. Sarwar menyatakan bahwa Muhammad telah
terikat untuk memimpin masyarakat dari kebiadaban menuju peradaban, dari
kebodohan menuju pengetahuan, dari kebencian menuju cinta, dari kegelapan
menuju cahaya, dan dari kematian menuju kehidupan.
D. Analisis Pendidik
Penuh Dengan Kasih, Sayang Dan Cinta
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang
unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh
adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling
memperhatikan dan memberi. Pendidik yang mempunyai rasa kasih sayang terhadap
anak didiknya tentunya akan selalu menjaga, melindungi, membimbing, mengajari,
melatih, membanti dan memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.
Dalam proses pendidikan disekolah, peran
orangtua digantikan oleh guru, sehingga dalam proses belajar mengajar
diharuskan adanya pola hubungan pendidik kepada terdidik agar terjalin ikatan
perasaan yang dapat mendukung terciptanya tujuan pendidikan. Kasih sayang dalam
pendidikan sangat penting untuk diterapkan akan tetapi dalam penerapan kasih
sayang tersebut perlu adanya batasan-batasan tertentu, karena kasih sayang yang
berlebihan dapat memberikan dampak yang berlebihan. Sebagai pendidik yang baik,
mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak, mereka harus
dididik supaya menjadi manusia yang tangguh dihari esok. Jangan biarkan mereka
menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran
tangan orang lain.
Peran yang
dilakukan pendidik diantaranya :
1.
Pendidik sebagai pembimbing
2.
Pembimbing sebagai pembentuk kepribadian
3.
Pendidik sebagai pembentuk kepribadian
4.
Pendidik sebagai sumber pengetahuan.[11]
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Seorang pendidik
mempunyai peranan yang sangat penting, dalam proses pendidikan. pendidik adalah
tempat bertanya bagi anak didiknya ketika mereka tidak memahami suatu
permasalan. Pendidik adalah suri tauladan utama bagi anak didik dan mempunyai
peranan sangat penting dalam sebuah proses pembentukan karakternya. Mengingat
begitu pentingnya peran seorang pendidik dalam sebuah proses pendidikan, perlu upaya memahami kreteria dan tugas
seorang pendidik menurut persektif al-qur’an adalah kitap suci yang member petunjuk
kepada manusia jalan yang terbaik bagi kehidupan duniawi ukhrawi mereka.
Alqur’an mengandung sebuah pelajaran penting untuk mengatur segala aspek
kehidupan manusia, termasuk pendidikan.
Dalam
Islam, guru merupakan profesi yang sangat mulia, karenapendidikan adalah salah
satu tema sentral Islam. .Bagi Islam, guru haruslah bukan hanya tenaga
pengajar, tetapi sekaligusadalah pendidik. Karena itu, seseorang dapat menjadi
guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja,
tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang
guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting
pula membentukwatak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran
Islam.
- Saran
Demikianlah makalah ini saya tulis semoga dapat
menambah wawasan kita semua. Pembahasan lebih luas tentang Q.S Al-Anbiya’
21:107 dapat diketahui lebih banyak dalam buku referensi yang terdapat didalam
daftar pustaka dan apabila dalam penyusunan makalah ini masi terdapat banyak
kesalahan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya bersedia menampung
kritik dan saran dari pembaca guna kemjuan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina, Mauliya.
2019. ” Pendidik Adalah Rahma”.
Pekalongan.
al-Ghaib, Muhammad bin Umar Ar-Razy,
Mafatih al-Ghaib. 1430 H. vol.XXII
Bierut: Dar Ihya’ al- turath al-arabiyi.
Alquran 21:107.
Azima,
Fauzan.
2010. “Konsep Rahmat dalam Alquran”.
Skripsi tidak
ditertibkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuludin UIN Sunan Kalijaga.
Faiqoh, Idlaliyah.2018.“Nabi Muhammad SAW
Rahmaran lil Alamin”. Pekalongan.
Khalil. “kelengkapan tarikh”.
SalwaSabila, Syarifa.2008. “Islam Eropa dan Logika” (Yogyakarta: Niaga Swadaya Khalil. kelengkapan tarikh.
Shihab, M. Quraish. 2002. “Tafsir Al-Misbah”. vol VIII. Jakarta: Lentera Hati.
LAMPIRAN
BIOGRAFI
Nama
Lengkap : Anisah Fauziah Nur
Khasanah
Nama
Panggilan : Nisa
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat
: Pemalang
TTL : Pemalang, 25 Juni
2000
Umur
: 18 tahun
Hobi
: Menulis
Cita-cita : Pengusaha
Riwayat
pendidikan : SDN 7 JEBED
SMP PGRI 3 TAMAN
SMP PGRI 3 TAMAN
SMAN 3 PEMALANG
[1] Fauzan Azima, “Konsep Rahmat
dalam Alquran” (skripsi tidak ditertibkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Usuludin UIN Sunan Kalijaga, 2010), 48.
[2] Maulia Alfina, Pendidik Adalah
Rahmat, Pekalongan, 2019, 3.
[3] Alquran 21:107.
[4] Wahbah al-Zuhaily, Tafsir
al-munir fi al-aqidah wa Al-shari ah wa a-lmahnaj, (Damkaskus; darul Fikr,
2005),156.
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, vol VIII, (Jakarta: Lentera Hati,2002), 519.
[6] Qutb, Tafsir fi Dzailal,91-92.
[7] Muhammad bin Umar Ar-Razy,
Mafatih al-Ghaib, vol.XXII (Bierut: Dar Ihya’ al-turath al-arabiyi, 1420H),193.
[8] Syarifah Salwasalbila, Islam,
Eropa dan Logia (Yogyakarta: Niaga
Swadaya, 2008), 10.
[9] Khalil, kelengkapan tarikh, 29.
[10] Hasan SQ. Nabi,157.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar