Laman

Jumat, 15 Maret 2019

UQ B 5D URGENSI MEMPELAJARI MUHKAM-MUTASYABIH, QIRA’AT AL-QURAN DAN I’JAZ AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN


URGENSI MEMPELAJARI MUHKAM-MUTASYABIH, QIRA’AT AL-QURAN DAN I’JAZ AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN
Lu’lu’ Hijriyah
NIM. (2318123) 
Kelas B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,  karena dengan  rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Urgensi Mempelajari Muhkam-Mutasyabih, Qira’at Al-Quran Dan I’jaz Al-Quran DalamKehidupan”. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.
            Disamping itu, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, MSI selaku dosen pengampu mata kuliahUlumul Qur’an yang telah memeberikan tugas ini kepada saya.
            Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah saya di kemudian hari.
            Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang akan berguna dalam kehidupan para pembaca. Terimakasih.
Pekalongan, 8  Maret 2019





            Penulis







 
 




 


 



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani serta diaplikasikan dalamkehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Selain itu Al-Qur’an ini hukumnya sepanjang masa, karena tidak akan ada satu manusiapun yang mampu membawa satu kitab tandingan atau sama dengan Al-Qur’an. Jadi, sebagai seorang muslim wajib mengimani dengan sepenuh hati. Dan sudah sewajarnya pula mengetahui segala sesuatu tentang mukjizat Al-Qur’an. Karena ada banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil untuk menambah keimanan kita.
Dalam upaya memahami Al-Qur’an baik secara tekstual atau kontekstual diperlukan pemahaman tentang Ulumul Qur’an dengan urgensi mempelajarinya dari berbagai sub bab pembahasan seperti muhkam-mutasyabih, qiraat Al-Qur’an, dan i’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan.
Dan  diharapkan setelah kita memahaminya kita dapat lebih mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian masalah ini. Adapun  rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana urgensi mempelajari Muhkam-Mutasyabih dalam kehidupan?
2.      Bagaimana urgensi mempelajari Qiraat Al-Qur’an dalam kehidupan?
3.      Bagaimana urgensi mempelajari I’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan?


C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui urgensi mempelajari Muhkam-Mutasyabih dalam kehidupan.
2.      Untuk mengetahui urgensi mempelajari Qiraat Al-Qur’an dalam kehidupan.
3.      Untuk mengetahui urgensi mempelajari I’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Urgensi Mempelajari Muhkam-Mutasyabih
Apabila direnungkan lebih mendalam eksistensi ayat-ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an maka akan terasa bahwa kedudukannya sangat strategis dan teramat penting. Hal ini terutama  dalam rangka mengembangkan potensi akal budi dan nalar-pikiran. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat yang kurang terang  pemahamannya, maka para ulama, pakar, ilmuan dan sebagainya berusaha mengerahkan segenap kemampuan daya pikir dan zikir mereka untuk mengetahui makna-makna yang terselubung di balik ungkapan yang samar-samar itu. Seandainya yang sudah jelas, maka tentunya tidak akan ada upaya mengerahkan daya ijtihad untuk memahaminya.[1]
Usaha-usaha yang dilakukan membuat kreasi dan inovasi tersebut secara kesinambungan untuk mencapai suatu cita-cita.Kondisi itulah yang membuat peradaban islam berkembang sebagaimana tercatat dalam sejarah dunia, khusunya  pada abad pertengahan yang terkenal dengan zaman keemasan islam.[2]
Perkembangan peradaban bukan disebabkan semata-mata oleh adanya ayat-ayat mutasyabihat, tetapi sebagai pendorong pertama untuk memotivasi para ulama agar menggunakan nalar mereka, hal ini tak dapat dilepaskan dari pengaruh adanya ayat-ayat mutasyabihat itu. Inilah peranan penting yang patut dicatat dari keberadaan ayat-ayat mutasyabihat itu dalam al-Qur’an. Jadi tidak benaranggapan sebagian orang, bahwa kasamaran makud suatu ayat menjadikan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk yang akan menuntun kehidupan di muka bumi menjadi berkurang, malah sebaliknya dengan adanya ayat-ayat tersebut, kehidupan semakin maju dan modern sebagaiana kita saksikan sekarang ini.[3]
Dengan begitu muhkam-mutasyabih tak lain merupakan rahmat Allah atas manusia. Manusia yang memiliki keterbatasan akan selalu membutuhkan Tuhannya. Dan adanya ayat mutasyabih, sebagai pertanda  kemampuan manusia itu terbatas , betapapun tinggi ilmunya, dan betapapun luas pengetahuannya, Allah lebih maha mengetahui dari apapun yang manusia ketahui.[4]
B.     Urgensi Mempelajari Qiraat Al-Qur’an
Banyak kalangan orientalis yang menjadikan perbedaan qira’at sebagai bahan untukmengkritik al-Qur’an dan menanamkan keraguan dari usaha mereka yang ingin dicapai.
Padahal qira’at yang bervariasi tersebut berasal dari Rasulullah. Beliau mengajarkan pada para sahabat dan sahabat mengajarkannya kepada para tabi’in dan tabi’in mengajarkannya kepada muridnya secara mutawatir, demikian seterusnya sampai kepada umat islam di zaman ini dan dimasa yang akan datang.
Berikut beberapa hal pentingnya mempelajari qira’at dalam kehidupan sehari-hari, menurut Al-Qahthan:
1.    Qira’at memudahkan dan meringankan umat islam membaca al-Qur’an, dengan artian suatu lafadz yang sulit diucapkan dapat diganti dengan lafadz yang mudah.
2.    Sebagai bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan maknanya, karena suatu qira’at menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa pengulangan lafadz. [5] Karena perbedaan qira’at dapat menampung perbedaan makna tanpa harus mengulang lafadznya.
3.    Mununjukkan betapa terjaganya kitab Allah ini dari perubahan dan penyimpangan. Sekalipun mempunyai sekian banyak segi bacaan yang berbeda-beda.
4.    Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin belum jelas dalam qira’at yang lain atau hal yang masih global pada ayat lain.[6]

C.    Urgensi Mempelajari I’jaz Al-Qur’an
Faktor yang mendasari urgensi pembahasan I’jaz Al-Qur’an adalah kenyataan bahwa persoalan ini merupakan salah satu diantara cabang-cabang pokok bahasan ‘Ulum Al-Qur’an (Ilmu-ilmu ke-Al-Qur’an-an). [7]
Mukjizat yang ada pada Nabi Muhammad berupa al-Qur’an jelas berbeda dengan mu’jizat para rasul sebelumnya. I’jazul al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an) melebihi segalanya dibanding dengan apa yang sedang mereka banggakan. Dan keutamaan mukjizat al-Qur’an ini bukan hanya ditunjukkan pada bangsa Arab saja, namun ak-Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.[8]
Dengan demikian I’jazul al-Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1.    Untuk membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw.
2.    Untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari Allah.
3.    Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia.
4.    Untuk menunjukan kelemahan daya upaya dan rekayasa manusia.[9]
Dan urgensi pembahasan I’jaz al-Qur’an dapat dilihat dari dua tataran berikut:
1.    Tataran Teologis, mempelajari I’jaz al-Qur’an akan semakin menambah keimanan seorang muslim. Selain itu, bagi orsng-orang non-muslim juga tidak jarang I’jaz al-Qur’an menjadi pintu bagi datangnya hidayah sehingga memutuskan untuk memeluk islam, terutama ketika isyarat-isyarat ilmiah, yang merupakan salah satu aspek I’jaz al-Qur’an yang sudah dapat dibuktikan.
2.    Tataran Akademis, mempelajarinya akan semakin memperkaya khazanah keilmuan kislaman, khususnya yang berkaitan dengan ‘ulum al-Qur’an. Dan salah satu inti dari ‘ulum al-Qur’an adalah mempelajari kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang tersusun dengan menggunakan bahasa arab. Penggunaan bahasa arab sebagai bahasa al-Qur’an tentu bukan tanpa alasan. Maka dari itu hanya dengan kegiatan akademis, peluang menangkap maksud sebuah ayat akan lebih dekat untuk ditemukan.[10]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam upaya memahami Al-Qur’an baik secara tekstual atau kontekstual diperlukan pemahaman tentang Ulumul Qur’an dengan urgensi mempelajarinya dari berbagai sub bab pembahasan seperti muhkam-mutasyabih, qiraat Al-Qur’an, dan i’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan. Pentingnya ayat mutasyabihat sebagai pendorong pertama untuk memotivasi para ulama agar menggunakan nalar mereka, hal ini tak dapat dilepaskan dari pengaruh adanya ayat-ayat mutasyabihat itu sendiri.
I’jaz berarti melemahkan, sama halnya seperti mukjizat.Sebagai bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan maknanya, karena suatu qira’at menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa pengulangan lafadz. Karena perbedaan qira’at dapat menampung perbedaan makna tanpa harus mengulang lafadznya. Sedangkan I’jazul al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an) melebihi segalanya dibanding dengan apa yang  dibanggakan para rasul sebelum nya. Dan keutamaan mukjizat al-Qur’an ini bukan hanya ditunjukkan pada bangsa Arab saja, namun ak-Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.
B.     Saran
            Penulis menyadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.




DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Rosihon dan Asep Muharom.2015. Ilmu Tafsir. Bandung: CV Pustaka Setia.
Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilyas, Yunahar. 2015. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: ITQAN Publishing.

Nasrudin, Moh. 2018. Pengantar Ilmu Al-Qur’an. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Managenent.

Wiwaha, Weli Arjuna. 2008. Muhkam Mutasyabih Vol.1, No.1. Jakarta: El-Hikam.



Buku Referensi

    

   
Profil pemakalah

Nama  : LU’LU’ HIJRIYAH
NIM    : 2318123
Kelas  : Ulumul Qur’an (B)
TTL    : Batang, 23 April 2001
Alamat: Desa Candirejo RT.08/RW.03
            Kec. Bawang, Kab. Batang
Motto:
“Jadilah dirimu sendiri, Berfikirlah yang     positif dan lakukanlah  hal yang bermanfaat”
 
 




[1]Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),hlm. 167-167
[2]Ibid,… hlm.168.
[3]Ibid,… hlm.169.
[4] Weli Arjuna Wiwaha, Muhkam Mutasyabih, (Jakarta: El-Hikam, 2008), Vol.1, N0.1.
[5] Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding Managenent,  2018),hlm.189.
[6] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2015),hlm. 171.
[7] Rosihon Anwar dan Asep Muharom, Ilmu Tafsir, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),hlm. 47.
[8]  Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding Managenent,  2018),hlm.155-156.
[9] Ibid,… hlm. 159-160
[10] Rosihon Anwar dan Asep Muharom, Ilmu Tafsir, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),hlm. 50-51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar