Laman

Jumat, 15 Maret 2019

UQ C 5A MUHKAM DAN MUTASYABIH


MUHKAM DAN MUTASYABIH

Nila Sa'adah
NIM. (2318099)

KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019







KATA PENGANTAR
             
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muhkam dan Mutasyabih”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan para sahabatnya dan orang-orang yang mau mengikuti sunnahnya.
Ucapan Terima kasih kami tujukan kepada Bpk.Muhammad Hufron,M.S.I.selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang mMuhkam dan Mutasyabih.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini.Akhirnya semoga makalah ini menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.


                                                                                   

                                                                                    Pekalongan, 11 Maret 2019
                                                                                    Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..............................................................................      i
DAFTAR ISI..............................................................................................      ii

BAB I     PENDAHULUAN.....................................................................      1
A.    Latar Belakang Masalah...................................................................      1
B.    Rumusan Masalah............................................................................      1
C.    Tujuan .............................................................................................      2

BAB II    PEMBAHASAN........................................................................      3
A.    Pengertian Muhkam dan Mutasyabih..............................................      3
B.     Pembagian Ayat-ayat mutasyabihat................................................      4
C.     Pandangan dan sikap ulama tentang ayat mutasyabihat…...............    5
D.    Hikmah adanya ayat-ayat mutasyabihat..........................................     7

BAB III PENUTUP.................................................................................      9
A.    Kesimpulan......................................................................................      9
B.     Saran ...............................................................................................      9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................      10








BAB I
PENDAHULUAN            

A.     Latar Belakang Masalah
    Al-qur’an diturunkan Allah kepada hamba-hambanya adalah agar alqur’an menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Salah satu persoalan ulumul qur’an yang masih sering kita dengar perselisihannya ialah masalah ayat-ayat muhkan dan ayat-ayat mutasyabih . Ulama-ulama salaf mereka tidak mau menafsirkan ayat-ayat mutasyabih , mereka hanya mengimani dan menguraikan apa yang Allah maksud didalam alqur’an.
    Sedangkandikalangan mutaakhirin mereka berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabih. Untuk itu, didalam makalah ini saya akan mengetengahkan dan menguraikan tentang muhkam mutasyabih.
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pedoman agar terfokusnya masalah ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari Muhkan dan Mutasyabih?
2.      Apa saja sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Alqur’an?
3.      Apa saja pembagian ayat-ayat mutasyabihah?
4.      Bagaimana pandangan dan sikap ulama tentang ayat mutasyabih?
5.      Apa saja hikmah adanya ayat mutasyabih?
C.Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari muhkam mutasyabih
2.    Untuk mengetahui sebab-sebab tasyabuh dalam Alqur’an
3.    Untuk mengetahui pembagian ayat dari mutasyabih
4.    Untuk mengetahui pandangan dan sikap ulama mengenai muhkam mutasyabih
5.    Untuk mengetahui hikmah dari ayat mutasyabih



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
    Kata “muhkam” dan “mutasyabih” adalah bentuk mudzakar, digunakan untuk mensifati kata-kata yang mudzakar, seperti ungkapan al-qur’an yang muhkam atau yang mutasyabih. Sedangkan kata muhkamah dan mutasyabihat adalah bentuk mu’anats untuk mensifati kata yang juga mu’annats, seperti surat dan ayat muhkamah atau mutasyabihat.
    Secaraa etimologi kata “muhkam” berasal dari kata “ihkam” yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. “muhkam” dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara informasi yang hak dengan yang batil, serta memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat. Sedangkan Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lainnya, yang biasanya dapat membawa pada kesamaran antara kedua hal itu.[1]
    Secara terminologi, pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat beragam pendapat diantaranya:
1.      Menurut As-Suyuthi muhkam adalah sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya.
2.      Menurut Imam Ar-Razi muhkam adalah ayat-ayat yang didalalahya kuat baik maksud maupun lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang didalamnya lemah, masih bersifat mujmal, memerlukan takwil, dan sulit dipahami.
3.      Menurut Manna’ Al-Qathtan muhkam adalah ayat yang  maksudnya bisa diketahui  secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.
Dari pendapat-pendapat tentang ayat-ayat alqur’an yang muhkamat dan mutasyabihat diatas, dapat disimpulkan bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang sudah jelas baik, lafadz maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah kumpulan ayat-ayat yang terdapat dalam alqur’an yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabih bersifat mujmal (global) dia membutuhkan rincian lebih dalam.[2]
   
B.     Pembagian ayat-ayat Mutasyabihah
    Ayat-ayat mutasyabih dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu pertama mutasyabih dari segi lafadznya, kedua mutasyabih dari segi maknanya, dan yang ketiga merupakan kombinasi dari keduanya, yaitu mutasyabih dari segi lafadz dan maknanya.
1.      Mutasyabih dari Segi Lafadz
    Mutasyabih dari segi lafadz ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.       Yang dikembalikan kepada lafadz yang tunggal, yang sulit pemaknaannya, seperti الاب dan yang dilihat dari segi gandanya lafadz itu dalam pemakaiannya, seperti lafadz اليد dan العين
b.      Lafadz yang dikembalikan kepada bilangan susunan kalimatnya, yang seperti ini ada tiga macam:
1)      Mutasyabih karena ringkasan kalimat, seperti Firman Allah:
وان خفتم الا تقسطوا في اليتامي                                                                        
Yang dimaksud dengan اليتامي disini adalah juga mencakup اليتيمات.
2)      Mutasyabih karena luasnya kalimat, seperti Firman Allah ليس كمثله شيء  niscaya akan mudah dipahami jika diungkapkan dengan ليس مثله شيء
3)      Mutasyabih karena susunan kalimatnya, seperti Firman Allah:
انزل علي عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا قيما
Akan mudah dipahami bila diungkapkan dengan:
انزل علي عبده الكتاب كيما ولم يجعل له عوجا
2.      Mutasyabih dari Segi Maknanya
    Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat, bagaimana dan kapan terjadinya.  Semua sifat yang demikian tidak dapat digambarkan secara konkret, karena kejadiannya belum pernah dialami oleh siapa pun.
3.      Mutasyabih dari segi lafadz dan maknanya
    Mutasyabih dari segi ini, menurut As-Suyuthi ada lima macam yaitu:
a.       Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz yang umum dan khusus: اقتلوا المشركين
b.      Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib dan sunnah: فانكحوا ماطالب لكم من النساء
c.       Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh
اتقوا الله حق تقا ته
d.      Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat itu diturunkan, misalnya:
والرا سخون في العلم
e.       Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung ada atau tidaknya syarat yang dibutuhkan. Misalnya ibadah sholat dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika tidak cukup syaratnya.

C.    Pandangan dan Sikap Ulama dalam Menghadapi Ayat Mutasyabihah
    Dikalangan ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat-ayat mutasyabih ini. Apakah ayat itu dapat diketahui artinya atau takwilnya atau tidak, kemudian mengenai perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang tersembunyi itu hanya Allah yang tahu. Walaupun ada ulama yang mengatakan bahwa ayat-ayat mutasyabih itu dapat ditakwilkan oleh manusia, namun menurut sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabih itu tidak dapat diketahui oleh seorang pun kecuali oleh Allah.
    Ar-Raghib membagi ayat-ayat mutasyabih menjadi tiga bagian
1.Ayat yang sama sekali tidak diketahui hakikatnya oleh manusia, seperti waktu        tibanya hari kiamat.
2.Ayat mutasyabih yang dapat diketahui oleh manusia (orang awam)  dengan menggunakan berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.
3.Ayat-ayat mutasyabih yang khusus hanya dapat diketahui maknanya oleh orang-orang yang ilmunya dalam dan tidak dapat diketahui oleh orang-orang selain mereka.
     Sedangkan ayat-ayat mutasyabih tentang sifat-sifat Allah terdapat lagi perbedaan di kalangan ulama: pertama madzhab salaf mengimani sifat-sifat mutasyabih dan menyerahkan maknanya kepada Allah swt. Pendapat ini didasari oleh surah Taha ayat 5:
الر حمن علي العرش
“yaitu Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayam diatas arasy”
    Kedua, madzhab khallaf menyikapi sifat-sifat mutasyabih Allah, dengan menetapkan makna-makna bagi lafadz-lafadz yang menuntut lahirnya mustahil bagi Allah, dengan pengertian yang layak bagi zat Allah, golongan ini dinamakan juga dengan golongan muawwilah.
    Dapat disimpulkan bahwa kaum salaf mensucikan Allah dari makna lahir lafadz dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah. Lain halnya dengan kaum khallaf, mereka mengartikan bahwa kata istiwa’ dengan maha berkuasa Allah dalam menciptakan segala sesuatu tanpa susah.
    Ayat-ayat Alqur’an yang menyebutkan sifat-sifat mutasyabih:
1.QS. Al Fajr ayat 2: وجأء ربك والملك صفا صفا  artinya “dan datanglah kepada   Tuhanmu sedang para malaikat berbaris-baris”.
2.QS. Al An’am ayat 61: وهو القاهر فوق عباده artinya “dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi diatas hamba-hamba Nya”.[3]
3.QS. Al Fath ayat 10: يد الله فوق ايديهم artinya “Tangan Allah diatas tangan mereka”.
4.QS. Ali ‘imran ayat 28: ويحذركم الله نفسه artinya “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri-nya”.[4]

D.    Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
    Ayat-ayat Alqur’an, baik yang muhkam maupun mutasyabihat semuanya datang dari Allah. Jika yang muhkam maknanya mudah dipahami, sementara yang mutasyabihat maknanya samar dan tidak semua orang bisa menangkapnya. Para ulama telah hanya mengkaji hikmah ini, empat diantaranya disebutkan oleh as-suyuthi dalam kitabnya al-itqan.
    Pertama ayat-ayat mutasyabihat ini mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya. Kedua seluruh al-qur’an muhkam tentunya hanya ada satu madzhab sebab itu, kejelasannya akan membatalkan semua madzhab di luarnya. Ketiga jika al-qur’an mengandung ayat-ayat mutasyabihat maka, untuk memahami diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dengan lainnya. Keempat al-qur’an berisi dakwah terhadap orang-orang tertentu dan umum. Orang-orang awam biasanya tidak menyukai hal-hal yang bersifat abstrak.
   Menurut keterangan al-zarqani dapat diterapkan sesuai dengan kelompok ayat-ayat mutasyabihat kepada tiga kategori. Pertama ayat-ayat yang maksudnya hanya diketahui oleh Allah. Kedua ayat-ayat yang dapat dipahami oleh semua orang. Ketiga ayat-ayat yang hanya dipahami oleh ulama tertentu. Inilah sebagian hikmah yang dikemukakan oleh para ulama sehubungan dengan keberadaan ayat-ayat mutasyabihat dalam al-qur’an. [5]




BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
       Dari uraian muhkam dan mutasyabih diatas, dapat dipahami bahwa:
1.Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya, sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan dan setelah ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.
2.Ayat-ayat mutasyabih adalah salah satu kajian dalam ilmu al-qur’an yang para ulama menilainya dengan alasan masing-masing menjadi dua macam yaitu pendapat ulama salaf dan khallaf.

B Saran
       Dalam memahami ayat-ayat muhkam dan mutasyabih tentunya terdapat perbedaan antara ulama satu dengan lainnya, maka dari itu kita sebagai mahasiswa sepantasnya tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut karena para ulama memiliki dasar dari perbedaan tersebut.

















Daftar pustaka


Usman.2009. Ulumul Qur’an.Yogyakarta: penerbit teras.

Anwar, Abu.2002. Ulumul Qur’an sebuah pengantar. Pekanbaru: Amzah.

Drajat, Amroeni. 2017.ulumul qur’an pengantar ilmu-ilmu alqur’an.Depok: kencana





























LAMPIRAN

1.Biodata penulis


       

Nama.                        : Nila Sa'adah
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 25 Agustus 2000
Alamat.                       : ds. Tegalsari Timur kec. Ampelgading kab. Pemalang
Hobi.                           : membaca

2.Referensi













[1] Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: penerbit teras, 2009), hlm. 219-220.
[2] Abu Anwar, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, (Pekanbaru,: Amzah, 2002), hlm. 77-78.
[3] Ibid, hlm. 81-85.
[4] Amroeni Drajat, ulumul qur’an pengantar ilmu-ilmu alqur’an, (Depok: kencana, 2017), hlm. 82-83.
[5] Ibid, hlm. 100-103.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar