Laman

Kamis, 01 Maret 2012

Kelas A, Barirotul Izza, 3 : MASJID SEBAGAI MADRASAH


MAKALAH
HADITS TARBAWI II
MASJID SEBAGAI  MADRASAH

Disusun guna memenuhi tugas:
  Mata Kuliah             :  Hadits Tarbawi II
                 Dosen Pengampu     :   M. Ghufron Dimyati, M. S. I


Kelas :A
Oleh:

BARIROTUL IZZA
2021110004


          JURUSAN TARBIYAH  (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
PEKALONGAN 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

Masjid mempunyai banyak fungsi. Selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai madrasah (mencari/memperoleh ilmu). Madrasah merupakan salah satu tempat dimana kita bisa memperoleh ilmu darinya. Dalam makalah ini akan membahas hadits tentng masjid sebagai madrasah.





















BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits
عَن اَبِي سَعِيْدٍ: (جَاءَتْ  إِمْرَآَةٌ  إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَقَا لَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَآْتِيكَ فِيْهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَاوَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَاوَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَآَ تَاهُنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُنَّ امْرَآَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ فَقَالَتْ إمْرَأَةٌ مِنْهُنَّ يَارَسُوْلَ اللهِ آَوْ إثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَا دَتْهَا مَرَّتَيْنِ ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ)
( رواه البخاري فى الصحيح, كتاب الإعتصام بالكتاب والسنة, باب تعليم انبي صلّى الله عليه وسلّم آمّته همن الرّجال
والنّساء ممّا علّمه الله ليس برأي ولا تمثيل)
B. Terjemahan Hadits
Dari Abu Sa’id, “ Seorang perempuan datang kepada Rasululllah SAW lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah pergi dengan haditsmu. Tetapkanlahh untuk kami atas kemauanmu suatu hari yang kami datang padamu di hari itu, agar engkau mengajarkan kepada kami apa yang diajarkan Allah kepadamu’. Beliau bersabda, ‘Berkumpullah pada hari ini dan itu’. Maka mereka pun berkumpul. Lalu Rasulullah SAW datang menemui mereka apa yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu beliau bersabda, ‘Tidak ada seorang perempuan pun di antara kalian yang ditinggal mati tiga orang anaknya, melainkan anaknya itu menjadi penghalang bagi ibunya dari neraka’. Seorang perempuan diantara mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan dua orang?’ Beliau bersabda, ‘Dan dua orang, dan dua orang, dan dua orang’.”[1]

C. Mufradat
    Telah pergi :     قد ذهبب
       : Kaum laki-lakiالرجال
Dengan haditsmu :      بحد يثك
 Maka sediakanlah untuk kami :    فاجعل لنا
  : Seorang waniita berkata فقالت إمرأة
        : Penghalangحجا با
        : Dan duaواثنين

D.  Keterangan Hadits
Dari hadits diatas dapat diperoleh suatu keterangan bahwa Nabi SAW mengajar umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, tentang apa yang diajarkan Allah kepadanya, tidak berdasarkan pendapat pribadi dan perumpamaan. Al-Muhallab berkata, “Maksudnya, seorang ahli ilmu mendapat kesempatan untuk berbicara berdasarkan nash, maka dia hendaknya tidak berbicara berdasarkan pendapat pribadinya dan anlogi.” Maksud ‘perumpamaan’ adalah qiyas, yaitu menetapkan hukum serupa yang diketahui, pada perkara lain karena kesamaan keduanya dalam illat (sebab) suatu hukum. Sedangkan pendapat pribadi lebih umum dari itu.
Imam Bukhari menyebutkan hadits Abu Sa’id tentang perkataan seorang perempuan, (kaum laki-laki telah pergi dengan haditsmu), lalu didalamnya disebutkan, (Beliau kemudian datang menemui mereka dan mengajari mereka apa yang diajarkan Allah kepadanya), didalamnya juga disebutkan, (Tidak ada seorang perempuan pun diantara kalian yang ditinggal mati tiga orang anaknya). (seorang perempuan datang kepada Nabi, kemudian beliau datang menemui mereka dan mengajari mereka apa yang diajarkan Allah kepadanya). Di tempat tersebut disebutkan; (Beliau kemudian menjanjikan kepada mereka suatuhari untuk menemui mereka. Beliau lalu menasehati mereka dan memerintahkan mereka. Maka diantara apa yang beliau katakan kepada mereka).
Al-karmani berkata, “ Hubungan judul bab dengan hadits terdapat pada (Mereka itu menjadi penghalang bagi ibunya dari api neraka).[2]
E. Biografi Rowi
Abu sa’id adalah orang ketujuh yang banyak meriwayatkan Hadits dari Rasulullah SAW. Ia telah meriwayatkan 1.170 Hadits. Orang-orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis Hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab: “Jangan sekali-kali kalian menulisnya dan janganlah kalian jadikan sebagai bacaan. Tetapi hapalkan sebagaimana aku menghapalnya.”
Abu Sa’id lebih dikenal dengan nama kuniyah (julukan)-nya. Nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Ayahnya, Malik bin Sinan, syahid dalam Perang Uhud. Ia seorang Khudri, yang sanadnya bersambung dengan Khudrah bin Auf Al-Harits bin Al-Khazraj, yang terkenal dengan julukan “Abjar”.
Abu Sa’id Al-Khudri adalah salah seorang di antara para Sahabat yang melakukan bai’at kepada Rasulullah SAW. Riwayatnya dari para Sahabat lain masih banyak sekali. Namun, sumber paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudarannya seibu Qatabah bin an-Nu’man, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa Al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam. Orang yang meriwayatkan darinya adalah anaknya sendiri Abdurrahman, istrinya Zainab binti Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikrimah.
Abu Sa’id Al-Khudri, zuhud yang ahli ibadah, alim lagi pengamal ilmu, wafat pada tahaun 74 H. [3]
F. Aspek Tarbawi
 - setiap muslim laki-laki dan perempuan berhak memperoleh ilmu, tidak ada perbedaan diantara keduanya
- seorang ibu bisa menjadi penghalang masuk neraka karena anak perempuannya asalkan (menjaga, mendidik, dan merawatnya)
- madrasah yang pertama bagi seorang anaknya adalah keluarga (ibu).






BAB III
PENUTUP

Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa madarasah yang pertama yang paling utama adalah ibu. Ibu yang mengandung janin selama 9 bulan dan ibu pula yang merawat, menjaga serta mendidiknya sampai anak mencapai usia akal baligh. Jika seorang ibu itu berhasil merawat, menjaga serta mendidiknya maka akan menjadi tabir (penghalang) seorang ibu masuk neraka.




















DAFTAR PUSTAKA

As-Shalih, Subhi.2009. Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Al Asqalani, Ibnu Hajar.dkk.2009. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam


[1] Ibnu Hajar Al Asqalani, Al Imam Al Hafizh,. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 168-169
[2] Ibid., hlm 169-170
[3] Dr. Subhi As-Shalih,. Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hlm. 342-343

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. shofiyatul inayah 232108104 kelas a

    bagaimana jika seorang ibu yang tidak mengajarkan anaknya di karenakan ibu tersebut tidak berpendidikan dan bagaimana menjadi ibu yng baik bagi anak- anak nya trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaanya.
      Saya yakin seorang ibu itu pasti mengajarkan apa yg tlh diperolehnya mski tdk berpendidikan (formal). Dan bagaimana cara mjd ibu yg baik bg anak-anaknya? @ dgn mengajarkan apa yg diperolehnya msk sdkt, berusaha mendekati anak agar mempunyai sft keterbukaan antr keluarga shg sbg ortu bisa mengetahui atas apa yg sdg di alami oleh anaknya.

      Hapus
  3. Nur Kholis (2021110014)
    Kelas A

    Di dalam makalah disebutkan. Bahwa madarasah yang pertama yang paling utama adalah ibu. Apa korelasinya jika dikaitkan dengan tema makalah anda yaitu "MASJID SEBAGAI MADRASAH"?Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya.
      Kmrn sdh di jelaskan oleh bpk dosen, bahwa korelasi judul makalh ini dgn isinya @ terletak pada arti atau maksud dari hadits tsb.

      Hapus