Laman

Kamis, 01 Maret 2012

Kelas A, Subariroh, 3 : MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL


MAKALAH
HADITS TARBAWI II
                   MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR
                                         PROFESIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah  : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu: Muhammad Ghufron M.Ag.
 





                                   
Disusun Oleh :
Subariroh:   (2021110009)
Kelas : A

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH  TINGGI  AGAMA  ISLAM  NEGERI
( STAIN )  PEKALONGAN
2012

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidik merupakan wakil dari orang tua siswa di sekolah. Oleh karena itu, pendidik yang berstatus orang tua wajib mengusahakan agar hubungan antara mereka dengan anak didik dapat serasi seperti yang terjadi didalam rumah tangga. Tugas seorang pendidik adalah membimbing, melatih, mengayomi dan harus bisa menjadi tauladan bagi anak didiknya. Jadi segala sikap dan perilakunya harus terjaga.
Dalam makalah ini akan membahas tentang bagaimana memanfaatkan tenaga pengajar yang profesional.













                                  






BAB II
PEMBAHASAN

A.     Hadits Nabi SAW

B.     Terjemah
“ Ali bin Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata : Daud berkata, Ikrimah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ” Ada sejumlah orang diantara para tawanan perang Badar yang tidak memunyai tebusan, lalu Rosululloh SAW menetapkan tebusan mereka dengan cara mengajarkan tulisan kepada anak-anak kaum Anshar. Suatu hari, seorang anak menemui ayahnya sambil menangis, maka sang ayah bertanya, ” Ada apa denganmu”? Anak itu menjawab. ” pengajarku telah memukulku “. Sang ayah pun berkata, ”Si buruk itu. Ia telah menuntut balas dengan bekas perang Badar! Demi Allah, jangan lagi kau mendatanginya”.
C.     Mufrodat
Sejumlah orang ناس
Para tawanan    من الاسري
Perang badarبدر
Tebusan فداء
Seorang anakغلام
Menangisيبكي
Memukulkuضربني
Menuntut balasبذحل
Jangan lagi mendatanginya[1]لاتاتيه
D.     Keterangan Hadits
Sanadnya shohih, Daud adalah Ibnu Abi Hind. Hadits ini dikemukakan juga di dalam al-Muntaqa (4387). Adz-dzahl, dengan fathah pada dzal dan sukun pada kha adalah ats-Tsa’r yaitu al-adaawah (permusuhan).[2]
E.     Biografi Perowi
Nama lengkapnya adalah Abdullah bai Abbas bin Abdil Mutholib al-Hasyimi, beliau  adalah putra paman Rosululloh SAW. Ayahnya bernama Al-abbas bin abdul Mutholib, dan ibunya bernama Ummul Fadhl Lubabah binti al-Harits al-Hilaliyah, saudari Ummul Mukminin Maimunah. Ia bergelar al-Hijr dan al-Bahr.[3]
Abdullah lahir di mekkah, tiga tahun sebelum hijrah. Yaitu dilembah saat Rosululloh beserta kaum muslimin dikepung oleh musyrikin Quraisy dan Rosululloh SAW mendoakannya, ” ya Allah, berilah  pahamkanlah ia dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)’’. Allah mendengar doa Nabi SAW dan ketika itu sahabat Umar bin al-Khotob mendudukannya dalam majlisnya dan mengambil manfaat dari ilmunya yang melimpah serta akalnya yang cerdas. Sehingga Ibnu Abbas terkenal dengan pengusaan ilmunya yang luas dan pengetahuan fiqhnya yang mendalam.[4]
Pada hari-hari terkhir dari kehidupannya Ibnu Abbas terserang penyakit mata, sebagaimana diderita oleh ayah dan kakeknya. Ia wafatdi Thaif pada tahun 68 H dan di makamkan disana.
Adapun sifat-sifatnya antara lain:
§  Kemauannya keras dan perhatiannya dicurahkan untuk ilmu.
§  Jiwanya suci.
§  Tidak menyimpan dendam terhadap siapapun.
§  Kuat ibadahnya.
§  Rajin bangun malam untuk ibadah.
§  Sering berpuasa.[5]
F.     Aspek Tarbawi
·         Sebagai pendidik harus menjadi tauladan bagi anak didiknya dengan mencerminkan kepribadian yang mulia.
·         Pendidik harus menempatkan dirinya seperti orang tua agar hubungannya dengan anak didik bisa terjalin lebih erat.
·         Sebagai guru tidak boleh menyimpan dendam terhadap siapapun.
·         Tugas guru adalah sangat mulia. 



















BAB III
PENUTUP
 Guru itu adalah panutan bagi anak didiknya sehingga guru harus bisa mengayomi, membimbing, dan mendidik anak didiknya dan harus bisa menempatkan  posisi dirinya seperti orang tuanya agar hubungan antar guru dan anak didik terjalin dengan baik.
Seorang guru harus tahu bahwa tugasnya sangat mulia baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Ini berarti segala tingkah laku harus dijaga.



















DAFTAR PUSTAKA
                          
Al musnad lil imam Ahmad bin Muhammad bin Hanba, l2007, jilid 3 (Jakarta: Pustaka Azzam,
al Bugha, Dr Musthofa dan Muhyidin Mistu, 2008,  Syarah Hadits arbain Imam Nawawi. Jakarta Timur :   Presta Pustaka al-Kautsar.
ash-Shalih, Dr Subhi, 2009, Membahas Ilmu-ilmu Hadits Jakarta: Pustaka Firdaus
http:/www.elitnaeri.net/2007/06/28/biografi-singkat-abdullah-bin-abbas/
                                                                                   





















RESUME MAKALAH

                     MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL        

a.      Hadits Nabi SAW
artinya
“ Ali bin Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata : Daud berkata, Ikrimah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ” Ada sejumlah orang diantara para tawanan perang Badar yang tidak memunyai tebusan, lalu Rosululloh SAW menetapkan tebusan mereka dengan cara mengajarkan tulisan kepada anak-anak kaum Anshar. Suatu hari, seorang anak menemui ayahnya sambil menangis, maka sang ayah bertanya, ” Ada apa denganmu”? Anak itu menjawab. ” pengajarku telah memukulku “. Sang ayah pun berkata, ”Si buruk itu. Ia telah menuntut balas dengan bekas perang Badar! Demi Allah, jangan lagi kau mendatanginya”.
b.      Mufrodat
Sejumlah orang                          ناس
Para tawana                                   من الاسري
Perang badar                              بدر
Tebusan                                     فداء
Seorang anak                             غلام
Menangis                                   يبكي
Memukulku                               ضربني
Menuntut bala                           بذحل

c.       Aspek Tarbawi
·         Sebagai pendidik harus menjadi tauladan bagi anak didiknya dengan mencerminkan kepribadian yang mulia.
·         Pendidik harus menempatkan dirinya seperti orang tua agar hubungannya dengan anak didik bisa terjalin lebih erat.
·         Sebagai guru tidak boleh menyimpan dendam terhadap siapapun.
·         Tugas guru adalah sangat mulia. 





[1] Al musnad lil imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal jilid 3 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 30-31.
[2] Ibid, h. 31.
[3] Dr Musthofa al Bugha dan Muhyidin Mistu, Syarah Hadits arbain Imam Nawawi ( Jakarta Timur:   Presta Pustaka al-Kautsar, 2008), h. 470.
[4] Dr Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), h. 339.
[5] http:/www.elitnaeri.net/2007/06/28/biografi-singkat-abdullah-bin-abbas/

3 komentar:

  1. shofiyatul inayah 232108104 kelas a

    guru yang bagaimana bisa di katakan propesional trimakasih

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Nur Kholis (2021110014)
    Kelas A

    Bagaimana menurut anda jika menjumpai pendidik yang memiliki sifat pendendam? Sedangkan di dalam makalah disebutkan bahwa guru tidak boleh menyimpan dendam terhadap siapapun? Dan apakah pantas pendidik tersebut disebut guru? Terima kasih.

    BalasHapus