Laman

Sabtu, 03 Maret 2012

Kelas E, (4), Sri Setianingrum, INTUISI HATI


Sri Setianingrum
NIM. 2021110209
Kelas E
 
INTUISI HATI
 
BAB I

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberi kenikmatan dan kesehatan bagi umat-Nya. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda nabi besar Muhammad SAW.
Salah satu rahmat Allah terhadap manusia ialah ia tidak membiarkan manusia dalam kegelapan terhadap masalah halal dan haram. Dalam pembahasan ini akan di jelaskan tentang keutamaan meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) untuk kepentingan agama. Sesuatu yang dianggap syubhat sendiri sering menjadi salah penafsiran oleh orang awam. sehingga kebanyakan mereka lebih memasukkan hal yang di anggap syubhat menjadi haram.
Dalam makalah ini pula akan dibahas tentang anjuran untuk beramal dengan ilmu yang dimilikinya, sebab hal itu sangat di sukai Nabi Muhammad SAW. beramal disini maksudnya tidak hanya menyampaikan ilmunya kepada orang lain tapi juga memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang mampu membentuk diri agar menjadi lebih baik.













BAB II
A.               MATERI HADITS
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي
B.               TERJEMAHAN HADITS
Nu’man bin Basyir bercerita bahwa dia pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda, “perkara yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduannya ada beberapa perkara yang di ragukan yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang. Barang siapa mengerjakan perkara yang di ragukan, sama saja dengan penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, di khawatirkan dia terjatuh ke dalamnya. Ketahuilah, semua raja mempunyai larangan dan ketahuilah pula larangan Allah adalah segala yang di haramkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu semuannya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah daging tersebut ialah hati.
C.               MUFRODAT
الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّن       :  Yang halal jelas dan yang haram jelas
وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ           :  Dan diantara keduannya adalah hal yang meragukan
لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ        :  Tidak banyak orang yang mengetahuinya
 فَمَنِ اتَّقَى الشُّب                             :  Barang siapa menghindarkan diri dari hal-hal syubhat
وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ             :  Dan barang siapa yang terjatuh dalam syubhat[1] 
D.               BIOGRAFI PERAWI
Nama lengkapnya ialah Nu’man bin Basyir bin Sa’id bin Tsalakah al- anshori al- khuzraji, dia dan ayah nya adalah seorang sahabat kemudian dia menetap di Syarh. Kemudian di utus ke Kufah, kemudian dia meninggal di Khoms pada tahun 65 H dalam usia 64 TH.[2]

E.                KETERANGAN HADIST
Yang halal jelas dan yang haram juga jelas, namun keduannya terdapat hal yang meragukan (syubhat) yang tidak diketahui hukumnya secara pasti.  Kondisi ini membuat tidak banyak orang yang mengetahui, yang kemudian hal tersebut dijelaskan dalam riwayat At-Tirmmidzi bahwa yang mengetahui perkara tersebut hanya sebagian manusia terkecill saja. Mereka adalah mujtahid, sehingga orang yang ragu-ragu adalah selain mereka. Namun terkadang syubhat itu timnul dalam diri para mujtahid jika mereka tidak dapat mentarjih  (menguatkan) salah satu diantara dua dalil. Maka dari  itu manusia patut berhati-hati terhadap perkara yang syubhat. Karena orang-orang yang tidak menghindari perkara syubhat, maka dia tidak akan selamat dari perkataan orang yang mencelannya. Sedangkan seseorang yang telah terlanjur jatuh kedalam hal syuhat, dapat dimungkinkan bahwa orang ini akan mudah masuk ke wilayah haram.[3]
F.                ASPEK TARBAWI
Hadits diatas menerangkan tentang keutamaan meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) untuk kepentingan agama. Salah satu rahmat Allah terhadap manusia yaitu ia tidak membiarkan manusia dalam kegelapan terhadap masalah halal dan haram, bahkan yang halal di jelaskan sedang yang haram di perinci. syubhat adalah suatu persoalan yang tidak begitu jelas antara halal dan haramnya bagi manusia. Hal ini bisa terjadi mungkin karena tasyabbuh (tidak jelasnya) dalil dan mungkin karena tidak jelasnya jalan untuk mengeterapkan nas/dalil yang ada terhadap suatu peristiwa.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
·         Sesuatu yang halal dan haram itu sudah jelas
·         Hendaknya kita menghindari syubhat
·         Seseorang yang telah terlanjur masuk ke wilayah syubhat dimungkinkan akan mudah pula masuk ke wilayah haram
·         Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
·         Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang meragukan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
·         Tutup pintu rapat-rapat terhadap perbuatan dosa sekecil apapun karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.[4]


                        








BAB III
A.             MATERI HADITS
 عن انس بن مالك أ ن النبي صلى ألله عليه وسلم قال
: ( من عمل بما يعلم ورثه الله علم ما لم يعلم)


Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad SAW bersabda “ barang siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”.
B.             MUFRODAT
Barang siapa من عمل :
Dengan sesuatu yang telah di ketahui بما يعلم :
Akan diberikan kepadanya ورثه الله :
ilmu علم :
ما لم يعلم :sesuatu yang belum diketahui

C.              BIOGRAFI PERAWI
     Nama lengkapnya ialah Anas bin Malik bin Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Madini.
Dia tinggal di bashrah. Ibunya bernama Ummu Sulaim binti Malhan. Nama kuniyah Anas bin Malik ialah Abu Hamzah, tapi kadang dia di panggil dengan Abu Tsumamah Al-Anshari.
Anas bin malik meriwayatkan hadis dari nabi saw, Abu bakar Umar Utsman, Tsabit bin Qais bin Syammasy, Abdullah bin Rahawah Fatimah Al-Zahra, Abdu Al- Rahman bin Auf, Ibnu mas’ud, Abu Dzarrin, Ubayy bin ka’ab, Mu’adz bin jabal dan ibunya, Ummu sulaim, serta dari kalangan sahabat yang lain.
Anas bin malik mengabdikan diri kepada Rosulullah saw ketika usianya masih 10 tahun lebih beberapa bulan. Dia melayani nabi selama 9 tahun lebih. Dia menjadi pelayan nabi melalui perantaraan ibunya dan ternyata dia menjadi pelayan nabi yang paling baik. Berkat melayani nabi itulah dia memperoleh keagungan dan derajat yang tinggi. Dia mendapatkan banyak hadis dari nabi saw, dan memperoleh manfaat  yang besar dari arahan yang diberikan oleh Rosulullah , sehingga keharuman nabi saw membekas pada dirinya dan tingkah lakunya menjadi teladan.
Pada suatu hari Rosulullah menyuruh Anas bin malik untuk suatu keperluan. Dia segara berangkat. Akan tetapi, ditengah perjalanan dia bertemu dengan sekumpulan anak-anak kecil yang sedang bermain di pasar. karena tertarik dengan permainan anak-anak itu, dia pun ikut bermain. Tiba-tiba tanpa di ketahui olehnya, Rosulullah memegang tengkuknya dari belakang, dan menatap mukanya sambil tersenyum, kemudian berkata,
“ Wahai Anas, apakah kamu sudah pergi seperti yang aku perintahkan” Anas menjawab, “ ya, saya akan segera berangkat, wahai Rosulullah.”
·   Meninggalnya
     Anas bin Malik meninggal dunia setelah menjalani hidupnya yang penuh dengan jihad, ilmu, dan amal.menurut pendapat yang kuat, Anas bin malik adalah sahabat yang tinggal di Bashrah yang paling akhir meninggal dunia, yaitu pada tahun 93 H dalam usia 103 tahun.[5]
D.             KETERANGAN HADITS
  Hadits ini menjelaskan sedemikian mulia ilmu dan penuntut ilmu. Ini disebabkan     karena seorang yang berilmu kemudian mengajarkan ilmunya termasuk dari amal jariyah baginya. Dan selama ada yang mengamalkan ilmu itu maka dia akan terus mendapat pahala dari Allah SWT walaupun dia sudah meninggal. Berbeda dengan orang yang mengerjakan shalat sunnah atau ibadah lainnya, tidak ada yang merasakan manfaatnya kecuali hanya dirinya sendiri.  Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita miliki dengan sabdanya yang terkenal : "Barang siapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan “ neraka".Dalam Al Qur'an, Allah telah berfirman bahwasanya Dia meninggikan posisi orang yang berilmu beberapa derajat lebih tinggi dari orang awam
E.              ASPEK TARBAWI
Hadits diatas memberikan informasi bahwa seorang muslim harus selalu beramal dengan ilmu yang dimilikinya. Karena ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam hadits tersebut di jelaskan bahwa seseorang yang mempunyai sesuatu pengetahuan yang terkait suatu amalan (ilmu agama) yang wajib dikerjakan, maka itulah yang harus diamalkan.[6]









DAFTAR PUSTAKA
al maliki, muhammad alawi, 2006, ilmu ushul hadis, yogyakarta: pustaka pelajar
al asqalani, ibnu hajar, al hafizh imam, 2002, fathul baari syarah shahih al bukhari, jakarta: pustaka azzam
[1] http://ta-alluman.blogspot.com/2011/09/belajarlah.html



[1] Ibnu hajar ai-asqalani, fathulbaari syarah, (kampung melayu: pustaka azzam, 2002), hal 107-110
[2] Prof.Dr Muhammad alawi al-malik, ilmu ushul hadis, (Yogyakarta:pustaka pelajar, 2006), hal. 212

[3] Ibid, hal 113
[4] http://flawlessimagine.blogspot.com/2011/10/meninggalkan-syubhat-menumbuhkan-sikap.html
[5] Ibid, hal 202-204
[6] http://ta-alluman.blogspot.com/2011/09/belajarlah.html

Kelas E, (4), Kurnia Hidayati, DORONGAN UNTUK MEMANFAATKAN PANCA INDERA SEMAKSIMAL MUNGKIN



DORONGAN UNTUK MEMANFAATKAN PANCA INDERA SEMAKSIMAL MUNGKIN

Makalah untuk Disampaikan dalam Perkuliahan Hadits Tarbawi II
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan
Tahun Akademik 2011/2012



 











Oleh:

Kurnia Hidayati                      202 111 0206


KELAS E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul Dorongan Untuk Memanfaatkan Panca Indera Semaksimal Mungkin”  ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Dengan segala kemampuan penulis yang terbatas, makalah ini mencoba menguraikan tentang pemanfaatan panca indera yang dikaitkan dengan hadits.  Dan dengan adanya makalah ini penulis berharap sedikit membantu para pembaca dan penulis sendiri dalam memahami hadits, penjelasan hadits, serta aspek tarbawi yang dikaitkan dengan tema di atas. .Namun demikian, apabila dalam makalah ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isisnya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak M. Hufron Dimyati, M.S.I. selaku dosen pembimbing Hadits Tarbawi II dan semua mahasisiwa S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam yang akan bersama-sama mewujudkan tercapainya tujuan perkuliahan Hadits Tarbawi II. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat adanya. Amin yaa rabbal alamin.


Pekalongan, 28 Pebruari 2012



PENDAHULUAN


Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Dilengkapi dengan akal fikiran serta panca indra untuk membantu kelangsungan hidupnya dalam memecahkan problematika hidup mereka. Dengan bekal akal dan fikiran inilah manusia dapat membedakan yang haq dan yang bathil, yang haram dan yang halal, yang baik dan yang buruk. Sedangkan panca indra merupakan alat penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri dengan material lingkungan. Panca indrera ini hampir setiap hari digunakan manusia untuk “menikmati” segala ciptaan Allah. Dalam makalah ini akan kami bahas mengenai pemanfaatan panca indera dengan sebaik – baiknya.


















PEMBAHASAN

A.      Materi Hadits
وَ عَنْ اَ بِى وَ ا ئِلٍ عَنْ عَبْدِ ا اللهِ : بِمِثْلِهِ قَا لَ: وَ كَا نَ يُعَلِّمُنَا كَلِمَا تٍ، وَلَمْ يَكُنْ يُعَلِّمُنَا ا لتَّشَهُّدَ:اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،وَجَنِّبْنَا الْفَوَا حِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمًا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَا عِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِيِيْنَ بِهَا،َ قَابِلِيْهَا، وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَاـ (رواه ا بو داود فى السنن، كتاب الصلاة، باب التشهد)

  1. Terjemah Hadits

Terjemahan hadits tersebut adalah:
“ Dari Abi Waail dari Abdullah dengan hadits yang sama dia berkata : Beliau biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkan kami sebagaimana mengajarkan tasyahud, yaitu: “Allahumma alif baina quluubinaa. Wa ashlih dzaata bainina, wahdinaa subulas salaami wa najjina minazh zhulumaati ilan nuuri, wa jannibnaal fawaahisya maa zhahara minha wa maa bathan, wa barik lanaa fii asmaa’ina wa abshaarinaa wa quluubinaa wa azwwajinaa wa dzurriyyatinaa, wa tub’alainaa, innaka antat tawwaabur ra hiimu, waj’alna syakiriina lini’matika, mutsniyyiina bihaa, qaabiliihaa, wa atimmaha ‘alaina- Wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah di antara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesunggunya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami.”[1]

  1. Mufrodat

Indonesia
Arab
Rukunkanlah
أَلِّفْ
Dan damai
وَاَصْلِحْ
Tunjukilah
وَاهْدِنَا
Jalan Kesejahteraan
سُبُلَ السَّلاَمِ
Kegelapan
الظُّلُمَات
Jauhkanlah
جَنِّبْنَا
Terang
ظَهَرَ
Berkah
بَارِك
Sempurnakanlah
أَتِمَّهَا
Hati kami
قُلُوْبِنَا
Pendengaran kami
أَسْمَا عِنَا
Penglihatan kami
وَأَبْصَارِنَا
Istri kami
وَأَزْوَاجِنَا
Cucu kami
وَذُرِّيَتِنَا



  1. Biografi Perawi

Abdullah ibn Ma’ud adalah Abdullah Ibn Ghafil ibn Habib Hudzaly, seorang sahabat Nabi saw. Yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra. Ibnu Mas’ud wafat di Madinah pada tahun 32 H. Dan dikebumikan di Al-Baqi’. Jenazah beliau dishalatkan oleh Utsman.
Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Al Bukhary dan Muslim menyepakati sejumlah 64 hadits, 21 di antaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri dan 35 di antaranya oleh Muslim.
Beliau menerima hadits dari Nabi saw, dari Umar dan dari Sa’ad ibn Mu’az. Hadits-hadits beliau diriwayatkan oleh dua orang putaranya yaitu Abd ar-Rahman dan Abu Ubaidah, putra saudaranya Abdullah ibn Utbah dan istrinya Zaenab ats-Tsaqtsiyah. Di antara sahabat yang menerima hadits dari beliau adalah Abdillah, Abu Musa, Abu Rafi’, Abu Syuraih, Abu Said, Jabir, Anas, Abu Ju’hafah, Abu Abu Umamah dana Abuth Thufail. Di antara para tabi’in ialah, Alaqamah, Masruq, Syuraih al-Qadhi, Abu Wa’il ar-Rahman ibn Abi Laila, Abu Utsman an-Nabdy dan lain-lain.[2]

  1. Keterangan Hadits
Hadits di atas merupakan do’a yang diajarkan Rosulullah untuk mempererat persaudaraan sesama muslim. Doa tersebut juga berkaitan tentang penggunaan panca indera. Kita harus berdoa kepada Allah agar dimaksimalkan fungsi panca indera. Hendaklah kita memanfaatkan panca indera dengan sebaik – baiknya. Karena Allah akan menunjukkan kepada hambaNya jalan kesejahteraan. Allah akan membuat panca indera kita peka, sehingga kita akan terselamatkan dari hal – hal buruk yang akan menghalangi kita menuju jalan kebenaran.
Allah menciptakan panca indera manusia dengan sebaik - baiknya, dan nikmat panca indera tersebut akan lebih berfungsi secara maksimal jika kita pandai mensyukurinya. Agar bisa mensyukuri terkadang kita perlu membuat perbandingan dengan saudara - saudara kita yang panca inderanya tidak berfungsi normal seperti kita. Misalnya; membandingkan penglihatan kita yang normal dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat, kita akan bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warninya. Begitupun halnya dengan pendengaran, lisan dan sebagainya.
Karena itu, syukurilah nikmat panca indera yang ada pada kita. Apalagi kita diberi panca indera yang sempurna, maka gunakanlah untuk hal yang diridhai Allah.  Sebagai contoh dalam penggunaan lisan.
Menggunakan lisan kita hanya untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang baik. Sebisa mungkin menghindari perkataan sia-sia, apalagi sampai menebar perkataan-perkataan haram. Jika memang tak bisa berkata baik lebih baik diam.
Semua panca indera kita akan dimintai pertanggungjawaban, mereka akan menjadi saksi untuk apa mereka digunakan.
Tidak heran mengapa kita disunnahkan berdzikir meminta keselamatan badan, pendengaran dan penglihatan tiap pagi dan sore.[3]

  1. Aspek Tarbawi

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil beberapa aspek tarbawi, yaitu
1.             Panca indera harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal – hal yang senantiasa diridhoi Allah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.
2.             Sebagai seorang muslim hendaknya memohon kepada Allah agar panca indra kita diberi kepekaan.
3.             Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita memohon kepada Allah supaya menjaga panca indera kita untuk tetap digunakan dalam perbuatan yang baik, menjaga panca indera kita untuk bisa dijauhkan dari kegelapan menuju kebenaran.
4.             Seorang pendidik wajib menyampaikan ilmunya secara jujur, dari apa yang ia dapat melalui panca inderanya.
5.             Indera yang telah diberikan Allah merupakan suatu amanat, oleh karena itu sebagai manusia gunakanlah panca indera itu untuk hal – hal yang diridhoi Allah, misalnya untuk menuntut ilmu.


















PENUTUP

Allah menciptakan panca indera manusia dengan sebaik - baiknya, dan nikmat panca indera tersebut akan lebih berfungsi secara maksimal jika kita pandai mensyukurinya. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hendaknya kita memanfaatkan panca indera dengan sebaik – baiknya. Karena semua panca indera kita akan dimintai pertanggungjawaban, mereka akan menjadi saksi untuk apa mereka digunakan
.



DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy ,Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Djamaluddin, A. Syinqithy dan Bey Arifin. 1992. Tarjamah Sunan Abi Daud, Jilid I. Semarang: CV. Asy Syifa’.

Lifsyifa. 2011. Nikmat Panca Indera, (http://lifsyifa.blogspot.com/2011/06/nikmat-panca-indera.html, diakses tanggal 28 February 2012 )





[1] Bey Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin, Tarjamah Sunan Abi Dud, (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992) , jilid 1, hal. 660-661
[2] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 225-226.
[3] Lifsyifa, Nikmat Panca Indera, (http://lifsyifa.blogspot.com/2011/06/nikmat-panca-indera.html, diakses tanggal 28 February 2012 )