Sri Setianingrum
NIM. 2021110209
Kelas E
INTUISI HATI
BAB I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberi kenikmatan dan kesehatan bagi umat-Nya. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda nabi besar Muhammad SAW.
Salah satu rahmat Allah terhadap manusia ialah ia tidak membiarkan manusia dalam kegelapan terhadap masalah halal dan haram. Dalam pembahasan ini akan di jelaskan tentang keutamaan meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) untuk kepentingan agama. Sesuatu yang dianggap syubhat sendiri sering menjadi salah penafsiran oleh orang awam. sehingga kebanyakan mereka lebih memasukkan hal yang di anggap syubhat menjadi haram.
Dalam makalah ini pula akan dibahas tentang anjuran untuk beramal dengan ilmu yang dimilikinya, sebab hal itu sangat di sukai Nabi Muhammad SAW. beramal disini maksudnya tidak hanya menyampaikan ilmunya kepada orang lain tapi juga memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang mampu membentuk diri agar menjadi lebih baik.
BAB II
A. MATERI HADITS
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي
B. TERJEMAHAN HADITS
Nu’man bin Basyir bercerita bahwa dia pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda, “perkara yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduannya ada beberapa perkara yang di ragukan yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang. Barang siapa mengerjakan perkara yang di ragukan, sama saja dengan penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, di khawatirkan dia terjatuh ke dalamnya. Ketahuilah, semua raja mempunyai larangan dan ketahuilah pula larangan Allah adalah segala yang di haramkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu semuannya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah daging tersebut ialah hati.
C. MUFRODAT
الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّن : Yang halal jelas dan yang haram jelas
وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ : Dan diantara keduannya adalah hal yang meragukan
لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ : Tidak banyak orang yang mengetahuinya
فَمَنِ اتَّقَى الشُّب : Barang siapa menghindarkan diri dari hal-hal syubhat
D. BIOGRAFI PERAWI
Nama lengkapnya ialah Nu’man bin Basyir bin Sa’id bin Tsalakah al- anshori al- khuzraji, dia dan ayah nya adalah seorang sahabat kemudian dia menetap di Syarh. Kemudian di utus ke Kufah, kemudian dia meninggal di Khoms pada tahun 65 H dalam usia 64 TH.[2]
E. KETERANGAN HADIST
Yang halal jelas dan yang haram juga jelas, namun keduannya terdapat hal yang meragukan (syubhat) yang tidak diketahui hukumnya secara pasti. Kondisi ini membuat tidak banyak orang yang mengetahui, yang kemudian hal tersebut dijelaskan dalam riwayat At-Tirmmidzi bahwa yang mengetahui perkara tersebut hanya sebagian manusia terkecill saja. Mereka adalah mujtahid, sehingga orang yang ragu-ragu adalah selain mereka. Namun terkadang syubhat itu timnul dalam diri para mujtahid jika mereka tidak dapat mentarjih (menguatkan) salah satu diantara dua dalil. Maka dari itu manusia patut berhati-hati terhadap perkara yang syubhat. Karena orang-orang yang tidak menghindari perkara syubhat, maka dia tidak akan selamat dari perkataan orang yang mencelannya. Sedangkan seseorang yang telah terlanjur jatuh kedalam hal syuhat, dapat dimungkinkan bahwa orang ini akan mudah masuk ke wilayah haram.[3]
F. ASPEK TARBAWI
Hadits diatas menerangkan tentang keutamaan meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) untuk kepentingan agama. Salah satu rahmat Allah terhadap manusia yaitu ia tidak membiarkan manusia dalam kegelapan terhadap masalah halal dan haram, bahkan yang halal di jelaskan sedang yang haram di perinci. syubhat adalah suatu persoalan yang tidak begitu jelas antara halal dan haramnya bagi manusia. Hal ini bisa terjadi mungkin karena tasyabbuh (tidak jelasnya) dalil dan mungkin karena tidak jelasnya jalan untuk mengeterapkan nas/dalil yang ada terhadap suatu peristiwa.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
· Sesuatu yang halal dan haram itu sudah jelas
· Hendaknya kita menghindari syubhat
· Seseorang yang telah terlanjur masuk ke wilayah syubhat dimungkinkan akan mudah pula masuk ke wilayah haram
· Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
· Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang meragukan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
· Tutup pintu rapat-rapat terhadap perbuatan dosa sekecil apapun karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.[4]
BAB III
A. MATERI HADITS
عن انس بن مالك أ ن النبي صلى ألله عليه وسلم قال
: ( من عمل بما يعلم ورثه الله علم ما لم يعلم)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad SAW bersabda “ barang siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”.
B. MUFRODAT
Barang siapa من عمل :
Dengan sesuatu yang telah di ketahui بما يعلم :
Akan diberikan kepadanya ورثه الله :
ilmu علم :
ما لم يعلم :sesuatu yang belum diketahui
C. BIOGRAFI PERAWI
Nama lengkapnya ialah Anas bin Malik bin Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Madini.
Dia tinggal di bashrah. Ibunya bernama Ummu Sulaim binti Malhan. Nama kuniyah Anas bin Malik ialah Abu Hamzah, tapi kadang dia di panggil dengan Abu Tsumamah Al-Anshari.
Anas bin malik meriwayatkan hadis dari nabi saw, Abu bakar Umar Utsman, Tsabit bin Qais bin Syammasy, Abdullah bin Rahawah Fatimah Al-Zahra, Abdu Al- Rahman bin Auf, Ibnu mas’ud, Abu Dzarrin, Ubayy bin ka’ab, Mu’adz bin jabal dan ibunya, Ummu sulaim, serta dari kalangan sahabat yang lain.
Anas bin malik mengabdikan diri kepada Rosulullah saw ketika usianya masih 10 tahun lebih beberapa bulan. Dia melayani nabi selama 9 tahun lebih. Dia menjadi pelayan nabi melalui perantaraan ibunya dan ternyata dia menjadi pelayan nabi yang paling baik. Berkat melayani nabi itulah dia memperoleh keagungan dan derajat yang tinggi. Dia mendapatkan banyak hadis dari nabi saw, dan memperoleh manfaat yang besar dari arahan yang diberikan oleh Rosulullah , sehingga keharuman nabi saw membekas pada dirinya dan tingkah lakunya menjadi teladan.
Pada suatu hari Rosulullah menyuruh Anas bin malik untuk suatu keperluan. Dia segara berangkat. Akan tetapi, ditengah perjalanan dia bertemu dengan sekumpulan anak-anak kecil yang sedang bermain di pasar. karena tertarik dengan permainan anak-anak itu, dia pun ikut bermain. Tiba-tiba tanpa di ketahui olehnya, Rosulullah memegang tengkuknya dari belakang, dan menatap mukanya sambil tersenyum, kemudian berkata,
“ Wahai Anas, apakah kamu sudah pergi seperti yang aku perintahkan” Anas menjawab, “ ya, saya akan segera berangkat, wahai Rosulullah.”
· Meninggalnya
Anas bin Malik meninggal dunia setelah menjalani hidupnya yang penuh dengan jihad, ilmu, dan amal.menurut pendapat yang kuat, Anas bin malik adalah sahabat yang tinggal di Bashrah yang paling akhir meninggal dunia, yaitu pada tahun 93 H dalam usia 103 tahun.[5]
D. KETERANGAN HADITS
Hadits ini menjelaskan sedemikian mulia ilmu dan penuntut ilmu. Ini disebabkan karena seorang yang berilmu kemudian mengajarkan ilmunya termasuk dari amal jariyah baginya. Dan selama ada yang mengamalkan ilmu itu maka dia akan terus mendapat pahala dari Allah SWT walaupun dia sudah meninggal. Berbeda dengan orang yang mengerjakan shalat sunnah atau ibadah lainnya, tidak ada yang merasakan manfaatnya kecuali hanya dirinya sendiri. Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita miliki dengan sabdanya yang terkenal : "Barang siapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan “ neraka".Dalam Al Qur'an, Allah telah berfirman bahwasanya Dia meninggikan posisi orang yang berilmu beberapa derajat lebih tinggi dari orang awam
E. ASPEK TARBAWI
Hadits diatas memberikan informasi bahwa seorang muslim harus selalu beramal dengan ilmu yang dimilikinya. Karena ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam hadits tersebut di jelaskan bahwa seseorang yang mempunyai sesuatu pengetahuan yang terkait suatu amalan (ilmu agama) yang wajib dikerjakan, maka itulah yang harus diamalkan.[6]
DAFTAR PUSTAKA
al maliki, muhammad alawi, 2006, ilmu ushul hadis, yogyakarta: pustaka pelajar
al asqalani, ibnu hajar, al hafizh imam, 2002, fathul baari syarah shahih al bukhari, jakarta: pustaka azzam
http://flawlessimagine.blogspot.com/2011/10/meninggalkan-syubhat-menumbuhkan-sikap.html
[1] http://ta-alluman.blogspot.com/2011/09/belajarlah.html
[1] Ibnu hajar ai-asqalani, fathulbaari syarah, (kampung melayu: pustaka azzam, 2002), hal 107-110
[2] Prof.Dr Muhammad alawi al-malik, ilmu ushul hadis, (Yogyakarta:pustaka pelajar, 2006), hal. 212
[3] Ibid, hal 113
[4] http://flawlessimagine.blogspot.com/2011/10/meninggalkan-syubhat-menumbuhkan-sikap.html
[5] Ibid, hal 202-204
[6] http://ta-alluman.blogspot.com/2011/09/belajarlah.html