Laman

Rabu, 06 Maret 2013

b4-1 indah fitriyanti: Panca Indra untuk mencari ilmu

PENDAHULUAN


Panca indra merupakan salah satu anugrah dari Allah SWT untuk manusia yang fugsinya sangat diperlukan. Pada dasarnya panca indra memang sangat dibutuhkan adanya untuk mengetahui dan mencari berbagai informasi.
Namun disamping fungsinya yang begitu kompleks, panca indra juga mempunyai mempunyai keterbatasan yang dapat menyebabkan kekeliruan, maka ada pula perangkat yang lebih tinggi yang Allah ciptakan untuk manusia yang disebut dengan akal. berfungsi untuk meluruskan semua yang ditangkap oleh indra.
























PEMBAHASAN

 MEMANFAATKAN PANCA INDERA

A. Hadits 17
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ,) قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ
B. Terjemah
Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata: aku medengar Rosulullah SAW bersabda: semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang mendengarnya.(HR.At-Tirmidzi)
C. Mufrodat
1. إِمْرَاَءً = memuliakan
2. سَامِعٍ = disampaikan
D. Biografi Perawi
Beliau adalah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahhak as -Sulami adh-Dharir al-Bughi at-Tirmidzi. Beliau dilahirkan pada bulan Dzulhijjah tahun 209 Hijriyah (824 Masehi) di sebuah negeri yang terletak di belakang sungai Jaihun (kini sungai Amu Darya) – dikenal sebagai tempat kelahiran pakar ulama hadits semisal al-Imam al-Bukhari  dan al-Imam Muslim di sebuah kota yang bernama Tirmidz tepatnya di sebuah desa yang bernama Bughi. Jarak antara kampung Bughi dengan kota Tirmidz sekitar 6 farsakh. Beliau adalah seorang hafizh (orang yang menghafal sekurang-kurangnya 100.000 hadits), ahli fikih, seorang yang ‘alim (memiliki ilmu agama yang luas), cerdas, seorang imam (panutan umat), memiliki sifat zuhud dan wara’. Beliau adalah orang pertama yang memasyhurkan pembagian hadits menjadi shahih, hasan, dan dha’if.
Beliau memulai perjalanan menuntut ilmu pada tahun 234 Hijriah. Dalam lawatannya ke berbagai negeri, beliau banyak mengunjungi para ulama hadits untuk mendengar, menghafal dan mencatat hadits, baik ketika dalam perjalanan atau tiba di suatu tempat.
Di antara guru-guru beliau adalah al-Imam al-Bukhari, al-Imam Muslim, al-Imam Abu Dawud, Qutaibah bin Said, Ishaq bin Rahuyah, Abu Kuraib dll. Kemudian di antara murid-murid beliau adalah Abu Bakar Ahmad bin Ismail as-Samarqandi, Abu Hamid Ahmad bin Abdillah al-Marwazi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, al-Husain bin Yusuf al-Farabri dll.
Beberapa karya beliau antara lain:
 1. Kitab al-Jami’
 2. Kitab al-‘Ilal
3. Kitab asy-Syama’il an-Nabawiyyah
4. Kitab Tasmiyyatu Ashhabi Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan mengarang, pada usia senjanya beliau mengalami kebutaan. Beberapa tahun lamanya beliau hidup sebagai tuna netra. Dalam keadaan seperti ini beliau meninggal dunia. Beliau wafat di kota Tirmidz pada malam Senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
E. Keterangan Hadits
Hadits tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena ‘mendengar’ sendiri merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga Rasulullah meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu dari beliau, yang kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar, sehingga akan banyak orang yang mengetahui dari apa yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran untuk memanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Dan Allah memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.[4] Dan dengannya manusia dapat berinteraksi dengan semesta tempat ia hidup, apa yang ada didalamnya, serta makhluk-makhluk yang hidup disana. Kemudian manusia menggunakan semua itu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam penciptaan manusia.
Akan tetapi, indera manusia mempunyai keterbatasan tersendiri, dan juga dapat keliru. Oleh karena itu, Allah SWT menganugerahkan perangkat yang lebih tinggi, yaitu akal, yang dapat meluruskan kesalahan indera.
Al-Qur’an menganjurkan kepada manusia untuk menggunakan akal untuk memperoleh pengetahuan, dengan berbagai fenomena akal manusia dapat memahami tanda-tanda kekuasaan Allah.
Namun akal tidak dapat terjaga dari kesalahan dalam memahami, meneliti, dan menghasilkan sesuatu. Ia dapat dipengaruhi oleh ketergesa-gesaan, kesombongan, hawa nafsu, lingkungan sekitar, dan peradaban yang berkembang, baik pengaruh itu positif atau negatif. Akan tetapi, itu semua sering membuat akal tidak dapat menangkap kebenaran dan menyalahi jalan yang lurus dan ia menyangka apa yang ia lakukan adalah baik, tetapi pada hakikatnya adalah buruk. Oleh karena itu, akal membutuhkan teman yang dapat.menuntunnya melewati persimpangan jalan ini, sehingga ia tidak tergelincir. Teman yang membantu ini adalah Wahyu Illahi, yang diberikan Allah SWT melalui rosul-rosulNya, yang terangkum dalam risalah penutup: Al-Qur’an al Karim, yang merupakan akhir kalimat-kalimat Allah SWT, bagi petunjuk manusia, serta sunnah nabi SAW yang menjadi penjelas al-Qur’an.

F. Aspek Tarbawi
Panca indera adalah alat bagi akal untuk menyerap pengetahuan. Akal akan sempurna ketika diperkaya oleh wawasan yang didapatkan melalui indera, dan diantara mereka ada orang yang mendengarkanmu.
Pengetahuan yang bersifat inderawi dapat diresap secara inderawi, sedangkan pengetahuan yang bersifat non inderawi/metafisika seperti surga, neraka, malaikat, adzab kubur, iblis,peristiwa hari kiamat, dan lain-lain itu adalah kajian wahyu yang hanya dapat diyakini dan dibenarkan dengan keimanan tidak dapat diakal-akali.[7]
Adapun nilai pendidikan dari hadits tersebut yaitu bahwa sesungguhnya semua pengetahuan itu telah disediakan Allah untuk manusia, manusia tinggal mencari pengetahuan tersebut berdasarkan panca indera yang diberikan Allah serta dengan panduan wahyu yang telah Allah turunkan. Dengan demikian ada kemungkinan manusia mengetahui rahasia pengetahuan yang diberikan Allah, permasalahannya hanya terletak pada kemampuan manusia untuk menggunakan panca indera sebagai alat akal dan menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan dan elemen dasar sebagai pijakan dalam melakukan penelitian dan eksperimen.

A. Hadits 18
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: ﴿وَكَانَ(النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ وَلَمْ يَكُنْ يَعَلِّمُنَا هُنَّ كَمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ : اللَّهُمَّ أَلَّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتِ بَيْنَنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَ مِ وَنَجَّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِوَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَاشَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُشْنِيْنَ بِهَاقَا بِلِيْهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا﴾ )رواه ابو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب التشهد(
B. Tejemah
Dari Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah SAW) biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahhud :“ Wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami”.
C. Mufrodat
1. قُلُوبِنَا= Hati-hati kami
2. الرَّحِيْمُ = Maha penyayang
3. َزْوَاجِنَا = Isteri kami
4. وَذُرِّيَاتِنَا= cucu-cucu kami
D. Biografi Perawi
Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah. Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya.
Beliau berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah.
Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat.
Beliau menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum diantara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.
E. Keterangan Hadits
Dalam hadits ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan beberapa kalimat selain tasyahud yaitu:
1. Agar  mendamaikan hati kami,ada suatu pendapat bahwa mendamaikan orang yang bertikai adalah memperbaiki keadaan diantara kamu sekalian  sehingga menjadi rukun.
2. Agar dijauhkan dari perbuatan-perbuatan keji seperti zina
3. Agar dilimpahkan berkah pada panca indera yang dimiliki
4.  Dan hal-hal tersebut dilakukan untuk mencapai kesempurnaan
F. Aspek Tarbawi
Agar kita mensyukuri pentingnya panca indera yang kita miliki terkadang kita perlu membuat perbandingan dengan saudara-saudara kita yang panca inderanya tidak berfungsi normal seperti kita, misalnya membandingkan penglihatan kita yang normal dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat. Kita akan bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warnanya, begitupun halnya dengan pendengaran, lisan, penciuman dan sebagainya.
Manusia harus memanfaatkan segala apa yang telah diberikan Allah kepada manusia baik berupa pendengaran, hati dan akal pikiran.
1.      Pendengaran, penglihatan dan hati dipakai untuk memahami dan mempelajari petunjuk-petunjuk Allah baik yang ada di al-Qur’an maupun di alam.
2.      Akal dan pikiran dipakai untuk memikirkan segala apa yang terjadi di alam semesta bahwa semuanya itu tidak ada yang sia-sia.
3.      Mulut dipakai untuk berkata-kata yang baik dan mengajak manusia kepada jalan yang diridhoi Allah.





PENUTUP

Kita sebagai salah satu manusia yang diberi anugrah berupa panca indra yang lengkap hendaklah lebih bersyukur akan nikmat tersebut karena diluar sana masah banyak saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. Allah memberikan anugerah panca indra yang kurang lengkap namun syukur mereka tiada henti.












26 komentar:

  1. Assalamu'alaikum mba Indaah...
    saya mau tanya, mengenai orang yang abnormal, itu bagaimana menurut anda? sedangkan orang yang ingin mencari ilmu itu yang mengalami hal tersebut, sedangkan orang tersebut abnormal sejak masa kelahirannya, seperti pendengarannya tidak seperti pendengaran orang pada umumnya, itu bagaimana meurut anda?
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalaam...
      orang-orang yang abnormal atau dengan kata lain panca indra mereka kurang bisa berfungsi dengan baik bahkan sampe tidak berfungsi. tetapi daya kepekaan mereka sangatlah tajam. mereka tetap berhak mendapatkan pengetahuan dan berhak mendapat kesempatan untuk belajar. namun dengan metode dan cara yang berbeda dengan orang-orang normal yang. mudah saja untuk saat ini mencari solusi bagaimana seorang abnormal bisa mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang seimbang dengan orang-orang normal dengan adanya lembaga SLB.

      Hapus
  2. Istiqomah
    2021111115

    Assalamu'alaikum.wr.wb
    dizaman sekarang masih banyak tontonan yang merusak panca indera, seperti melihat film" yang dewasa, nah bagaimana agar panca indera kita tetp terjaga dalam lindungan Allah??
    wassalamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalaam wr. wb.
      pada dasarnya kita harus berbekal pengetahuan tentang yang mana yang benar dan yang mana yang salah. yang mana yang sebaiknya kita pilih dan yang mana yang lebih baik ditinggalkan untuk menjaga panca indra kita dari kekeliruan dalam memehami suatu tontonan khususnya.
      "Allah melindungi orang-orang yang meminta perlindungan darinya "
      kita sendirilah yang paling tepat untuk memprotect diri kita.

      Hapus
  3. asslm.

    Di makalah, pada hadist yang kedua poin F aspek tarbawi tertulis "Agar kita mensyukuri pentingnya panca indera yang kita miliki terkadang kita perlu membuat perbandingan dengan saudara-saudara kita yang panca inderanya tidak berfungsi normal seperti kita, misalnya membandingkan penglihatan kita yang normal dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat. Kita akan bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warnanya"
    nah kemudian bagaimana cara orang yang tidak normal dapat bersyukur terhadap apa yang ia punya ?? pada realita yang ada mereka yang abnormal terkadang merasa minder, tidak percaya diri dsb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'aalaikumsalaam..
      pada hakikatnya setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. dengan contoh yang disebutkan misalnya. seorang yang normal dari kemampuan penglihatannya, mereka membandingkan dengan seorang yang kemampuan melihatnya tidak normal. tapi belum tentu daya tangkap pemahaman seseorang yang kemampuan melihatnya normal ini lebih baik dari orang yang tidak normal tadi. kekurangan fisik seseorang memang lebih mudah dilihat dibanding mereka yang memiliki kekurangan bukan dari fisik.
      namun banyak ditemui, bahwa kemampuan memahami sesuatu yang sifatnya rumit dipahami orang-orang normal itu merupakan sesuatu yang sangat mudah untuk dipahami seorang yang tidak normal.

      Hapus
  4. yang dimaksud panca indra kan pasti ada lima, yaitu mata, hidung, telinga,lidah dan kulit. tidak semua orang yang lengkap dengan kelimanya bahkan ada yang lebih. nah. alat indra sendiri kan dijelaskan itu sebagai pencari ilmu...
    apakah orang yang panca idranya kurang itu ilmunya lebih sedikit dibanding dengan yang lengkap...... saya rasa walaupun panca indranya kurang lengkap dia bisa melebihi yang sempurna kalau dia itu mau berusaha... menurut pemakalah sendiri bagaimana?

    BalasHapus
  5. Nursalim, 2021111217

    karena begitu penting dan riskannya panca indera kita untuk cenderung terjebak dalam hal2 yang berpotensi dosa, seperti era sekarang ini. adakah doa khusus minta perlindungan agar panca indera kita senantiasa terjaga?..

    BalasHapus
  6. Ida Syarifah R.
    2021110015

    Bagaimana caranya kita memanfaatkan panca indera dengan baik untuk mencari ilmu, baik orang yang normal maupun tidak normal ?? Dan bagaimana solusinya agar kita tidak menyalah gunakan panca indera tersebut ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk memenfaatkan panca indra dengan baik bagi orang normal adalah dengan menyadari bahwa semua itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah (bersyukur), karena akal sadar kitalah yang nantinya akan menuntun setiap perbuatan kita. akal sadar yang baik akan memberi manfaat yang baik pula, begitupun sebaliknya.
      dan untuk pemanfaatan panca indra bagi orang yang tidak normal, mereka juga sama harus menggunakan kesadaran, dimana jika mereka sadar bahwa mereka memiliki kekurangan, mereka akan berusaha agar kekurangan yang mereka miliki tidak menjadi sesuatu yang membuatnya menjadi orang-orang yang tidak diridhoi Allah.harus juga mereka memiliki rasa takut. jika saat ini misalnya penglihatannya tidak normal, maka seharusnya mereka berpikir dalam menggunakan indra yang lain, contohnya saja telinganya sebagai alat yang berfungsi untuk mendengar, agar tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang tidak disukai oleh Allah. takut Allah murka dengan perbuatan yang dilakukannya maka dia akan kehilangan pendengarannya pula setelah penglihatannya yang mameng sudah tidak normal.
      itu yang bisa dilakukan agar dapat memanfaatkan panca indra dengan baik.
      solusi yang paling tepat adalah bersyukur tiada henti pada sang MAHA PEMBERI NIKMAT. secara otomatis kasus menyalah gunakan panca indra tidak akan terjadi. karena sadar pada pengawasan tanpa henti dari Allah.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  7. nurhadi hidayat
    2021110038

    bagaimana caranya agar kita bisa menjaga panca indera kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara menjaganya adalah dengan terlebih dahulu mengetahui apa fungsi-fungsi dari panca indra itu sendiri.
      seperti misalnya telinga, kita harus tau, apa si fungsi telinga itu? fungsinya adalah untuk mendengar. mendengar yang dimaksud adalah mendengarkan ucapan-ucapan yang baik. seperti saat dilantunkannya ayat al-qur'an,mendengar saat diberikan ilmu pengetahuan, mendengar nasehat-nasehat yang baik serta membangun. inilah yang merupakan penjagaan dari panca indra. buka untuk mendengar saat seseorang menceritakan keburukan dari orang lain atau hal-hal buruk lainnya

      Hapus
  8. Khasan Fauzi
    2021111067

    Assalau'alaikum...

    pada era modern ini kan banyak terobosan''/ peralatan yang serba canggih, sehingga tidak dipungkiri adanya alat'' yg menggantikan fungsi panca indera pada manusia, dan itu juga digunakan untuk membantu mencari ilmu. bagaimana tanggapan anda mengenai hal tersebut?

    Thanks....

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalaam...
      terobosan-terobosan yang ada saat ini memang memudahkan orang-orang dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. tak terkecuali bagi orang-orang yang panca indranya tidak berfungsi dengan baik. mereka dapat menggunakan seperti alat bantu untuk memenuhi keinginannya memperoleh pengetahuan yang sama dengan orang-orang yang lebih beruntung dari mereka. kemajuan ini menurut saya bisa dikatakan sebagai kemerdekaan bagi orang-orang yang memiliki kekurangan dan merupakan pembangkit semangat yang sangat tepat. sabenarnya,disisi lain dari kasus-kasus mereka yang fungsi panca indranya terganggu juga memberi sumbangan besar pada ilmu pengetahuan. mereka akan mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi, maka timbulah penelitian, ilmu pengetahuan teknologi baru, ditemukanlah teknologi baru pula.

      Hapus
  9. assalamualaikum,,

    saya ingin bertanya, bagaimana bila seseorang yang buta, tuli, kemudian tuna wicara,,,
    apakah fungsi indera orang tersebut untuk mencari ilmu itu hilang??? dan pada biasanya orang yang tidak sempurna inderanya justru mempunyai salah satu kelebihan, apakah karena kelebihan tersebut sehingga orang yang tdk sempurna tidak diwajibkan memanfaatkan inderanya untuk mencari ilmu?

    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalaam...
      karena dari awal memang indra mereka tidak berfungsi. Allah memberinya kekurangan dalam kaitan kefungsian dari indra tapi tak mungkin Allah melupakan untuk memberinya kelebihan-kelebihan yang lain. mereka memiliki kemampuan yang lebih dari orang-orang yang sempurna fungsi indranya. mayoritas dari mereka memiliki kepekaan perasaan yang lebih tajam, kemampuan memahami sesuatu lebih cepat dan mudah,semangat yang dimiliki lebih besar karena cenderung sering diremehkan maka mereka ingin menunjukan bahwa mereka dapat jauh lebih dari orang-orang yang sempurna. kewajiban mencari ilmu adalah milik semua orang. tidak ada kecuali walaupun mereka merupakan orang-orang yang memiliki kekurangan, walaupun merupakan orang yang kurang mampu atau yang lainnya kewajiban menuntut ilmu tetep melekat sampai mereka masuk keliang lahat.

      Hapus
  10. Nama Erni Mun Holifah
    NIM 2021111064
    Apabila ada orang yang hanya mengandalkan kepandaian kekuatannya saja, dengan mengabaikan doa. Bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut???

    BalasHapus
    Balasan
    1. mereka adalah orang-orang yang tidak bersyukur. kepandaian kekuatannyanya akan hilang dan terhapus saat itu semua tidak diimbangi dengan do'a. Allah tidak suka pada orang-orang yang tidak bersyukur. ia akan mengambil nikmat orang-orang yang sombong.

      Hapus
  11. bagai mana menjaga panca indra agar selalu mendapat ilmu dengan baik??????

    BalasHapus
    Balasan
    1. mengarahkannya pada fungsi-fungsinya yang tepat.
      menyaring pengetahuan-pengetahuan yang didapat. apabila mendengar suatu berita, informasi, jangan diterima tanpa mempertimbangkannya.mata, melihat berita juga perlu diadakannya kontrol diri. mana yang pantas, mana yang tidak. lidah dimengetahui rasa, dapat memilah dan memilih mana yang cocok untuk tubuh kita agar dapat tetap terjaga kesehatannya untuk semangat mencari ilmu. dan seterusnya

      Hapus
  12. Nama: Nailis Suraya
    Nim : 2021 111 068
    Bagaimana cara kita agar bisa memanfaatkan panca indra secara optimal dan baik untuk mencari ilmu baik kita yang memiliki panca indra yang normal maupun yang tidak normal..

    trima ksih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya pertanyaan ini tidak jauh berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan diatas.
      cara memanfaatkan panca indra secara optimal dan baik untuk mencari ilmu baik yang normal maupun yang tidak normal.
      untuk memenfaatkan panca indra dengan baik bagi orang normal adalah dengan menyadari bahwa semua itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah (bersyukur), karena akal sadar kitalah yang nantinya akan menuntun setiap perbuatan kita. akal sadar yang baik akan memberi manfaat yang baik pula, begitupun sebaliknya.
      dan untuk pemanfaatan panca indra bagi orang yang tidak normal, mereka juga sama harus menggunakan kesadaran, dimana jika mereka sadar bahwa mereka memiliki kekurangan, mereka akan berusaha agar kekurangan yang mereka miliki tidak menjadi sesuatu yang membuatnya menjadi orang-orang yang tidak diridhoi Allah.harus juga mereka memiliki rasa takut. jika saat ini misalnya penglihatannya tidak normal, maka seharusnya mereka berpikir dalam menggunakan indra yang lain, contohnya saja telinganya sebagai alat yang berfungsi untuk mendengar, agar tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang tidak disukai oleh Allah. takut Allah murka dengan perbuatan yang dilakukannya maka dia akan kehilangan pendengarannya pula setelah penglihatannya yang mameng sudah tidak normal.
      itu yang bisa dilakukan agar dapat memanfaatkan panca indra dengan baik.
      solusi yang paling tepat adalah bersyukur tiada henti pada sang MAHA PEMBERI NIKMAT. secara otomatis kasus menyalah gunakan panca indra tidak akan terjadi. karena sadar pada pengawasan tanpa henti dari Allah.

      Hapus
  13. Anisa Amalia Zikrina
    2021111050
    saya ingin menanyakan pada aspek tarbawi, yang dimaksud perbandingan itu bagaimana? misal kita membandingkan diri kita yang sempurna inderanya dengan orang yang cacat, takutnya nanti malah membuat diri kita sombong dan orang yang cacat tersebut merasa terhina. mohon penjelasannya!
    terima kasih. :)

    BalasHapus
  14. perbandingan yang dilakukuan ini memang memiliki 2 kemungkinan. kemungkinan yang pertama yaitu apabila mereka membandingkan tapi malah justru membuat orang-orang yang normal merasa sombong ini merupakan kemungkinan yang bersifat negatif. dan kemungkinan yang kedua yang membuat orang-orang normal merasa harus mempunyai rasa syukur yang lebih saat melihat orang-orang yang memiliki kekurangan. inilah yang positif. dan seharusnya yang muncul dalam diri orang-orang yang mengaku beriman adalah yang kedua. karena pada hakikatnya manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

    BalasHapus