PENDAHULUAN
Panca indra merupakan salah
satu anugrah dari Allah SWT untuk manusia yang fugsinya sangat diperlukan. Pada
dasarnya panca indra memang sangat dibutuhkan adanya untuk mengetahui dan
mencari berbagai informasi.
Namun disamping fungsinya yang
begitu kompleks, panca indra juga mempunyai mempunyai keterbatasan yang dapat
menyebabkan kekeliruan, maka ada pula perangkat yang lebih tinggi yang Allah
ciptakan untuk manusia yang disebut dengan akal. berfungsi untuk meluruskan
semua yang ditangkap oleh indra.
PEMBAHASAN
MEMANFAATKAN PANCA INDERA
A. Hadits
17
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
مَسْعُوْدِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ
يَقُوْلُ : نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا
شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ,) قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ
رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ
B. Terjemah
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata: aku medengar Rosulullah SAW bersabda:
semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang
mendengarnya.(HR.At-Tirmidzi)
C. Mufrodat
1. إِمْرَاَءً = memuliakan
2. سَامِعٍ = disampaikan
D. Biografi Perawi
Beliau adalah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin
adh-Dhahhak as -Sulami adh-Dharir al-Bughi at-Tirmidzi. Beliau dilahirkan pada
bulan Dzulhijjah tahun 209 Hijriyah (824 Masehi) di sebuah negeri yang terletak
di belakang sungai Jaihun (kini sungai Amu Darya) – dikenal sebagai tempat
kelahiran pakar ulama hadits semisal al-Imam al-Bukhari dan al-Imam
Muslim di sebuah kota yang bernama Tirmidz tepatnya di sebuah desa yang bernama
Bughi. Jarak antara kampung Bughi dengan kota Tirmidz sekitar 6 farsakh. Beliau
adalah seorang hafizh (orang yang menghafal sekurang-kurangnya
100.000 hadits), ahli fikih, seorang yang ‘alim (memiliki ilmu agama yang
luas), cerdas, seorang imam (panutan umat), memiliki sifat zuhud dan wara’.
Beliau adalah orang pertama yang memasyhurkan pembagian hadits menjadi
shahih, hasan, dan dha’if.
Beliau memulai perjalanan menuntut ilmu pada tahun 234 Hijriah.
Dalam lawatannya ke berbagai negeri, beliau banyak mengunjungi para ulama
hadits untuk mendengar, menghafal dan mencatat hadits, baik ketika dalam
perjalanan atau tiba di suatu tempat.
Di antara guru-guru beliau adalah al-Imam al-Bukhari, al-Imam Muslim,
al-Imam Abu Dawud, Qutaibah bin Said, Ishaq bin Rahuyah, Abu Kuraib dll.
Kemudian di antara murid-murid beliau adalah Abu Bakar Ahmad bin Ismail
as-Samarqandi, Abu Hamid Ahmad bin Abdillah al-Marwazi, Ahmad bin Yusuf
an-Nasafi, al-Husain bin Yusuf al-Farabri dll.
Beberapa karya beliau antara lain:
1. Kitab al-Jami’
2. Kitab al-‘Ilal
3. Kitab
asy-Syama’il an-Nabawiyyah
4. Kitab
Tasmiyyatu Ashhabi Rasulillah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi
dan mengarang, pada usia senjanya beliau mengalami kebutaan. Beberapa
tahun lamanya beliau hidup sebagai tuna netra. Dalam keadaan seperti ini
beliau meninggal dunia. Beliau wafat di kota Tirmidz pada malam Senin
tanggal 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
E.
Keterangan Hadits
Hadits tersebut menggambarkan
pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena ‘mendengar’ sendiri
merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga Rasulullah
meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu dari beliau, yang
kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar, sehingga akan banyak
orang yang mengetahui dari apa yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti
adanya anjuran untuk memanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.
Semakin banyak kita mendengar, melihat,
dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang
akan kita peroleh. Dan Allah memberikan pendengaran dan penglihatan agar
manusia dapat berfikir dan bersyukur.[4] Dan dengannya manusia dapat
berinteraksi dengan semesta tempat ia hidup, apa yang ada didalamnya, serta
makhluk-makhluk yang hidup disana. Kemudian manusia menggunakan semua itu untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam penciptaan manusia.
Akan tetapi, indera manusia mempunyai
keterbatasan tersendiri, dan juga dapat keliru. Oleh karena itu, Allah SWT
menganugerahkan perangkat yang lebih tinggi, yaitu akal, yang dapat meluruskan
kesalahan indera.
Al-Qur’an menganjurkan kepada manusia
untuk menggunakan akal untuk memperoleh pengetahuan, dengan berbagai fenomena
akal manusia dapat memahami tanda-tanda kekuasaan Allah.
Namun akal tidak dapat terjaga dari
kesalahan dalam memahami, meneliti, dan menghasilkan sesuatu. Ia dapat
dipengaruhi oleh ketergesa-gesaan, kesombongan, hawa nafsu, lingkungan sekitar,
dan peradaban yang berkembang, baik pengaruh itu positif atau negatif. Akan
tetapi, itu semua sering membuat akal tidak dapat menangkap kebenaran dan
menyalahi jalan yang lurus dan ia menyangka apa yang ia lakukan adalah baik,
tetapi pada hakikatnya adalah buruk. Oleh karena itu, akal membutuhkan teman
yang dapat.menuntunnya melewati persimpangan jalan ini, sehingga ia tidak
tergelincir. Teman yang membantu ini adalah Wahyu Illahi, yang diberikan Allah
SWT melalui rosul-rosulNya, yang terangkum dalam risalah penutup: Al-Qur’an al
Karim, yang merupakan akhir kalimat-kalimat Allah SWT, bagi petunjuk manusia,
serta sunnah nabi SAW yang menjadi penjelas al-Qur’an.
F.
Aspek Tarbawi
Panca indera adalah alat bagi akal
untuk menyerap pengetahuan. Akal akan sempurna ketika diperkaya oleh wawasan
yang didapatkan melalui indera, dan diantara mereka ada orang yang
mendengarkanmu.
Pengetahuan yang bersifat inderawi
dapat diresap secara inderawi, sedangkan pengetahuan yang bersifat non
inderawi/metafisika seperti surga, neraka, malaikat, adzab kubur,
iblis,peristiwa hari kiamat, dan lain-lain itu adalah kajian wahyu yang hanya
dapat diyakini dan dibenarkan dengan keimanan tidak dapat diakal-akali.[7]
Adapun nilai pendidikan
dari hadits tersebut yaitu bahwa sesungguhnya semua pengetahuan itu telah
disediakan Allah untuk manusia, manusia tinggal mencari pengetahuan tersebut
berdasarkan panca indera yang diberikan Allah serta dengan panduan wahyu yang
telah Allah turunkan. Dengan demikian ada kemungkinan manusia mengetahui rahasia
pengetahuan yang diberikan Allah, permasalahannya hanya terletak pada kemampuan
manusia untuk menggunakan panca indera sebagai alat akal dan menggunakan wahyu
sebagai sumber pengetahuan dan elemen dasar sebagai pijakan dalam melakukan
penelitian dan eksperimen.
A. Hadits 18
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: ﴿وَكَانَ(النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ وَلَمْ يَكُنْ يَعَلِّمُنَا هُنَّ كَمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ : اللَّهُمَّ أَلَّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتِ بَيْنَنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ
السَّلَ مِ وَنَجَّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِوَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا
وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَاجْعَلْنَاشَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُشْنِيْنَ بِهَاقَا بِلِيْهَا وَأَتِمَّهَا
عَلَيْنَا﴾ )رواه ابو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب التشهد(
B. Tejemah
Dari Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah
SAW) biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya
kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahhud :“ Wahai Allah,
rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami kepada
jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran,
jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar,
limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri
dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri
ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu
atas kami”.
C. Mufrodat
1. قُلُوبِنَا=
Hati-hati kami
2. الرَّحِيْمُ = Maha penyayang
3. َزْوَاجِنَا = Isteri kami
4.
وَذُرِّيَاتِنَا= cucu-cucu kami
D. Biografi Perawi
Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada
tahun 275 H di Bashrah. Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak
berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau
sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik
langsung ilmu dari sumbernya.
Beliau berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam
Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi,
Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin
Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah.
Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat.
Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat.
Beliau menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh,
ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak
menarik perhatian, dan merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum
yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim
al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats
as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah
mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi
hukum diantara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil
hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia
telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus
susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya
kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi
majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem-
berikannya pula atas para pelanjutnya.
E. Keterangan Hadits
Dalam hadits
ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan beberapa kalimat selain
tasyahud yaitu:
1.
Agar mendamaikan hati kami,ada suatu
pendapat bahwa mendamaikan orang yang bertikai adalah memperbaiki keadaan
diantara kamu sekalian sehingga menjadi
rukun.
2. Agar dijauhkan dari perbuatan-perbuatan keji
seperti zina
3. Agar dilimpahkan berkah pada panca indera
yang dimiliki
4. Dan
hal-hal tersebut dilakukan untuk mencapai kesempurnaan
F. Aspek Tarbawi
Agar kita mensyukuri
pentingnya panca indera yang kita miliki terkadang kita perlu membuat
perbandingan dengan saudara-saudara kita yang panca inderanya tidak berfungsi
normal seperti kita, misalnya membandingkan penglihatan kita yang normal
dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat. Kita akan
bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warnanya, begitupun
halnya dengan pendengaran, lisan, penciuman dan sebagainya.
Manusia harus memanfaatkan segala
apa yang telah diberikan Allah kepada manusia baik berupa pendengaran, hati dan
akal pikiran.
1.
Pendengaran,
penglihatan dan hati dipakai untuk memahami dan mempelajari petunjuk-petunjuk
Allah baik yang ada di al-Qur’an maupun di alam.
2.
Akal dan
pikiran dipakai untuk memikirkan segala apa yang terjadi di alam semesta bahwa
semuanya itu tidak ada yang sia-sia.
3.
Mulut dipakai
untuk berkata-kata yang baik dan mengajak manusia kepada jalan yang diridhoi
Allah.
PENUTUP
Kita sebagai
salah satu manusia yang diberi anugrah berupa panca indra yang lengkap
hendaklah lebih bersyukur akan nikmat tersebut karena diluar sana masah banyak
saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. Allah memberikan anugerah
panca indra yang kurang lengkap namun syukur mereka tiada henti.
Assalamu'alaikum mba Indaah...
BalasHapussaya mau tanya, mengenai orang yang abnormal, itu bagaimana menurut anda? sedangkan orang yang ingin mencari ilmu itu yang mengalami hal tersebut, sedangkan orang tersebut abnormal sejak masa kelahirannya, seperti pendengarannya tidak seperti pendengaran orang pada umumnya, itu bagaimana meurut anda?
terimakasih
wa'alaikumsalaam...
Hapusorang-orang yang abnormal atau dengan kata lain panca indra mereka kurang bisa berfungsi dengan baik bahkan sampe tidak berfungsi. tetapi daya kepekaan mereka sangatlah tajam. mereka tetap berhak mendapatkan pengetahuan dan berhak mendapat kesempatan untuk belajar. namun dengan metode dan cara yang berbeda dengan orang-orang normal yang. mudah saja untuk saat ini mencari solusi bagaimana seorang abnormal bisa mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang seimbang dengan orang-orang normal dengan adanya lembaga SLB.
Istiqomah
BalasHapus2021111115
Assalamu'alaikum.wr.wb
dizaman sekarang masih banyak tontonan yang merusak panca indera, seperti melihat film" yang dewasa, nah bagaimana agar panca indera kita tetp terjaga dalam lindungan Allah??
wassalamu'alaikum wr.wb
wa'alaikumsalaam wr. wb.
Hapuspada dasarnya kita harus berbekal pengetahuan tentang yang mana yang benar dan yang mana yang salah. yang mana yang sebaiknya kita pilih dan yang mana yang lebih baik ditinggalkan untuk menjaga panca indra kita dari kekeliruan dalam memehami suatu tontonan khususnya.
"Allah melindungi orang-orang yang meminta perlindungan darinya "
kita sendirilah yang paling tepat untuk memprotect diri kita.
asslm.
BalasHapusDi makalah, pada hadist yang kedua poin F aspek tarbawi tertulis "Agar kita mensyukuri pentingnya panca indera yang kita miliki terkadang kita perlu membuat perbandingan dengan saudara-saudara kita yang panca inderanya tidak berfungsi normal seperti kita, misalnya membandingkan penglihatan kita yang normal dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat. Kita akan bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warnanya"
nah kemudian bagaimana cara orang yang tidak normal dapat bersyukur terhadap apa yang ia punya ?? pada realita yang ada mereka yang abnormal terkadang merasa minder, tidak percaya diri dsb.
wa'aalaikumsalaam..
Hapuspada hakikatnya setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. dengan contoh yang disebutkan misalnya. seorang yang normal dari kemampuan penglihatannya, mereka membandingkan dengan seorang yang kemampuan melihatnya tidak normal. tapi belum tentu daya tangkap pemahaman seseorang yang kemampuan melihatnya normal ini lebih baik dari orang yang tidak normal tadi. kekurangan fisik seseorang memang lebih mudah dilihat dibanding mereka yang memiliki kekurangan bukan dari fisik.
namun banyak ditemui, bahwa kemampuan memahami sesuatu yang sifatnya rumit dipahami orang-orang normal itu merupakan sesuatu yang sangat mudah untuk dipahami seorang yang tidak normal.
yang dimaksud panca indra kan pasti ada lima, yaitu mata, hidung, telinga,lidah dan kulit. tidak semua orang yang lengkap dengan kelimanya bahkan ada yang lebih. nah. alat indra sendiri kan dijelaskan itu sebagai pencari ilmu...
BalasHapusapakah orang yang panca idranya kurang itu ilmunya lebih sedikit dibanding dengan yang lengkap...... saya rasa walaupun panca indranya kurang lengkap dia bisa melebihi yang sempurna kalau dia itu mau berusaha... menurut pemakalah sendiri bagaimana?
khoirun ikrom
Hapus2021111072
kelas b
Nursalim, 2021111217
BalasHapuskarena begitu penting dan riskannya panca indera kita untuk cenderung terjebak dalam hal2 yang berpotensi dosa, seperti era sekarang ini. adakah doa khusus minta perlindungan agar panca indera kita senantiasa terjaga?..
Ida Syarifah R.
BalasHapus2021110015
Bagaimana caranya kita memanfaatkan panca indera dengan baik untuk mencari ilmu, baik orang yang normal maupun tidak normal ?? Dan bagaimana solusinya agar kita tidak menyalah gunakan panca indera tersebut ??
untuk memenfaatkan panca indra dengan baik bagi orang normal adalah dengan menyadari bahwa semua itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah (bersyukur), karena akal sadar kitalah yang nantinya akan menuntun setiap perbuatan kita. akal sadar yang baik akan memberi manfaat yang baik pula, begitupun sebaliknya.
Hapusdan untuk pemanfaatan panca indra bagi orang yang tidak normal, mereka juga sama harus menggunakan kesadaran, dimana jika mereka sadar bahwa mereka memiliki kekurangan, mereka akan berusaha agar kekurangan yang mereka miliki tidak menjadi sesuatu yang membuatnya menjadi orang-orang yang tidak diridhoi Allah.harus juga mereka memiliki rasa takut. jika saat ini misalnya penglihatannya tidak normal, maka seharusnya mereka berpikir dalam menggunakan indra yang lain, contohnya saja telinganya sebagai alat yang berfungsi untuk mendengar, agar tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang tidak disukai oleh Allah. takut Allah murka dengan perbuatan yang dilakukannya maka dia akan kehilangan pendengarannya pula setelah penglihatannya yang mameng sudah tidak normal.
itu yang bisa dilakukan agar dapat memanfaatkan panca indra dengan baik.
solusi yang paling tepat adalah bersyukur tiada henti pada sang MAHA PEMBERI NIKMAT. secara otomatis kasus menyalah gunakan panca indra tidak akan terjadi. karena sadar pada pengawasan tanpa henti dari Allah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusnurhadi hidayat
BalasHapus2021110038
bagaimana caranya agar kita bisa menjaga panca indera kita?
cara menjaganya adalah dengan terlebih dahulu mengetahui apa fungsi-fungsi dari panca indra itu sendiri.
Hapusseperti misalnya telinga, kita harus tau, apa si fungsi telinga itu? fungsinya adalah untuk mendengar. mendengar yang dimaksud adalah mendengarkan ucapan-ucapan yang baik. seperti saat dilantunkannya ayat al-qur'an,mendengar saat diberikan ilmu pengetahuan, mendengar nasehat-nasehat yang baik serta membangun. inilah yang merupakan penjagaan dari panca indra. buka untuk mendengar saat seseorang menceritakan keburukan dari orang lain atau hal-hal buruk lainnya
Khasan Fauzi
BalasHapus2021111067
Assalau'alaikum...
pada era modern ini kan banyak terobosan''/ peralatan yang serba canggih, sehingga tidak dipungkiri adanya alat'' yg menggantikan fungsi panca indera pada manusia, dan itu juga digunakan untuk membantu mencari ilmu. bagaimana tanggapan anda mengenai hal tersebut?
Thanks....
wa'alaikumsalaam...
Hapusterobosan-terobosan yang ada saat ini memang memudahkan orang-orang dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. tak terkecuali bagi orang-orang yang panca indranya tidak berfungsi dengan baik. mereka dapat menggunakan seperti alat bantu untuk memenuhi keinginannya memperoleh pengetahuan yang sama dengan orang-orang yang lebih beruntung dari mereka. kemajuan ini menurut saya bisa dikatakan sebagai kemerdekaan bagi orang-orang yang memiliki kekurangan dan merupakan pembangkit semangat yang sangat tepat. sabenarnya,disisi lain dari kasus-kasus mereka yang fungsi panca indranya terganggu juga memberi sumbangan besar pada ilmu pengetahuan. mereka akan mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi, maka timbulah penelitian, ilmu pengetahuan teknologi baru, ditemukanlah teknologi baru pula.
assalamualaikum,,
BalasHapussaya ingin bertanya, bagaimana bila seseorang yang buta, tuli, kemudian tuna wicara,,,
apakah fungsi indera orang tersebut untuk mencari ilmu itu hilang??? dan pada biasanya orang yang tidak sempurna inderanya justru mempunyai salah satu kelebihan, apakah karena kelebihan tersebut sehingga orang yang tdk sempurna tidak diwajibkan memanfaatkan inderanya untuk mencari ilmu?
terima kasih
wa'alaikumsalaam...
Hapuskarena dari awal memang indra mereka tidak berfungsi. Allah memberinya kekurangan dalam kaitan kefungsian dari indra tapi tak mungkin Allah melupakan untuk memberinya kelebihan-kelebihan yang lain. mereka memiliki kemampuan yang lebih dari orang-orang yang sempurna fungsi indranya. mayoritas dari mereka memiliki kepekaan perasaan yang lebih tajam, kemampuan memahami sesuatu lebih cepat dan mudah,semangat yang dimiliki lebih besar karena cenderung sering diremehkan maka mereka ingin menunjukan bahwa mereka dapat jauh lebih dari orang-orang yang sempurna. kewajiban mencari ilmu adalah milik semua orang. tidak ada kecuali walaupun mereka merupakan orang-orang yang memiliki kekurangan, walaupun merupakan orang yang kurang mampu atau yang lainnya kewajiban menuntut ilmu tetep melekat sampai mereka masuk keliang lahat.
Nama Erni Mun Holifah
BalasHapusNIM 2021111064
Apabila ada orang yang hanya mengandalkan kepandaian kekuatannya saja, dengan mengabaikan doa. Bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut???
mereka adalah orang-orang yang tidak bersyukur. kepandaian kekuatannyanya akan hilang dan terhapus saat itu semua tidak diimbangi dengan do'a. Allah tidak suka pada orang-orang yang tidak bersyukur. ia akan mengambil nikmat orang-orang yang sombong.
Hapusbagai mana menjaga panca indra agar selalu mendapat ilmu dengan baik??????
BalasHapusmengarahkannya pada fungsi-fungsinya yang tepat.
Hapusmenyaring pengetahuan-pengetahuan yang didapat. apabila mendengar suatu berita, informasi, jangan diterima tanpa mempertimbangkannya.mata, melihat berita juga perlu diadakannya kontrol diri. mana yang pantas, mana yang tidak. lidah dimengetahui rasa, dapat memilah dan memilih mana yang cocok untuk tubuh kita agar dapat tetap terjaga kesehatannya untuk semangat mencari ilmu. dan seterusnya
Nama: Nailis Suraya
BalasHapusNim : 2021 111 068
Bagaimana cara kita agar bisa memanfaatkan panca indra secara optimal dan baik untuk mencari ilmu baik kita yang memiliki panca indra yang normal maupun yang tidak normal..
trima ksih..
sebenarnya pertanyaan ini tidak jauh berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan diatas.
Hapuscara memanfaatkan panca indra secara optimal dan baik untuk mencari ilmu baik yang normal maupun yang tidak normal.
untuk memenfaatkan panca indra dengan baik bagi orang normal adalah dengan menyadari bahwa semua itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah (bersyukur), karena akal sadar kitalah yang nantinya akan menuntun setiap perbuatan kita. akal sadar yang baik akan memberi manfaat yang baik pula, begitupun sebaliknya.
dan untuk pemanfaatan panca indra bagi orang yang tidak normal, mereka juga sama harus menggunakan kesadaran, dimana jika mereka sadar bahwa mereka memiliki kekurangan, mereka akan berusaha agar kekurangan yang mereka miliki tidak menjadi sesuatu yang membuatnya menjadi orang-orang yang tidak diridhoi Allah.harus juga mereka memiliki rasa takut. jika saat ini misalnya penglihatannya tidak normal, maka seharusnya mereka berpikir dalam menggunakan indra yang lain, contohnya saja telinganya sebagai alat yang berfungsi untuk mendengar, agar tidak digunakan untuk mendengar hal-hal yang tidak disukai oleh Allah. takut Allah murka dengan perbuatan yang dilakukannya maka dia akan kehilangan pendengarannya pula setelah penglihatannya yang mameng sudah tidak normal.
itu yang bisa dilakukan agar dapat memanfaatkan panca indra dengan baik.
solusi yang paling tepat adalah bersyukur tiada henti pada sang MAHA PEMBERI NIKMAT. secara otomatis kasus menyalah gunakan panca indra tidak akan terjadi. karena sadar pada pengawasan tanpa henti dari Allah.
Anisa Amalia Zikrina
BalasHapus2021111050
saya ingin menanyakan pada aspek tarbawi, yang dimaksud perbandingan itu bagaimana? misal kita membandingkan diri kita yang sempurna inderanya dengan orang yang cacat, takutnya nanti malah membuat diri kita sombong dan orang yang cacat tersebut merasa terhina. mohon penjelasannya!
terima kasih. :)
perbandingan yang dilakukuan ini memang memiliki 2 kemungkinan. kemungkinan yang pertama yaitu apabila mereka membandingkan tapi malah justru membuat orang-orang yang normal merasa sombong ini merupakan kemungkinan yang bersifat negatif. dan kemungkinan yang kedua yang membuat orang-orang normal merasa harus mempunyai rasa syukur yang lebih saat melihat orang-orang yang memiliki kekurangan. inilah yang positif. dan seharusnya yang muncul dalam diri orang-orang yang mengaku beriman adalah yang kedua. karena pada hakikatnya manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.
BalasHapus