Laman

Rabu, 06 Maret 2013

d4-3 musiami ulfa: akal, ilmu dan amal


MAKALAH
AKAL, ILMU DAN AMAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah         :  Hadist Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I



Disusun Oleh:
Kelas D
                MUSIYAMI ULFA  2021 111 157

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN ) PEKALONGAN
                                                              2013


PENDAHULUAN

Sumber ilmu pengetahuan yang terpenting pada manusia diantara salah satunya adalah akal,   Manusia telah dibekali suatu daya yang begitu berharga. Dengan akalnya manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, antara kenyataan dengan khayalan.  
Akal menghasilkan ilmu dan ilmu berkembang dalam masa kemasa, supaya dapat dipelajari dengan baik dan benar. Dengan akal manusia akan mendapatkan ilmu dan dapat mengamalkan dengan baik, sehingga dapat tercipta masyarakat yang sejahtera didunia maupun diakhirat.















BAB I
PEMBAHASAN

A.    Hadist Akal, Ilmu dan Amal
حَدَّثَنَا دَاوُد بن المحبر ثنا ميسرة عن محمد بن يزيد عن عمرة عن عاَئِشَةَ قاَلَتْ قُلْتُ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَيْءٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ فِي الدُّنْيَا قاَلَ بِالْعَقْلِ قَلَتْ فَفِي اْلآخِرَةِ؟ قاَلَ بِالْعَقْلِ فَقَالَتْ عاَئِشَةُ: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا إِلَّا بِقَدْرِ مَا اُعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِ مَا اُعْطُوا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ اَعْمَالُهُمْ بِقَدْرِ ما عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ (رواه الحارث في المسند)

B.     Terjemah
Dari Daud bin Muhbar dari Maisaroh dari Muhammad bin Yazid dari ‘Umroh dari ‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi : kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi : (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedarapa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan.





C.     Makna Mufrodat
Arti
Lafadz
Bisa utama
يَتَفَا ضَلَ
Dengan akal
باِ لْعَقْلِ
Bagaimana dengan akhirat
فَفِي اْلَاخِرَة
Dibalas
يُجْزَوْنَ
Dengan amal-amalnya
بِاَعْمَا لِهِمْ
Beramal
عَمِلُو
Dengan sekedar
بِقَدْرِ
                

                                                 


D.    Biografi Perawi
Nama lengkap ‘Aisyah ialah ‘Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq. ‘Aisyah dilahirkan sesudah Nabi diangkat menjadi Rasul. ‘Aisyah adalah satu-satunya gadis diantara istri-istri Rasul yang paling dicintai sesudah Khatijah. ‘Aisyah ditinggal wafat Rasulullah dalam usia 18 tahun dan meninggal pada tahun 58 H.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa seperempat hukum syariat diperoleh dari beliau. Bahkan pengetahuan yang sulit pun dapat mudah diselesaikan oleh ‘Aisyah, karena beliau mempunyai pengetahuan yang luas tentang fiqh, syair Arab, beliau juga orang yang paling baik dalam berpendapat.     
‘Aisyah meriwayatkan 2210 hadis, yang beliau terima dari Nabi SAW, dari ayah beliau Abu Bakar As-Shiddiq, dari Umar bin Khattab, Sa’id bin Abi Waqash dan Fatimah Az-Zahra. Juga dari para tabi’in seperti Sa’id bin Musayyab, Ikrimah, Abdullah bin Rabi’ah dan sebagian besar ahli ilmi.[1]

E.     Keterangan Hadist
Pada hadist tersebut diterangkan, bahwa ‘Aisyah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang hal yang paling diunggulkan, baik didunia maupun diakhirat, Nabi SAW menjawab dengan akal. ‘Aisyah bertanya kembali bukankah yang diunggulkan adalah amal, Nabi SAW menjawab bahwa dengan ilmu, manusia akan beramal dengan baik.
Bisa dipahami, bahwa setiap amal atau perbuatan akan baik, jika didasari dengan ilmu. Dan dari akal manusia akan menggali pengetuhuan untuk kemudian dapat diamalkan. 
1.      Akal
Menurut ajaran Islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan yang sangat berharga, salah satunya akal. Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang berarti pikiran, mengerti dan memahami. Menurut istilah akal merupakan daya untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang membedakan dirinya dengan orang lain.[2]
Kedudukan akal dalam kehidupan manusia tentunya sangat berharga, seperti dalam hal agama, akal dapat menampung akidah, syari’ah serta akhlak. Dengan mempergunakan akalnya secara baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah, manusia akan selalu terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri dengan Allah. Sehingga akan tercipta amal baik yang dapat menyelamatkan manusia didunia maupun diakhirat.
Akal juga yang membedakan manusia dari semua binatang, dan akal itulah yang menjadi manath al-taklif (sebab manusia dikenakan kewajiban oleh Allah SWT). akan tetapi walaupun akal itu sangat penting, akal juga sering tergesa-gesa, sombong, atau dikuasai ambisi. Akal juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang dapat membawanya pada perbuatan positif atau negatif. Karena itu, akal memerlukan penolong yang dapat membimbing kejalan yang benar, yaitu wahyu Ilahi.[3]

2.      Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan instrumen untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu mensejahterakan diri dan manusia lain, guna mencapai ridho Allah SWT. kesejahteraan itu dapat dicapai jika manusia mengelola sumber-sumber alam (natural resource).
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban, karena bila kita perhatikan dari sisi lain, umat yang bodoh pada saat ini, mereka tidak akan bisa bersaing dalam ilmu dan peradaban dengan umat-umat yang lebih maju. Generasi mereka pun akhirnya akan menjadi umat yang tertinggal, dan akan kalah menghadapi umat yang terpelajar. Inilah sisi lain yang mewajibkan lelaki maupun perempuan untuk menuntut ilmu.[4]
Ilmu dapat memimpin kita kepada kebaikan dan kebahagiaan, menghibur dalam duka, dan perhiasan bagi pergaulan, dengan ilmu kata Nabi “hamba Allah mencapai kebaikan, memperoleh kedudukan yang mulia dan mencapai kehidupan yang bahagia didunia ini maupun diakhirat.[5]   
3.      Amal
Amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah. Sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.
Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan amal ini dengan pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya. Jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak berguna laksana pohon yang tak berbuah. Jadi, mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal, yaitu
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan. Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan.[6]

F.     Aspek Tarbawi
Manusia dikarunia akal oleh Allah SWT untuk selalu berfikir, hampir semua masalah tidak lepas dari kegiatan berfikir, baik soal yang remeh maupun yang paling rumit. Dan berfikir pada dasarnya sebuah proses yang membuahkan ilmu pengetahuan. Dengan akal dan ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui yang baik dan sesuatu yang harus kita tinggalkan. 
Dengan ilmu, kita lebih menjadi manusia yang berguna bagi orang lain, kita juga dituntut untuk dapat mengamalkan ilmu  tersebut sesuai syari’at demi tercapainya masyarakat yang sejahtera didunia dan akan selamat diakhirat.






BAB II
PENUTUP

Allah meberikan manusia suatu daya yang luar biasa yaitu akal, dengan tujuan manusia dapat menggunakannya untuk memirkan hal-hal yang baik, dengan akal manusia dapat menetukan jalan hidunya, baik didunia maupun diakhirat.
Akal juga digunakan untuk memahami suatu yang baru yang menimbulkan keragu-raguan dalam mencari kebemaran yaitu ilmu. Ilmu, dapat membimbing kita untuk selalu beramal sholeh. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.  


















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Muhaimin. 1993. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tri Genda Karya

Al Qardhawy, Yusuf. 1998. As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Al Qardhawy, Yusuf. 1998. Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Jakarta: Gema Insani Press

Ali Fayyad, Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sirojuddin Iqbal, Mashuri. 1994. Mencari Cahaya Dari Ilmu Ulama. Bandung: Sinar Baru Al Gensindo.







[1]Zarkasyi Chumaidy, Metodologi Penetapan Keshahihan Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm.114.
[2] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 385. 
[3] Yusuf Al-Qardhawy, As-Sunnah sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), hlm. 99-100.
[4] Yusuf Al-Qardhawy, Op. Cit. hlm.256-258.
[5] Moh. Daud Ali, Op. Cit., hlm 406.
[6] http//: /ilmu dan amal.htm

60 komentar:

  1. Nama: KHOLIS ARIFAH
    NIM: 2021111293
    KELAS: D

    Assalamualaikum,
    berdasarkan makalah yang anda tulis, apa hubungan antara akal, ilmu dan amal.?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih

      antara akal, ilmu dan amal, tentunya sangat berhubungan..karena jika kita mencari ilmu, tetapi tidak didasari oleh akal, tetunya kita tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang slah...dan jika ilmu yang kita dapat diamalkan, maka hakikat ilmu sebagai perubahan keararh yang lebih baik, akan tercapai.

      Hapus
    2. apabila kita mencari ilmu, dan ilmu yang kita cari itu sudah banyak sehingga ilmu itu sampai menguasai akal kita sehingga amalnyapun tidak sesuai dengan yang seharusnya, menurut pemakalah faktor apa yang menyebabkan hal di atas,
      terima kasih.

      Hapus
    3. Ada beberapa faktor seseorang tidak mengamalkan ilmunya dengan semestinya, diantaranya:

      1. orang tersebut terpengaruh tarbiyah buruk, lingkungan yang tidak sehat dan propaganda buruk.
      2. Kejahilan, keragu-raguan, kelalaian dan was-was pikiran sendiri
      3. Meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar (atau melakukan hal sebaliknya, mengerjakan yang mungkar dan melarang yang makruf) di kalangan kaum Muslimin dan diamnya para ulama di hadapan penyimpangan personal, sosial, dan pemerintahan Islam.
      4. Penyimpangan institusi penguasa dan para ulama yang berpengaruh. Menyebarnya kefakiran, kezaliman, ketidakadilan, dan penindasan di tengah masyarakat
      5. Tersedot hati dan pikirannya kepada dunia disertai dengan hasrat yang membumbung, dan angan-angan panjang, lalai mengingat kematian dan pengawasan Tuhan di dunia dan perhitungan baginya di akhirat (lemahnya iman dan tertipu oleh pesona dunia).

      terima kasih

      Hapus
  2. jika kita bisa menggunakan rangkaian akal ,ilmu dan amal dengan baik,maka tidak akan sia-sia ilmunya.
    jika hal itu dilalkukan tapi tidak ikhlas dan mengharap sesuatu apakah artinya tetap ilmunya tidak sia-sia?
    dan bagaimana solusianya agar hal itu tidak terjadi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika kita mengamalkan ilmu tetapi tidak ikhlas, atau dengan kata lain mengharapkan sesuatu, maka ilmu tersebut sia-sia.
      Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut,

      solusi agar manusia beramal dengan ikhlas yaitu, dengan menanamkan niat yang baik beramal semata-mata karena Allah.

      Hapus
  3. Nama : Suli Reviana
    NIM : 2021 111 201
    Kelas : D


    Menurut pemakalah,apa ada keterkatian antara akal, ilmu, dan amal? dan bagaimana kita bisa menerapkan akal, ilmu serta amal dalam kehidupan sehari-hari?mohon berikan contohnya..

    terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih

      antara akal, ilmu dan amal, tentunya ada hubungan atau keterkaitannya,,,akal adalah peralatan rohaniah untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. tentunya untuk mengetahui hal tersebut kita harus mempelajari ilmu, dan ilmu diibaratkan sebagai pokok sedangkan amal sendiri diibaratkan sperti buah. sehingga dalam pepatah disebutkan ilmu tanpa amal seperti bohon yang tidak berbuah.
      cntohnya kita mencari ilmu tentang shalat, tentunya kita harus melaksanakan shalat tersebut sesuai dengan apa yang kita ketahui.

      Hapus
  4. Faroh Maulida
    2021111209
    D

    Bagaimana menurut pandangan Islam menyelaraskan antara akal, ilmu, dan amal secara ikhlas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang dlam beramal sulit untuk ikhlas, Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah
      a.Banyak Berdoa
      Seperti do’a yang dipanjatkan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
      b.Menyembunyikan amal kebaikan
      Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang
      c. Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
      Allah berfirman:
      وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
      “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
      d. Memandang Rendah Amal Kebaikan
      Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.g adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari Muslim)


      Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita akan lebuh bisa beramal ikhlas hanya karena Allah SWT.

      Hapus
  5. awaliyah nailis saadah
    2021 111 339
    D
    menurut pemakalah mana yang harus di dahulukan antara akal, ilmu dan amal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya antara akal, ilmu dan amal itu selalu beriringan...kita mencari ilmu, tetapi tidak didasari dengan akal maka akan tersesat. dan jika akal telah menerima ilmu tetapi tidak diamalkan itu akan sia-sia.
      sehingga ada syair yang mengatakan " barang siapa yang beramal tanpa ilmu, amalnya ditolak atau tidak diterima".

      Hapus
  6. Bariroh
    2021111029
    kelas: D

    bagaimana mengorelasikan antara akal ilmu dan amal agar dapat berjalan seimbang? dan apakah jika salah satu dari unsur ketiga tersebut ada yang tidak ada maka akan seperti apa orang tersebut, gambarkan????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antara akal, ilmu dan amal. Tentunya tidak bisa dipisahkan. Karena ilmu tanpa didasari pemikiran tidak akan dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Dan kalau kita Beramal tapi tidak didasari ilmu yang sesuai dengan tuntunan syariat yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Artinya dia beramal dengan aturan yang menyimpang dari Aturan Allah dan Rasul-Nya, maka beramal seperti ini sesat dan sudah keluar dari ketentuan syari’at. Dalam firman Allah dijelaskan:
      وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
      Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. [Al Furqan:23].
      Dan gambaran orang tersebut seperti dijelaskan dalam Tafsir Jalalain ”Dan perbedaan Adalah kehilangan amal seperti orang Yahudi, sedangkan orang Nashrani kehilangan ilmu. Oleh karenanya, orang Yahudi memperoleh kemurkaan dan orang Nashrani memperoleh kesesatan. Barangsiapa mengetahui, kemudian tidak mengamalkannya, layak mendapat kemurkaan. Berbeda dengan orang yang tidak mengetahui. Orang-orang Nashrani, ketika mempunyai maksud tertentu, tetapi mereka tidak memperoleh jalannya, karena mereka tidak masuk sesuai dengan pintunya. Yaitu mengikuti kebenaran. Maka, jatuhlah mereka ke dalam kesesatan.”

      Hapus
  7. NAMA; BADIATUL LIZA
    NIM: 2021 111 146
    KELAS: D
    Assalamu'alaikum bro ulpa...
    mohon jelaskan "(akal) itulah amal-amal mereka"???
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud dari “akal itulah amal-amal mereka adalah
      Bahwa Allah menyuruh kepada manusia menggunakan akal untuk berfikir dalam rangka mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam al-qur’an dijelaskan: Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal”, (Al Baqarah : 184),
      Selain itu akal akan mnyelamatkan kita dari amal yang tercel seperti taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-pemikiran yang bathil. Allah juga memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan melarang dari segala hal yang dapat merusak akal seperti khomr.
      Seingga dapat dipahami, dari menjaga dan menggunakan akal dengan baik, maka amal kita juga akan baik dan terhindar dari kemaksiatan.

      kurang lebih begitu mba broo...

      Hapus
  8. nama mirza muhammad abda
    nim 2021 111 153
    pertanyaan sy adakah cara agar orang2 fasiq tau atau sadar akan hal2 yg dilakukan? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk mengetahui cara menyadarkan orang fasiq, terlebih dahulu kita mengerti pengertiannya,
      Makna kata ‘fasiq’ secara keluar dari sesuatu. Demikian pula orang munafik dan orang kafir disebut orang fasik. Dalam tafsir At-Thabari, 1:409, fasik adalah keluar dari ketaatan kepada-Nya dan tidak mengikuti perintahn-Nya.
      Syaikh Utsaimin memberi penjelasan:
      الفاسق هو الخارج عن طاعة الله ورسوله
      Fasiq adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
      Di Indonesia bersaudara nampaknya agak sulit dilakukan. semua merasa dirinya paling benar dan ketika ada yang salah maka harus dihancurkan, bukan disadarkan akan kesalahannya. Untuk menyadarkan orang fasiq tentunya kita mencoba memberi nasihat dengan cara yang halus, agar dia kembali kejalan yang benar. Seperti halnya kisah Rasulullah SAW berangkat ke masjid selalu diludahi orang dan pada suatu hari Rasulullah heran karena orang tadi tidak meludainya. lalu ditanyakan ke sahabat dan tahulah bahwa ia sedang sakit dan ternyata rasulullah adalah orang yang pertama menjengungnya yang akhirnya ia masuk islam.
      jadi, cara untuk menyadarkan orang yang fasik adalah memperlakukan dan menasihatinya dengan halus, tanpa kekerasan.

      Hapus
  9. Khomisah Ikasasih
    2021111171
    D

    dalam makalah ini dijelaskan bahwa akal juga sering tergesa-gesa, sombong, atau dikuasai ambisi. Akal juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang dapat membawanya pada perbuatan positif atau negatif. Menurut pemakalah bagaimana caranya agar akal kita selalu berpikir positif dan tidak dikuasai oleh ambisi, kesombongan ataupun tergesa-gesa dan senantiasa mengingat Allah??jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya..

      memang terkadang akal dikuasai oleh ambisi sehingga melakukan sesuatu yang jauh dari kebenaran, dan menyalahi jalan yang lurus, dan ia menyangka apa yang dilakukan adalah baik, tetapi pada hakikatnya adalah buruk. sehingga seperti yang dikiatakan Imam Abduh, akal yang tersesat tersebut membutuhkan teman yang dapat menyelamatkan dari dari kebingungan, serta memberikan ketenangan dan pembenaran. teman tersebut adalah wahyu Illahi, yaitu al-Qur'an al-karim, serta sunnah Nabi saw.
      dan menurut saya, cara agar kita selalu berfikir positif adalah:
      a. dengan menghindari prasangka buruk (su'udzon)
      b. melakukan kegiatan yang bermanfaat
      c. selalu mendekatkan diri kepada Allah
      dengan begitu, kita akan terhindar dari pemikiran negatif, serta akan selalu mengingat Allah.

      Hapus
  10. Nama : Imas Anggraeni Dewi
    NIM : 2021 111 203
    kelas D

    bagaimana menurut pemakalah tentang seorang yang berakal serta memiliki pengetahuan yang baik dan juga mengamalkan pengetahuan tersebut, namun tak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya orang yang mempunyai ilmu, dan terbiasa menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain, tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, itu sama juga dengan ilmu yang sia-sia.
      seperti deterangakan dalam hadis,
      Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)

      hadist tersebut menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.

      Hapus
  11. NAMA; NAIS STANAUL ATHIYAH
    KELAS: D
    NIM: 2021 111 280
    bagaimana jika ada orang yang akal atau IQnya berkurang? apakah akan berpengaruh dalam ilmu dan amalnya? mohon penjelasannya, terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya orang yang mempunyai IQ rendah tidak akan mempengaruhi amalnya, karena selain IQ manusia juga dianugrahi EQ (kecerdasan Emosional) yang kegunaannya untuk memahami kepekaan sosial, kecerdasan emosional ini akan menjadi penentu keberhasilan individu , relasi dan dalam kepemiminan dibanding dengan kecerdasan intelektual (nalar IQ). Seorang yang memiliki IQ tinggi tidak bisa dijadikan anutan bahwa dia akan sukses, karena menurut lembaga survey IQ hanya mempengaruhi 6-20% keberhasilan manusia dan 80% sisanya EQ kita yang menentukan. Tentang bagaimana kita membangun komunikasi dengan orang lain, membuat empati sehingga ada kerjasama antara social dengan kita.
      Jadi menurut saya orng yang mempunyai IQ rendah tidak akan mempengaruhinya untuk beramal, karena biasanya orang tersebut mempunyai EQ yang tinggi, walaupun orang tersebut sulit dalam berfikir, namun masih bisa beramal dengan hal yang sangat sederhana, semisal melalui senyuman. Itu juga amal yang bernilai ibadah. Dan tidak hanya itu, orang yang Iqnya kurang juga bisa beramal dengan tenaganya (membantu kegiatan sosial).
      Terima kasih

      Hapus
  12. assalamualaikum

    Bagaimana pendapat anda tentang seorang yang mempunyai akal dan ilmu namun tidak di amalkan dlm masyarakat,?

    Contoh seorang yg lulusan dr jurusan pendidikan namun tidak mengamalkan ilmunya yaitu menjadi seorang pendidik, melainkan memilih mnjdi pengusaha atau yg lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam...

      pendapat saya tentang Orang yang lulusan jurusan tarbiyah, namun menjadi pengusaha, menurut saya ilmu tersebut tidak sia-sia, walaupun orang tersebut tidak bekerja dalam bidangnya, namun orang tersebut masih dapat mengamalkan ilmunya. Seperti setelah lulus dia menjadi pedagang, karena dia dalam kuliah fakultas tarbiyah dia mendapat ilmu tentang akhlak, fiqih, tentunya kalau orang tersebut menggunakan ilmunya, akan menjadi pedagang yang jujur, sabar, serta mengetahui tata cara berdagang yang dibenarkan Allah.
      Selain itu, ilmu yang didapat ketika kuliah, seperti halnya psikologi pendidikan, itu dapat kita amalkan dalam membimbing anak kita sendiri dalam belajar.
      jadi, ilmu yang kita dapatkan pada waktu kuliah, bisa diamalkan pada diri sendiri, terlebih dapat kita amalkan kepada orang lain.

      Hapus
  13. nama;nur hidayah
    nim:2021 111 145
    ass,,menurut anda.apakah ada ketentuan bagi seseorang untuk mengamalkan ilmunya,dan bagaimana jika ada seorang yang tidak mau mengamalkan ilmunya, karena ia takut apabila ia mengamalkan ilmunya seorang yang diberinya ilmu menjadi saingannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu ada aturannya, tidak sembarang mengkaji dan mengamalkan. Pertama-tama harus dibetulkan niat belajar dan niat mengamalkan ilmu. Agar supaya ilmu tidak menjadikan kita kehilangan petunjuk.
      Dan apabila seseorang mengamalkan ilmu, tetapi takut apabila muridnya menjadi saingannya, itu berarti orang tersebut belum membetulkan niatnya, padahal dalam beramal kita juga harus ikhlas. Dan setiap seseorang pasti ada generasi penerusnya. Sehingga kita sesungguhnya malah bersyukur dengan peserta didik yang apabila lebih berhasil melebihi kita. Karena berarti ilmu kita menjadi bermanfaat.
      Dan dalam hadist diterangakan bahwa “ahlul ilmi yang telah disebutkan oleh dalil-dalil dengan menerangkann keutamaan-keutamaan mereka dan tingginya kedudukan mereka serta besarnya pahala mereka, mereka itulah para pengemban ilmu yang mulia ini, yang mereka amalkan pada diri mereka sendiri dan pada manusia dengan menyebarkan dan menyampaikannya”

      Hapus
  14. Assalamu'alaikum..
    Soraya Nailatul Izzah
    2021 111 097
    Manusia dikarunia akal oleh Allah SWT untuk selalu berfikir, akan tetapi sekarang banyak orang yang malas untuk berfikir. Pertanyaan saya dalam menyelaraskan antara akal, ilmu dan amal bagaimana agar bisa bekerja secara maksimal. Terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akal Pikiran berkaitan dengan rasio, logika, intelektualitas. Memaksimalkan akal pikiran salah satunya dapat dilihat pengaruhnya pada inovasi dan kemajuan teknologi, mampu mengefisienkan dan mengefektifitaskan hidup, namun akal pikiran yang terus dikembangkan tanpa peran hati nurani dapat kita lihat d alam penciptaan bom atom yang mampu memusnahkan umat manusia dalam sekejap.
      Memaksimalkan hati nurani mampu menciptakan toleransi antar sesama manusia, kedamaian dan keharmonisan hidup bermasyarakat, namun rasa yang terus dikembangkan tanpa batasan akal pikiran dapat membuat kita dikuasai oleh perasaan, jadi sensitif, terlalu peka sehingga kadang melakukan tindakan yang bodoh, memalukan dan tidak logis. Sehingga dalam memeksimalkan akal kita juga membutuhkan ilmu, yang mampu membawa kita kepada perbutan yang baik.

      terima kasih

      Hapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. shofatul jannah
    2021 111 183
    kelas D

    bagaimana pendapat pemakalah dengan "pejabat" yang punya akal tapi tidak mampu mengamalkan kepercayaan rakyat dengan baik dan benar??

    terimaksih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika ada pejabat yang pintar, artinya maksimal menggunakan akalnya, tetapi tidak dapat melaksanakan kepercayaan rakyat dengan baik, itu sama saja pejabat tersebut belum menggunakan akalnya secara benar. Karena melalui al-Qur’an, Islam mengajak umatnya untuk mendayagunakan akal pikirannya,memperoleh petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja keras serta dapat menggunkan akal dengan benar. Sebaliknya, jika akal yang telah diberikan itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya,hidup manusia akan berjalan seolah tanpa kekuatan dan pegangan. Memang terkadang kepinteran bukan jaminan orang pinter menggunakan logika akalnya,sebab godaan besar orang pinter ialah ia sering tergoda masuk ke rimba pemikiran spekulatif (cara berfikir yang tidak terpuji) yang disebabkan karena pejabat tersebut gersang akan akhlak yang baik. Sehingga mengatasi hal tersebut, seperti dalam makalah disebutkan, akal membutuhkan wahyu yang mengajarkan tentang akhlak yang dapat membimbingnya kejalan yang benar.

      Hapus
  17. nama: fiza umami
    nim: 2021111152
    bagaimana cara kita agar kita bisa menggunakan akal, ilmu dan amai dengan baik,,
    terimakasih,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam tafsir al-Misbah menunjukkan bahwa cara manusia menggunakan akal dengan baik adalah harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur. Karena Dengan menggunakan akalnya, tentunya akan berdampak pada amal. yaitu manusia dapat menjaga dirinya dengan baik supaya tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan potensi akalnya dengan baik, manusia akan mengetahui hakekat kebenaran yang akan membawanya dalam hidup yang bahagia, jauh dari kemadharatan atau kemaksiatan. Kalau manusia berusaha menggunakan akalnya dengan baik, maka akalnya akan tajam; kalau ia menyimpannya atau tidak menggunakannya untuk berfikir, maka akalnya akan “berkarat”, sehingga tidak dapat mencerna ilmu yang kita dapatkan. Dan tentunya akan berdampak pada amalan kita.


      Hapus
  18. nama : Nur Ulis Sa'adah Shofa
    nim : 2021 111 205

    bagaimana pendapat pemakalah mengenai seorang yang berilmu tetapi justru menggunakan ilmunya untuk hal-hal maksiat atau malah justru menjerumuskan.
    terimakasih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya Orang yang mempergunakan ilmunya untuk meksiat, orang tersebut belum dapat mengamalkan ilmunya dengan tepat. Malahan ilmu tersebut akan memasukkannya dalam neraka, karena dalam mengamalkannya tidak sesuai dengan perintah al-Qur’an dan menyimpang dari ajaran Rasullullah. Karena sebenarnya fungsi ilmu adalah memperbaiki diri, meningkatkan kemudahan dan kualitas hidup serta semakin mendekatkan diri kepada Alah SWT. dan untuk orang yang slah dalam mengamalkan ilmunya Rasullullah mengancam: “Barangsiapa mencari ilmu bertujuan untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau untuk mencari perhatian manusia, maka neraka adalah tempatnya” (HR. Tirmidzi).
      Sehingga dalam hal ini jelas, bahwa orang yang mempunyai ilmu banyak, namun hanya digunakan untuk hal maksiat itu malah akan mencelakakan diri sendiri.

      Hapus
  19. Nama: Kiki F. Mastriana
    NIM: 2021 111 198
    Kelas: D

    menurut anda jika kita sudah menggunakan akal untuk berfikir yg baik dan mencari ilmu dg baik pula tapi dalam pengamalannya itu kita malah ditujukan untuk mengharapkan imbalan atau karena ingin dipandang orang sbg orang yg pintar,,,, bagaimana tanggapan pemakalah mengenai hal itu.
    terima kasih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya orang tersebut belum dapat mengamalkan ilmunya dengan baik,kalau barometer beramal hanya untuk mendapat pujian belaka. Karena dalam kita beramal, tetunya harus didahului niat yang ikhlas terlebih dahulu, amalan tidak boleh lepas dari dua hal, diantaranya:
      1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya,
      “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun’alaihi)
      2. Yang kedua adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ittiba’ ini laksana jiwa bagi amalan. Allah ta’ala berfirman,
      “Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran:31)
      Kedua syarat tersebut jangan sampai hilang, karena jika salah satu syarat hilang maka amal yang dikerjakan ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah

      Hapus
  20. Nama: Nur Asfiyani
    NIM: 2021 111 200
    Kelas: D

    Menurut pemakalah, jika seseorang memiliki akal dan ilmu yang cukup namun tidak mengamalkannya kepada orang lain, apakah dia termasuk orang-orang yang tidak beruntung....???
    Terima kasihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya orang yang mempunyai ilu, namun tidak diamalkan, itu termasuk orang yang tidak beruntung. Karena itu sama saja ilmu yang didapat akan sia-sia.
      Dalam kitab Hushulul Ma’mun. Hal.16 diterangakn, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, berkata “Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Aalim.”
      Ini adalah ungkapan yang sangat tepat. Karena apabila seseorang memiliki ilmu, akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmu tersebut maka dia tetaplah disebut jahil. Sebab tidak ada perbedaan antara keadaan dirinya dengan keadaan orang yang jahil. Apabila dia berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka orang yang alim itu belumlah pantas disebut sebagai orang berilmu yang sesungguhnya, kecuali bila di sudah beramal dengan ilmunya.

      terima kasih

      Hapus
  21. Nama : Ani Musiani
    NIM : 2021 111 181
    Kelas: D

    Bagaimana hukum mengamalkan tapi tidak tau ilmunya ???
    tolong jelaskan ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada tiga kemungkinan orang dalam beramal :
      1. Beramal dengan ilmu dan dengan tuntunan syariat yang benar sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Inilah beramal yang seharusnya, dan inilah amal yang sejalan dengan aturan Allah Subhaanahu Wa Ta’aala dan Rasul-Nya.
      2. Beramal tapi dengan ilmu yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Artinya dia beramal dengan aturan yang menyimpang dari Aturan Allah dan Rasul-Nya, maka beramal seperti ini sesat dan sudah keluar dari ketentuan syari’at.
      3. Beramal dengan tidak didasari ilmu sama sekali, sehingga orang beramal dengan seperti ini tidak mempunyai nilai sama sekali dihadapan Allah Ta’aala, karena dia tidak mengetahui dan tidak menyadari untuk apa dia beramal dan mesti bagaimana dia beramal.
      Jadi, dapat dipahami bahwa hukum orang yang beramal tanpa ilmu yang tidak sesuai syari’at Islam itu termasuk amalan sesat dan tidak boleh. Dalam al-Qur’an dijelaskan: Bukan saja amalannya tidak dianggap sebagai amalan yang diterima, bahkan dialah penyebab masuknya ke dalam api neraka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
      هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
      Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka). [Al Ghasyiah:1- 4].

      terima kasih

      Hapus
  22. Nama : Susi Ernawati
    Nim : 2021 111 202
    Kelas : D
    Assalamu'alaykum
    terkait dengan judul hadits makalah anda, menurut anda, bagaimana caranya mensinkronkan akal supaya bisa menjadi ilmu,sehingga ilmu bisa di amalkan sesuai dengan hadits yang dimaksud
    terima kasih,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam hadis tersebut diterangakn bahwa yang diunggulkan didunia maupun diakhirat adalah akal, karena dengan akal yang baik, akan menghsilkan ilmu yang dapat diamalkan. Dengan akal manusia dapat memperoleh ilmu, sehingga dengan ilmu tersebut bisa diamalkan, ia dapat mengolah semua kekayaan alam sehingga merangsang perubahan yang dapat menjadikan manusia sejahtera. Seperti hadist Nabi, “Ilmu itu pemimpin dan amalan itu pula pengikutnya, “Ilmu adalah kunci ekonomi bagi sebuah keluarga, komuniti dan Negara. Segala amalan, dalam pelaksanaan dan tindakannya membutuhkan ilmu dan pengetahuan. Ilmu yang diamalkan tidak hanya ilmu yang membawa perubahan, tetapi manusia juga harus dapat mengamalkan ilmu keagamaan yang dapat menyelamatkan diakirat.

      terima kasih

      Hapus
  23. Nama : Heri Rubi Antoni
    Nim : 2021 111 161
    Kelas: D

    Pada zaman yang modern ini apakah orang-orang sudah mampu mengamalkan ilmu sebagaimana mestinyamohon jelaskan?bila perlu dengan contohnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya pada zaman sekarang modern ini, kalau dalam hal ilmu umum, sudah dilaksanakan secara maksimal, seperti yang kita ketahui banyak alat-alat canggih, semisal pada elektronik ada handphone, televisi, yang tentunya alat tersebut dapat berguna bagi masyarakat. namun, hal tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan pengamalan ilmu akhlak seacara benar, ada diantara mereka malah menggunakan kecanggihan ilmu tersebut untuk hal yang tidak terpuji.sehingga dalam hal ilmu keagamaan menurut saya belum diamalkan secara semestinya.

      Hapus
  24. Nama : Imroatul Maghfiroh
    NIM : 2021 111 148
    Kelas: D

    Assalam. .
    Bagaimana cara kita untuk memanfaatkan akal,ilmu,& amal secara maksimal agar seimbang hidup kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam...



      Manusia dikaruniai akal anugerah Allah yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Oleh itu cara memaksimalkan akal adalah digunakan sebaik-baiknya yaitu dengan membedakan mana yang benar dan mana yang salah menurut syari’at, serta akal tersebut selalu kita isi dengan ilmu pengetahuanyang berguna. Jika kita sudah mengetahui ilmu-ilmu yang baik tersebut tentunya kita harus mengamalkannya, agar tidak menjadi ilmu yang sia-sia. Dengan begitu kita dapat menyeimbangkan antara akal, ilmu dan amal dengan baik.

      Hapus
  25. NAMA : ARINUN ILMA
    NIM : 2021 111 045
    KELAS: D

    Pertanyaannya, bagaimana agar ketiga hal tersebut (akal, ilmu dan amal)bisa berjalan dengan baik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam tafsir al-Misbah menunjukkan bahwa cara manusia menggunakan akal dengan baik adalah harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur. Karena Dengan menggunakan akalnya, tentunya akan berdampak pada amal. yaitu manusia dapat menjaga dirinya dengan baik supaya tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan potensi akalnya dengan baik, manusia akan mengetahui hakekat kebenaran yang akan membawanya dalam hidup yang bahagia, jauh dari kemadharatan atau kemaksiatan. Kalau manusia berusaha menggunakan akalnya dengan baik, maka akalnya akan tajam; kalau ia menyimpannya atau tidak menggunakannya untuk berfikir, maka akalnya akan “berkarat”, sehingga tidak dapat mencerna ilmu yang kita dapatkan. Dan tentunya akan berdampak pada amalan kita.

      terima kasih

      Hapus
  26. Nama: Mushofakhah
    NIM: 2021 111 196
    Kelas: D

    Manusia dikaruniai akal untuk selalu berfikir. Bagaimana pandangan pemakalah mengenai orang yang malas atau enggan berfikir?
    Trimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya oranga yang tidak mau berfikir itu karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantarnya:
      1. Kelumpuhan mental akibat mengikuti kebanyakan orang.
      Satu sebab yang membuat kebanyakan orang malas berfikir adalah keyakinannya bahwa apa yang dilakukan “sebagian besar” manusia adalah benar. Manusia biasanya lebih cenderung menerima apa yang diajarkan oleh orang-orang disekitarnya, daripada berpikir untuk mencari sendiri kebenaran dari apa yang diajarkan tersebut.
      2. Akibat kemalasan mental,
      manusia melakukan segala sesuatu sebagaimana yang pernah mereka saksikan dan terbiasa mereka lakukan, sehingga malas untuk menemukan hal yang baru.
      3. Anggapan bahwa berpikir secara mendalam tidaklah baik
      Ada sebuah kepercayaan yang kuat dalam masyarakat bahwa berpikir secara mendalam tidaklah baik. Mereka saling mengingatkan satu sama lain dengan mengatakan “jangan terlalu banyak berpikir, anda akan kehilangan akal”. sehingga mereka takut untuk berfikir secara dalam
      4. Tidak berpikir akibat terlenakan oleh kehidupan sehari-hari
      Kebanyakan manusia menghabiskan keseluruhan hidup mereka dalam “ketergesa-gesaan”.

      sebenarnya, manusia dianugrahkan akal untuk digunakan berfikir, sehingga kita mencoba untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut, dan dapat berfikir dengan baik.

      Hapus
  27. nama : naila syarifah
    NIM : 2021111149
    kelas : D
    trinakasih,,,,,,,,,,,,ulpa bro sister,,,
    menurut anda orang yang seperti apa yang dikatakan sudah seimbang antara akal,ilmu dan amal....

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih kembali mba ketum,,,,,

      Menurut saya yaitu orang yang selalu melaksanakan amar ma’ruf artinya selalu menjalankan perintah Allah SWT sesuai syari’at agama dan Sunnah Rasullullah dalam kondisi apapun, serta meninggalkan semua larangan-Nya. Dan orang yang selalu istiqomah mengamalkan ilmunya, baik ilmu tersebut diamalkan untuk diri sendiri terlebih untuk orang lain (masyarakat).

      kurang lebihnya gitu mba bro....

      Hapus
  28. faisal fahmi
    2021 111 255
    D

    assalamualaikum wr wb
    apa perbedaan akal dengan hati nurani, baik yang mana diantara keduanya dalam melaksanakan suatu ibadah...

    trims...
    wassalamualaikum wr wb...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam

      Manusia menggunakan akal untuk berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
      Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
      Selain akal, manusia juga dibekali dengan hati nurani. Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
      halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang
      ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang
      disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
      pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah
      berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
      memahaminya." (QS. 7:1-79). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.

      Mengenai yang paling baik untuk melaksanak ibadah, kedua-duanya adalah satu kesatuan, sehingga tidak bisa dipisahkan, sebab menurut filsuf Islam kesempurnaan manusia di perolehi melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah) .Sebab akal dan hati sama-sama merupakan daya berfikir.

      terima kasih

      Hapus
  29. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  30. wa'alaikum salam..

    Manusia menggunakan akal untuk berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
    Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
    Selain akal, manusia juga dibekali dengan hati nurani. Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
    halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang
    ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang
    disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
    pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah
    berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
    memahaminya." (QS. 7:1-79). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
    Mengenai yang paling baik untuk melaksanak ibadah, kedua-duanya adalah satu kesatuan, sehingga tidak bisa dipisahkan, sebab menurut filsuf Islam kesempurnaan manusia di perolehi melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah) .Sebab akal dan hati sama-sama merupakan daya berfikir.

    terima kasih

    BalasHapus
  31. nama: faidhotun nikmah
    nim: 2021 111 267

    diantara ketiga hal tersebut (akal, ilmu dan amal) memang tidak terpisahkan..tapi hal ini juga sering terlupakan antara salah satunya. seperti contoh jika ilmunya banyak, tapi akalnya tidak digunakan sebaik"nya dalam mengamalkan ilmunya tersebut. dan hal ini sering terjadi pada kehidupan sekarang..bagaimana solusinya agar ketiganya itu terpenuhi..terima kasih

    BalasHapus