Laman

Rabu, 06 Maret 2013

d4-4 aisyah: intuisi hati

HADIS INTUISI HATI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I

Disusun Oleh:

Kelas D


      Aisyah                            2021 111 158


TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN 2012









PENDAHULUAN

Suatu ilmu pengetahuan memiliki sumber-sumber yang bisa diteliti, ditelaah ataupun dicari oleh setiap orang. Sumber-sumber ilmu pengetahuan tersebut banyak macamnya, mulai dari persepsi indera, akal, al Qur’an dan as Sunnah sampai pada intuisi hati.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai intuisi hati sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam perspektif hadits. Intuisi hati merupakan kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakah perbuatan itu baik/buruk. Karena tidak semua perbuatan itu berstatus halal dan haram. Pada kenyataannya perbuatan yang tidak berstatus halal dan haram disebut dengan subhat.
Dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai anjuran mengamalkan ilmu yang ikhlas, karena dengan mengamalkan ilmu dengan ikhlas maka akan memperkuat keimanan dalam hati kita.
Semoga makalah ini dapat dijadikan dasar bagi pembaca untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

PEMBAHASAN

I.        HADITS I
A.    Hadits Intuisi Hati
عَنْ النَّعْمَانِ بِنْ بَشِيْرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول: الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتُ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ إِنَّ حِمَى اللهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
B.    Terjemah Hadits
Nu’man bin Basyir bercerita bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perkara yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduanya ada beberapa perkara yang diragukan yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menjauhi perkara-perkara yang diragukan itu berarti dia memelihara agama dan kesopanannya. Barangsiapa mengerjakan perkara yang diragukan, sama saja dengan penggembala yang mengembalakan ternaknya di pinggir jurang, dikhawatirkan dia terjatuh ke dalamnya. Ketahuilah, semua raja mempunyai larangan dan ketahuilah pula larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu semuanya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah, daging tersebut adalah hati.[1]

C.    Makna Mufrodat



Yang halal jelas
=
الْحَلاَلُ بَيِّنٌ
Yang haram jelas
=
وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ
Meragukan
=
وَ مُشَبَّهَاتُ
Barang siapa yang menghindarkan diri
=
فَمَنِ اتَّقَى
Memelihara
=
اسْتَبْرَأَ
Terjatuh
=
وَقَعَ
Seperti pengembala yang mengembalakan
=
كَرَاعٍ يَرْعَى
Dan sesungguhnya larangan Allah
=
أَلاَ إِنَّ حِمَى اللهِ
Segumpal darrah
=
مُضْغَةً
Baik
=
صَلَحَ
Rusak [2]
=
الْجَسَدُ

D.    Biografi Rowi / Mukhrij
1)       Nu’am bin Basyir
Nama lengkapnya (Abu Abdillah) An-Nu’man bin Basyir bin Ka’ab Al-Khazraji Al-Anshari. Beliau dilahirkan 14 bulan setelah hijrah nabi. Dia adalah orang Anshar pertama yang lahir setelah nabi hijrah ke Madinah. Bapaknya adalah seorang sahabat dan ibunya juga seprang sahabiyah. Nabi meninggal ketika dia berumur 8 tahun, yang saat itu tinggal di Syam. An-Nu’man adalah orang yang pemurah dan ahli syair. Dia meninggal di sebelah kampung di Himsh karena dia menyerukan untuk membaiat Abdullah bin Az-Zubairi, pada tahun 56 H.
Al-Bukhari meriwayatkan hadits darinya sebanyak enam hadits dan haditsnya yang bermaktub dalam kitab-kitab sebanyak 114 hadits.[3]
2)       Al-Bukhori
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardzyah al Ju’fi al Bukhari. Ia lahir pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Ismail ayahnya adalah seorang alim di bidang hadits, mempelajarinya dari sejumlah ulama terkenal seperti Malik bin Anas, Hammad Ibn Zaid dan Ibn al Mubarak.
Riwayat yang popular tentang kebesaran al Bukhari sebagai ulama hadits adalah ketika ia memasuki kota Baghdad. Disana ia terlibat dalam majlis ulama hadits. Al Bukhari wafat di dekat kota Samarqand pada 30 Ramadhan 252 H.
Semua karya Al-Bukhari sangat penting dalam ilmu hadits, tetapi yang paling terkenal adalah kitabnya Al Jami’ al Shahih al Bukhari.[4]

E.    Keterangan Hadits
الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ (yang halal jelas dan yang haram jelas) yaitu dalam dzat dan sifatnya sesuai dalil yang dzahir.
وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتُ (dan diantara keduanya adalah hal yang meragukan) artinya hal-hal yang tersamarkan yang tidak diketahui hukumnya secara pasti.
لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ (tidak banyak oraqng mengetahuinya), yang dimaksud adalah tidak mengetahui hukumnya.
Yang dapat dipahami dari kata كَثِيْرٌ adalah bahwa yang mengetahui hukum perkara tersebut hanya sebagian kecil manusia yaitu para mujtahid, sehingga orang yang ragu-ragu adalah selain mereka. Namun, terkadang syubhat itu timbul dalam diri para mujtahid jika mereka tidak dapat mentarjih (menguatkan) salah satu diantara dua dalil.
فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ (barangsiapa yang menghindarkan dari dari hal-hal syubhat) artinya berhati-hati dengan perkara yang syubhat.
اسْتَبْرَأَ maksudnya adalah agamanya selamat dari kekurangan dan perilakunya, selamat dari celaan. Karena orang yang tidak menghindari dari hal-hal syubhat tidak akan selamat dari perkataan orang yang mencelanya.
وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ (dan barangsiapa yang terjatuh dalam syubhat). Para ulama berselisih tentang hukum syubhat, ada yang mengatakan haram dan ada yang mengatakan makruh. Diantara penafsiran mengenai syubhat yaitu:
1)       Yang dimaksud dengan kata syubhat adalah makruh, karena kata tersebut tidak mengandung unsur melakukan dan meninggalkan. Makruh merupakan pembatas antara hamba dan hal-hal yang haram. Barangsiapa yang banyak melaksanakan perbuatan makruh maka dia berjalan menuju yang haram.
2)       Yang dimaksud syubhat adalah yang mubah (yang diperbolehkan). Mubah adalah pembatas antara hamba dengan yang makruh. Barangsiapa yang banyak melakukan hal yang mubah, maka dia menuju kepada hal yang dimakruhkan.
وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَرَاعٍ يَرْعَى (barangsiapa yang haram seperti pengembala yang mengembalakannya), maksudnya barangsiapa yang melakukan sesuatu yang diragukan, maka orang tersebut penggembala yang mengembalakan ternaknya.
أَلاَّ إِنَّ حِمَى اللهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ (sesungguhnya larangan Allah di bumi-Nya adalah hal-hal yang diharamkan-Nya) yang dimaksud مَحَارِمُهُ (yang diharamkan) sedangkan أَلاَّ berfungsi memperingatkan bahwa setelahnya adalah kebenaran.
مُضْغَةً (segumpah darah), dinamakan hati (الْقَلْبُ) karena sifatnya yang selalu berubah/karena dia adalah bagian badan yang paling bersih.
إِذَا صَلَحَتْ  dan إِذَا فَسَدَتْ. Penggunaan kata إِذَا menunjukkan hal tersebut biasa terjadi, bisa juga berarti “jika”. Dikhususkannya hati dalam hal ini, karena hati adalah pemimpin badan. Jika pemimpinnya baik maka rakyat pun akan baik.
Selamatnya jasad tergantung kepada selamatnya hati karena hati merupakan organ terpenting di dalam tubuh manusia. Hati yang selamat adalah tanda keberuntungan di sisi Allah azza wa jalla. Ibnu Rajab berkata: “Hati yang selamat adalah hati yang terhindar dari semua penyakit tercela”. Selamatnya gerakan hati akan melahirkan keselamatan dalam gerakan anggota badan lain.[5]

F.     Aspek Tarbawi
Hadits di atas memberikan informasi bahwa :
1)       Hadits ini memerintahkan untuk mengerjakan perbuatan yang halal, menjauhi yang haram dan meninggalkan syubhat, hati-hati dalam menjaga agama dan harga diri, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan buruk sangka dan terjerumus dalam perkara-perkara yang diperingatkan.
2)       Jujur adalah ketenangan, sedangkan dusta adalah meragukan. Ini merupakan perintah agar senantiasa bertindak jujur ketika menjawab pertanyaan/menyampaikan fatwa dalam suatu masalah dan tanda kejujuran adalah tenangnya hati, sedangkan tanda kebohongan adalah ragu-ragu.
3)       Seruan untuk memperbaiki kekuatan akal, memperbaiki juwa dari dalam yaitu dengan memperbaiki hati.
4)       Saddu Adz Dzara’i (menutup semua jalan yang akan menghantarkan kepada yang diharamkan) dan mengharamkan semua sarana penunjuang perbuatan-perbuatan haram.

II.     HADITS KE 23
A.    Hadits
عَنْ اَنَسِ بِنْ مَالِكِ اَنْ النَّبِيَّ صَلَى اللهعَلَيْهِ وَسَلَمْ قَالَ : مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمْ وَرَثَهُ اللهِ علم مَا لَمْ يَعْلَمْ.
(رواه ابو نعيم الأ صفهائى و حليه اىولياء)
B.    Terjemahan
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad bersabda: Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
C.    Makna Mufradah
Mengamalkan
=
عَمِلَ
Mengetahui
=
يَعْلَمْ
Memberikan (mewariskannya)
=
وَرَثَهُ
Apa yang belum diketahui[6]
=
مَا لَمْ يَعْلَمْ

D.    Biografi Rowi / Mukhrij
1)       Anas bin Malik
Nama lengkap Anas bin Malik ialah Anas bin Malik bin Nadhar Bani Adi bin Al-Najar Al-Anshari Abu Hamzah Al Madani, tinggal di Bashrah dan meninggal di Basrah juga pada tahun 83 H. Beliau melayani Rasulullah SAW selama 16 tahun. Beliau banyak meriwayatkan hadits Rasul SAW, ia sering melayani keperluan rasul. Ia seorang terpercaya dan mendapat kepercayaan dari Rasul SAW.
Anas bin Malik meriwayatkan 1286 hadits, 198 hadits disepakati Bukhari Muslim, 83 hadits diriwayatkan Bukhari dan 71 diriwayatkan muslim sendiri.
Anas bin Malik meriwayatkan hadits Nabi SAW, dari Abu Bakar, Umar, Usman, Abdullah bin Rawahah, Fatimah Az-Zahra, Tsabit bin Qais, Abdurrahman bin Auf, Ibnu Ma’ud, Abu Dzari Mu’az bin Jabal, Malik bin Sha’sha’ah, dari ibunya sendiri Ummu Sulaim dan Saudara, ibunya Ummu Hiram dan Ummu Fadhel istrinya.[7]
2)       Abu Nu’aim
Nama lengkap Abu Na’aim adalah Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Muhran Al-Muhrani Al Ash Bahani. Beliau seorang ahli tasawuf serta pengarang kitab-kitab Khilyatul Aulia. Beliau wafat tahun 430 H.[8]
        

E.    Keterangan Hadits
Ilmu adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab dan dengannya pula memberi petunjuk dari sesatnya kebodohan. Setiap muslim mempelajari suatu ilmu dan mengamalkannya akan terbuka baginya jalan menuju surga, kedekatan dengan Allah. Sehingga semakin dekat kepada Allah, maka akan bertambah pula taufik dan ilmu yang diperoleh. Sementara bertambahnya ilmu dan amal akan menghantarkan kepada bertambahnya hidayah dan ketakwaannya. Demikianlah para ulama yang mengamalkan ilmunya secara terus menerus, mereka meningkat dalam tingkatan keutamaan dan ilmu sehingga meraih hidayah secara sempurna dan meraih keuntungan dengan tempat yang disenanginya di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu dan mengajarkannya. Allah Ta’ala berfirman QS. At Taubah : 122, yang artinya:
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[9]
Ilmu itu lebih utama dari pada amal.[10] Amal terbaik yg dikerjakan dan pahalanya akan terus berkembang ketika dia telah meninggal adalah mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Seorang ulama’ adalah petunjuk di tengah-tengah umat. Jika mereka (manusia) kehilangan ulama’, maka umat akan tersesat dari jalan yang lurus. Dan yang lebih buruk lagi adalah ketika para ulama menyimpang dari jalan yg diperintahkan Allah dan Rosulnya. Mereka tidak mengamalkan ilmu yang mereka warisi dari pada Nabi. Perbuatan mereka bertolak belakang dengan perkataannya. Allah mengancam sikap seperti ini dengan ancaman yang sangat keras seperti dalam firman-Nya QS. Ash-Shaff 2-3 : yang artinya

  
Artinya :
2.   Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3.   Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Jadi balasan orang yang tidak mengamalkan ilmunya adalah neraka. Mereka akan dilempar ke dalam neraka, usus dari perutnya terburai. Sebagai mana peristiwa Isra’ Mi’raj. Ketika Rasulullah melakukan perjalanan beliau melewati beberapa kaum yang memotong-motong mulut mereka dengan alat potong dari api neraka. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.[11]

F.     Aspek Tarbawi
Dari hadits tersebut aspek tarbawi yang terkandung adalah:
1)       Anjuran agar kita semakin bersemangat dalam menuntut ilmu, sehingga setiap ilmu yang kita dapatkan, kita berusaha mengamalkannya.
2)       Apabila kita mempelajari ilmu dan kita mengamalkan ilmu tersebut, Allah SWT akan memberikan ilmu yang lebih yang belum kita ketahui.
3)       Dapat kita jadikan sebagai tujuan dalam menuntut ilmu yaitu kita mencari ilmu agar kita dapat mengamalkannya. Bukan hanya sekedar koleksi ilmu saja, namun tercermin dalam amal kita.








PENUTUP

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa seorang muslim hendaknya mematuhi aturan Allah. Dan meninggalkan perkara-perkara syubhat.
Telah dijelaskan bahwa seseorang yang sering melakukan syubhat maka dia dekat dengan keharaman. Dan kesempurnaan takwa itu masih melekat pada orang-orang yang berkatwa selama dia meninggalkan perkara yang meragukan.
Ilmu-ilmu yang pernah kita pelajari hendaknya mengamalkannya karena Allah akan menambahkan ilmu kepada orang yang telah mengamalkan ilmunya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Bugha, Musthafa. 1993. Al Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Ali Fayyad, Mahmud. 1997. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
Asqalani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Maulana, Muhammad Zakaria. 2007. Himpunan Fadhilah Amal. Yogyakarta: Ash-Shaff.
Shonhadji, Abdullah. Durrotun Nasihin. Semarang: Al-Munawar.
Tajuddin, Muh. 2000. Hadis Qudsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Zuhri, Muh. 1997. Hadis Nabi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.



[1] Ibnu Hajar Al Asqalam, Fathul Bari : Syarah Shahih Al-Bukhari. Cet-8, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm. 231-232.
[2] Ibid., hlm. 233.
[3] Musthofa Al Bugha, Al Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawari, Cet. 7, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993), hlm. 474.
[4] Muh. Zuhri, Hadis Nabi. (Yogyakarta: Tiara Wacana_Yogya. 2007), h. 20.
[5] Ibnu Hajar Al-Asqolani, Op.Cit., hlm. 234-237.
[6] Maulana, Muhammad Zakaria Al Kandahlawi, Himpunan Fadhilah Amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2007), hlm. 20.
[7] Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits, (Bandung: Pustaka Setia. 1997), hlm. 113-114
[8] Muh. Tajuddin bin Al-Manawi Al Haddadi, Hadis Qudsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 234.
[9] Musthafa Al-Budga. Op.cit. hlm. 3.78-380.
[10] Abdullah Shonhadji. Durrotun Nasihin. (Semarang: Al-Munawar). hlm. 59.
[11] Musthafa Al-Bugha. Op.cit. hlm. 381.

48 komentar:

  1. semangat dalam mencari ilmu merupakan hal mutlak utuk dimiliki agar hasilnya maksimal.kemudian mengamalkan ilmunya. menerut anda bagaimana agar semangat itu tetap kuat ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seseorang yang akan mengerjakan suatu amal ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala haruslah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar terhadap apa yang akan dilakukannya. Ia harus mengetahui setiap hukum serta kaifiyah atau tata cara ibadah yang akan di kerjakannya sesuai dengan yang diinginkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa salam. Hal ini ditekankan karena mengikuti apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar ibadah kita diterima oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena setiap ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba tidak akan diterima oleh Allah kecuali jika memenuhi dua syarat ini, yaitu ikhlas karena Allah dan sesuai dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam

      Kedua perkara tersebut tidak akan dimiliki oleh seseorang jika ia tidak memiliki ilmu tentangnya. Nah... untuk mendapatkan ilmu ini, satu-satunya jalan yang harus kita tempuh adalah dengan belajar, mengkaji ilmu agama Allah.

      Kewajiban kita memiliki ilmu ini tidak hanya sebatas pada amal ibadah seperti shalat atau puasa saja. Akan tetapi setiap perkara yang akan kita hadapi dalam kehidupan dunia ini harus kita ilmui terlebih dahulu. Sebagaimana dalam kehidupan berumah tangga, seseorang harus mengilmui apa-apa yang ada di dalamnya.

      Seorang ayah dan juga ibu akan berperan sebagai seorang pendidik dan juga da’i bagi anak-anaknya. Maka kewajiban dari mereka berdua adalah harus memiliki ilmu serta pemahaman yang benar sebelum mendidik anak-anak mereka, jika mereka menginginkan anak-anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang shalih dan berakhlak mulia. Karena tidak mungkin tanpa adanya pemahaman yang benar mereka akan bisa mengajarkan kebenaran kepada anak-anaknya. Banyak sekali orang yang dikaruniai ilmu yang cukup luas tetapi mereka tidak diberikan pemahaman terhadap ilmu yang telah mereka miliki tersebut. Sebagai contohnya, banyak orang yang hafal Al Qur’an bahkan sampai berjuz-juz akan tetapi dia hanya sebatas dalam hafalan saja dan tidak memahami isi dan kandungan yang ada dalam tiap ayat Al Qur’an tersebut. Begitu juga banyak orang yang hafal begitu banyak hadits, tetapi dia tidak memahami makna dan bagaimana derajat dari hadits tersebut, atau bagaimana cara mengkompromikan antara hadits satu dengan yang lain atau antara hadits dengan ayat Al Qur’an.

      Oleh karena itu, yang menjadi kewajiban kita adalah untuk belajar dan terus bersemangat dalam mencari ilmu agama Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena wajib bagi kita untuk berdakwah membimbing anak-anak kita di atas bashiroh, yaitu di atas keterangan yang jelas, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia :



      قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

      “Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108)

      Oleh karena itu wahai saudaraku, mari kita bekali diri kita dengan ilmu. Kita tumbuhkan semangat untuk terus menuntut ilmu. Meskipun saat ini belum begitu banyak ilmu yang kita miliki, akan tetapi dengan adanya semangat dalam diri kita untuk mendapatkannya, Insya Allah kita akan diberikan kemudahan untuk memperolehnya.

      Hapus
  2. Faroh Maulida
    2021111209
    D

    Jika seseorang telah sadar melakukan tindakan dosa, dan orang tersebut mengetahui konsekuensi dari tindakannya itu, tetapi dia sangat sulit lepas dari belenggu dosa. Dimanakah peran intuisi hati dalah hal ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. seorang melkukan dosa besar dan dia tahu bahwa tinsaka tersrbut dilarang tetapi sulit untuk meninggalkan dosa tersebut. peran hati adalah memantapkan hati dengan selalu menyebut namaa Allah SWT. Karna dengan menyebut nama Allah hati lebih tentram sehinga kita akan befikir panjang, untuk melakukanperbuatan dosa. Hati adalah pemimpin badan,maka jika kita tid ak bisa mengendalikan hati tersebut seluruh anggota badan akn hancur(sering melakukan tindakan maksiat)
      trimakasih..

      Hapus
  3. awaliyah nailis saadah
    2021 111 339
    D
    dalam makalah di sebutkan bahwa bertambahnya ilmu dan amal akan menghantarkan kepada bertambahnya hidayah dan ketakwaannya. tetapi apabila ada seorang tokoh masyarakat yang berilmu dan menjadi panutan masyarakat tetapi melakukan tindakan yang dilarang agama. bagaimana pendapat pemakalah???

    BalasHapus
    Balasan
    1. pemimpin agama melakukan tindakan yang dilarang agama maja kita sebagai penganutnya wajib mengingatjannya bahkan menegurnya , karna pemimpin adalah panutan bagi umatnya, jika pemimpinya tidak tentu pengikutnya pun tidak baik.dan kita tidak mengikutinya
      sekian

      Hapus
  4. NAMA: BADIATUL LIZA
    NIM: 2021 111 146
    KELAS; D

    Assalamu'alaikum bro Ais...

    mohon jelaskan hubungan intuisi hati dengan kedua hadits tersebut??

    terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam bro liza,,
      hubungan intuisi hati dari kedua hadist yaitu pada hadist paetama hati akan selamat dari hal hal negatif jika kita selalu menghindari dari hal hal yang mengandung syubhat{keraguan}
      pada haditst kedua , setelah kita mempelajari ilmu sebaiknya kita mengamalkan ilmu tersebut dengan hati yang ikhlas, tanpa mengharapkan balasan dari orang lain ;
      kurang lebih nya seperti itu mbk bro , trimakasih'''

      Hapus
  5. nama mirza muhammad abda
    nim 2021 111 153
    1. minta penjelasan tentang arti hadist kedua apabila qta mengamalkan ilmu pengetahuan yg qta miliki maka allah pun akan memberikan ilmu yg blm qta tahu

    2. menurut pemakalah adakah cara agar qta mau memahami dgn sebuah ilmu yg qta tdk suka. . .terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. TRimakasih atas pertanyaannya.
      1. maksud keterangan tersebut adalah jika kita mengamalkan ilmu maka Allah akan memberikan ilmu ataupengetahuan yang belum pernah kita ketahuikarena ketika kita mengamalkan ilmu, pengetahuan yang baru akan muncul.
      2.cara mudah agar bisa memahami ilmu.
      dalam kitab DURROTUN NASIKHIN hal 61, barang siapa yang ingin mudah mempelajari ilmu, dia harus melanggengkan;
      a. mengerjakan shalat malam
      b.selalu suci
      c.bertakwa
      d.niat untuk beribadah
      e. mengunakan siwak

      Selain itu kita harus menyenangi guru yang mengampu pelajaran tersebut.berilah kreasi pada buku tersebut agar kelihatan menarik. sehinga kita akan tertarik untuk mempelajarinya
      sekian

      Hapus
  6. Khomisah Ikasasih
    2021111171
    D

    menurut pemakalah seberapa pentingkah intuisi hati bagi seorang pendidik?
    Dan melihat berita saat yang saat ini sedang hangat-hangatnya terjadi yaitu wakepsek yang melakukan perbuatan asusila tehadap muridnya, bagaimana tanggapan pemakalah mengenai kejadian ini??jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. intuisi bagi pendidik penting. tidak hany pendidik , intuisi hati penting bagi semua orang. pendidik yang memiliki hati yang baik, lemah lembut tentu akan disenagi banyak orang. apalagi seorang pendidik hrus memiliki sifat sifat pendidik seperti Rosullah saw. seperti lemah lembut, kasih sayang, tidak marah , sabardll.dan pendidik harus memiliki hati yang ikhlas dalam mengamalkan ilmunya
      sekian

      Hapus
  7. nama : Imas Anggraeni Dewi
    NIM : 2021 111 203
    kelas D

    bagaimana menurut pemakalah tentang seseorang yang mengamalkan ilmu namun mengharapkan balasan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. seorang yang mengamalkan ilmu namun mengharapkan balasan itu adalah tidak baik, seperti keterangan hadits kemarin. karena para pengajar harus bersikap ikhlas dalam mengamalkan ilmu . dia tidak memaksudkan dengan perbuatannya kecuali menjaga agama,mengajarkan kepada manusia danmemberikan manfaat kepada mereka.

      Dalam surat Al-bayyinah :
      وما امروا الا ليعبدواالله مخلصين له الدين حنفاء ( البينة : ه )
      Artinya : Dan tiada mereka diperintahkan melainkan supaya mengabdi kepada Allah, dengan tulus ikhlas, beragama dengan lurus. ( Q.S. 98 Al-Bayyinah : 5 )
      Menurut hadits Qudsi diatas, serta surat al-bayyinah, menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk ikhlas dalam beramal. Pada hadits Qudsi, dijelaskan bahwa Allah tidak akan menerima amal perbuatan yang tidak didasarkan dengan ikhlas karena Allah.
      Ikhlas berasal dari kata khalash yang secara lughawi berarti membersihkan. Sedangkan secara istilah artinya membersihkan niat dan motivasi, serta hanya menjadikan Allah sebagai tujuan. Dalam setiap amal perbuatan yang kita lakukan, harus senantiasa kita lakukan dengan tulus ikhlas. Jangan sampai kita riya’. Amal baik yang kita lakukan harus diniati untuk mengharap pahala dan ridho dari Allah semata. Karena apabila amal perbuatan yang kita lakukan tidak atas dasar dengan tulus ikhlas, itu hanya akan sia-sia. Dan tidak akan mendapatkan pahala. Niat yang tidak ikhlas dinamakan riya’, dan riya’ termasuk salah satu penyakit rohaniah yang oleh rasulullah digolongkan kepada syirik kecil. Walaupun dalam bentuk yang tidak terang-terangan.
      Tetapi jika ada yang memberikan tanpa kita meminta maka boleh menerimanya.
      (referensi al Wafi hal. 381

      Hapus
  8. NAMA: NAIS STANAUL ATHIYAH
    KELAS: D
    NIM: 2021 111 280
    dari keterangan hadits diatas disebutkan bahwa apa yang dimubahkan akan menuju kemakruh,,
    bisa dijelaskan maksud dari kalimat tersebut?
    terus menurut anda bagaimana apabila ada orang yang bersandang sarjana islam tapi orang tersebut bekerjanya tidak pada bidangnya?
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. maksudnya , jika kita sering melakukan perbuatan mubah berarti kaita dekat dengan perbuatan makruh. dan tidak diragukan lagi bahwa orang yang banyak melakukan sesuatu yang makruh, akan berani melakukan sesuatu yang haram atau ken\bisaanya melakukan sesuatu yang diharamkan tersbutmenyebabkan melakukan sesuatu yang diharamkan atau dikarenaakn ada syubhat didalmanya , sehinga orang yang nengerjakn sesuatu yang dilarang, hatinya akan gelap karena kehilangan sifat wara',(kehati-hatian)dalam dirinya, dimana hal itu akan menyebababkannya jatuh kedalam yang haram.( diambil dari kitab Fatkhul Bari hal,234)

      seorang sarjana yang tidak bekerja pada bidangnya, tidak masalah .dan itu merup[akan tantangan baru untuk mempelajarinya.
      ilmu yang pernah diperolehnya bisa dimanfaatkan untuk diri sendiri, keluarga atao orang lain.

      Hapus
  9. nama:nur hidayah
    nim:2021 111 145
    hai syah,,menurut anda bagaimana mencegah diri kita dari hal-hal syubhat,sebab sekarangkan serba sudah modern sehingga dalam membedakan mana yang halal dan haram sulit,sehingga yang halal dianggap haram segitu juga sebaliknya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. CARA MENGHADAPI PERKARA SYUBHAT

      Cara orang menghadapi masalah syubhat inipun bermacam-macam, tergantung kepada perbezaan pandangan mereka, perbezaan tabiat dan kebiasaan mereka, dan juga perbezaan tingkat kewarakan mereka.

      Ada orang yang tergolong dalam golongan sangat khuatir yang senantiasa mencari masalah syubhat hingga masalah yang paling kecil sekalipun mereka menemuinya. Seperti orang-orang yang meragukan binatang sembelihan dari negara Barat, hanya kerana masalah yang sangat mudah dan remeh. Mereka mendekatkan masalah yang jauh dan menyamakan hal yang mustahil dengan kenyataan. Mereka mencari-cari dan bertanya-tanya sehingga mereka menyempitkan ruang gerak mereka sendiri, yang sebetulnya diluaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya:.
      ‎ ‎
      "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, nescaya menyusahkan kamu ..." (al-Ma'idah: 101)
      ‎ ‎
      Sebagai seorang Muslim tidaklah patut bagi kita untuk mencari-cari hal yang lebih sulit.
      ‎ ‎
      Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari 'Aisyah sesungguhnya Nabi saw pernah ditanya, "Sesungguhnya ada suatu kaum yang datang kepada kami dengan membawa daging, dan kami tidak mengetahui apakah mereka menyebut nama Allah ketika menyembelihnya atau tidak." Maka Nabi saw bersabda, "Sebutlah nama Allah dan makanlah."
      Imam Ahmad berkata tentang harta benda yang masih diragukan kehalalan dan keharamannya, "Jika harta benda itu jumlahnya sangat banyak, maka harta-harta yang haram harus dikeluarkan, dan kita boleh mengadakan transaksi dengan harta yang masih tersisa. Tetapi jika harta bendanya sedikit kita harus menjauhi barang-barang itu semuanya. Dengan alasan bahawa sesungguhnya barang yang jumlahnya hanya sedikit dan tercampur dengan sesuatu yang haram, maka dengan menjauhinya kita lebih selamat dari benda yang haram tersebut, dan berbeza dengan barang yang jumlahnya banyak. Di antara sahabat kami ada yang lebih berhati-hati dalam menjaga suasana waraknya sehingga mereka lebih membawa masalah ini kepada pengharaman. Kelompok ini membolehkan transaksi dengan harta yang sedikit mahupun banyak setelah mengeluarkan barang-barang haram yang tercampur di dalam barang-barang tersebut. Ini merupakan pendapat mazhab Hanafi dan lain-lain. Pendapat inilah yang diikuti oleh orang-orang wara ', seperti Bisyr al-Hafi.

      ‎ Diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq di dalam al-Mushannaf, 4675, 4676, dengan isnad yang sahih.

      Hapus
  10. NAMA: KHOLIS ARIFAH
    NIM: 2021111293
    KELAS: D

    Assalamu'alaikum,
    dari makalah anda ada yang ingin saya tanyakan, apakah sama antara intuisi hati dengan orang yang mempunyai indera keenam? mohon jelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran.
      sedangkan Indera keenam, atau kemampuan persepsi halus (non-fisik, tak kasat mata), adalah kemampuan kita untuk merasakan dimensi halus/ non-fisik atau dunia tak kasat mata dari malaikat, hantu, surga, dll. Hal ini juga termasuk kemampuan kita untuk memahami penyebab non-fisik dan hubungan sebab akibat dari berbagai peristiwa, yang berada di luar pemahaman intelek (kecerdasan). Persepsi ekstrasensori (ESP), kewaskitaan/ kemampuan meramal, firasat, intuisi sama artinya/ identik dengan indera keenam atau kemampuan persepsi non-fisik. Sepanjang website ini kami menggunakan kata-kata indera keenam, ESP dan kemampuan persepsi non-fisik secara bergantian

      Hapus
  11. Assalamu'alaikum..
    Soraya Nailatul Izzah
    2021 111 097
    Kelas D
    Seberapa penting kah peran instuisi hati dalam pandangan islam?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intuisi hati sebagai alat bantu dalam memutuskan hal-hal yang paling sulit dalam hidup ini. Saya juga sangat percaya bahwa intuisi itu adalah suara hati yang mampu menuntun diri siapa pun untuk menghasilkan solusi-solusi yang sesuai dengan hati nurani.
      intuisi mampu menjadi alat yang paling jujur untuk membantu perjalanan hidup.
      Intuisi itu letaknya di dalam jiwa yang paling dalam; di dalam jiwa yang paling jujur. Dan, intuisi itu sesungguhnya emosi positif yang terlatih secara sempurna sehingga dia mampu menjadi emosi batin yang baik dan sekaligus menjadi cahaya penunjuk arah kehidupan.

      Menjawab pertanyaan Anda tentang seberapa pentingkah peran intuisi hati dalam pandagan islam ? Jawaban saya adalah sangat penting. Bila Anda memiliki intuisi yang hebat, maka Anda akan mampu memimpin diri sendiri untuk menjawab semua tantangan hidup Anda dengan sempurna.

      Hapus
  12. shofatul Jannah
    2021 111 183
    kelas D

    tolong berikan contoh dan penjelasan perkara yang syubhat dalam pendidikan!
    minimal 5 mb.bro ow...hehe

    matur syukron

    BalasHapus
    Balasan
    1. contoh perkara syubhat mbk bro...

      1. Makanan dan minuman daripada luar negara (walaupun daripada negara Islam) yang tidak ada pegesahan tanda halal oleh negara tersebut atau daripada JAKIM. Di khuatiri makanan tersebut dicemari oleh unsur-unsur haram walaupun sedikit.

      2. Makan dan minum di hotel, restoren, cafeteria atau kopitiam yang tidak ada kelulusan JAKIM, kelulusan halal daripada luar negara boleh dipertikaikan sebab tidak ada siapa yang boleh mengesahkan dan pantau kehalalannya.

      3. Makanan dan minuman yang dikeluarkan oleh syarikat bukan muslim yang tidak ada kelulusan halal oleh JAKIM atau Jabatan Agama negeri-negeri.

      4. Menerima hadiah atau hamper oleh kakitangan kerajaan (yang menguruskan tender atau pembekalan barang-barang) daripada syarikat-syarikat pemborong yang ada kepentingan perniagaan. Di khuatiri ada unsur-unsur rasuah.

      5. Apa sahaja samaada pekerjaan, makanan, minuman, perkhidmatan yang mana di situ ada keraguan dan boleh menimbulkan fitnah atau kesangsian ianya boleh dikategorikan sebagai perkara syubahah.

      6. Melabur di dalam pelaburan internet yang tidak jelas skimnya dan menyerupai skim cepat kaya. Tidak ada perjanjian dan muamalah yang jelas mengikut sistem Islam.

      Hapus
  13. WILDAN FAZA
    2021111206
    kelas D

    pertanya'an;
    Terkait dengan makalah, bagaimana pendapat pemakalah dengan seorang pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan kehendak hatinya, misalkan dia mengajar tetapi hanya untuk mengisi waktu senggang dan dalam mengajarnya tidak maksimal, apakah hal tersebut bisa dikatakan sudah mengamalkan ilmu sesuai dengan keihlasan hati? jelaskan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. seorang pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan kehendak hatinya, misalkan dia mengajar tetapi hanya untuk mengisi waktu senggang dan dalam mengajarnya tidak maksimal, apakah hal tersebut bisa dikatakan sudah mengamalkan ilmu sesuai dengan keihlasan hati? bisa saja dikatakan ikhlas asalkan dalam mengajar dalam waktu tersbut iklas menjalaninya
      trimaksih..

      Hapus
  14. FITRI NUR AFINA
    2021 111 197
    Kelas D

    Menurut anda, apabila seseorang telah lulus kuliah tetapi kesulitan memperoleh pekerjaan, orang tersebut belum berkeluarga, serta lingkungan tidak mendukung untuk mengamalkan ilmunya, apakah pernyataan bahwa "seseorang yang tidak mengamalkan ilmunya akan masuk neraka" dapat diterapkan dalam situasi seperti ini? Terimakasih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. seseorang telah lulus kuliah tetapi kesulitan memperoleh pekerjaan, orang tersebut belum berkeluarga, serta lingkungan tidak mendukung untuk mengamalkan ilmunya, maka ilmu tersebut bisa kita amalkan pada keluarga ( ayah, ibu saudara-saudara dll) dan yang terpenting adalah mengamalkan pada diri kita artinya mengaplikasi ilmu yang kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari itu akan lebih bermanfaat.
      trimakasih.

      Hapus
  15. nama : Nur Ulis Sa'adah Shofa
    Nim : 2021 111 205

    mohon jelaskan kembali mengenai makna dari kata "barangsiapa yang melakukan sesuatu yang diragukan, maka orang tersebut penggembala yang mengembalakan ternaknya".
    terus bagaimana tanggapan pemakalah mengenai orang yang was-was (ragu-ragu), apakah hal-hal yang dilakukannya termasuk kedalam hal-hal yang dihukumi syubhat karena dia sendiri ragu...
    terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih pertanyaanya.
      makna dari kata "barangsiapa yang melakukan sesuatu yang diragukan, maka orang tersebut penggembala yang mengembalakan ternaknya". adalah itu sebuah perumpamaan pada zaman dahulu pendduduk arab raja raja Arab melindungi para pengembala mereka disuatu tempat khusus dengan ancaman hukuman berat bagi orang yang mengembalakan ternaknya di tempat itu tanpa izinya. oleh karena itu Rosullah mengumpamakan dengan sesuatu yang nasyhur dikalagan mereka.(Asqalani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam.)

      Orang yang was was termasuk orang yang ragu dan perkara yang ragu adalah perbuatan syubhat. sehinga kita harus meningalkanya dan mengerjakan yang yakn.karena orang yang meningalkan perkara syubhat maka dia telah menyelamatlan agamanya dan kehormatannya...(Al Bugha, Musthafa. 1993. Al Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.hal 96)

      Hapus
  16. Nama: Nur Asfiyani
    NIM: 2021 111 200
    Kelas: D

    Mohon jelaskan kembali mengenai apa sihh "INTUISI HATI"...??
    Dan jika seseorang memiliki sifat hati dengki, iri dan sifat-sifat tercela lainnya, balasan apakah yang akan diterima bagi orang-orang yang seperti itu..?
    Terima kasihh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran
      Indera keenam sering di identikkan dengan kemampuan untuk melihatmakhluk halus.intuisi merupakan suatu hasil pengalaman, indera ke 6 tidak mengenal adanya pengalaman.

      Rasulullah juga memperingatkan dalam hadis yang bermaksud: Hati-hatilah kamu daripada hasad dengki kerana hasad dengki itu akan memakan semua amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu kering atau rumput kering. (riwayat Imam Abu Daud).

      Dalam hadis yang lain Rasulullah juga melarang sebagaimana sabdanya yang bermaksud: Janganlah kalian saling dengki (riwayat Muslim)


      Hapus
  17. Nama : Ani Musiani
    NIM : 2021 111 181
    Kelas: D

    Bagaimana jika seorang pengajar dalam mengjarkan ilmunya,dia mengajarkan ilmunya tetapi dia menghaprapkan sebuah jabatan,seperti PNS,dsb....
    bagaimana apakah boleh ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengajar tersebut belum sepenuhnya ikhlas , karena dia disamping mengajar tetapi mengharapkan profesi PNS. sedangkan ikhlas disini adalah dia tidak memliki tujuan dalam mengamalkan ilmu dengan mengharapkan kedudukan,harta atau popularitas atau status sosial. sema perbuatan tersebur akan merusak pahala.
      trimakasih

      Hapus
  18. Nama : Susi Ernawati
    Nim : 2021 111 202
    kelas : D
    jelaskan perkara-perkara apa saja yang termasuk perkara yang ragu- ragu atau diragukan
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perkara-perkara syubhat dibagi menjadi tiga (menurut Ibn al Mundzir) :

      1.sesuatu yang diketahui keharamannya kemudian ragu, apakah masih tetap dalam keharamannya atau tidak ?maka tidak boleh mengangapnya halal kecuali sudah diyakini.
      2.sesuatu yang diketahui kehalalannya kemudian ragu,
      3. sesuatu yang diragukan keharaman dan kehalalannya. dilakukan lebih utama meningalkannya.

      (Al Bugha, Musthafa. 1993. Al Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.hal 38)

      Hapus
  19. Nama: Imroatul Maghfiroh
    NIM: 2021 111 148
    Kelas: D

    bagaimana jika ada seorang yang tidak mengamalkan ilmu karena malu? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. orang yang malu untuk mengamalkan ilmu dan kewajiban-kewajibannya seperti shalat berjama’ah di masjid, memakai pakaian islami (seperti gamis dan sejenisnya), menghadiri majelis ‘ilmu yang disampaikan oleh ahlus sunnah yang komitmen dengan sunnah, mengajak orang kepada kebaikan dan amalan-amalan ketaatan yang lainnya, maka ini adalah malu yang tercela yang harus dihindari sejauh-jauhnya.

      Hapus
  20. Nama : Heri Rubi Antoni
    NIM : 2021 111 161
    Kelas: D

    1.Apakah hubungan antara intuisi hati dengan halal dan haram,kok diketerangan hadits ada halal dan haram?jelaskan
    2.Apakah hubungan intuisi hati dengan indera keenam?Bagaimana cara memperolehnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. dalam hadits tersebut mencakup perinciantentang halal dan haramserta yang lainnya, serta ada hubungan erat engan hati,maka seluruh hukum merujuk kepadanya. jika kita sering menigalkan perkara yang meragukan maka hati kita akan lebih baik.
      2.intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran
      Indera keenam sering di identikkan dengan kemampuan untuk melihatmakhluk halus.intuisi merupakan suatu hasil pengalaman, indera ke 6 tidak mengenal adanya pengalaman.
      cara memperolehnya;

      Pertama, ingatlah bahwa semua orang punya intuisi secara alamiah. Ini bukan keterampilan baru yang harus diperoleh, namun keterampilan lama yang terlupakan, dan perlu diasah kembali agar bermanfaat dalam keseharian.

      Kedua, untuk melatih kembali intuisi kita, kita perlu membiasakan kembali dengan keheningan, apa pun bentuknya. Dari mulai rileks, berdoa, meditasi, bahkan melamun di toilet pun merupakan bentuk keheningan yang bisa membantu kita untuk memunculkan inspirasi dan intuisi. Tanpa keheningan, intuisi akan tersamar dengan segala arus informasi di sekitar kita, dan kebisingan pikiran kita sendiri.

      Ketiga, bila Anda ingin berkonsultasi dengan kata hati Anda, setelah mencapai kondisi yang hening, ajukanlah pertanyaan Anda ke dalam hati. Ini bukanlah sesuatu yang aneh, bahkan sebenarnya sangat wajar dan alamiah.

      Keempat, setelah hening dan bertanya, tunggu dan perhatikan. Jawaban atau bimbingan dari hati Anda bisa muncul dalam bentuk rasa, suara, gambar, simbol, mimpi maupun kebetulan-kebetulan yang muncul begitu saja dalam keseharian Anda. Biasanya setiap orang akan memiliki bentuk intuisi yang khas. Ada yang selalu memperoleh intuisi lewat mimpi, atau dalam bentuk rasa hati, maupun rasa di tubuh. Sebagai contoh, sahabat saya selalu memilih restoran yang ingin dikunjungi bilamana perutnya terasa “hangat” ketika mendengar nama restoran itu diucapkan. Sepintas terdengar konyol, tapi saya ingin Anda tahu bahwa kita semua mendengarkan intuisi dengan pola yang berbeda-beda setiap orang.

      Kelima, milikilah jurnal intuisi, yang membantu Anda untuk memerhatikan keterkaitan antara kebetulan-kebetulan yang terjadi, isyarat mimpi, rasa di hati dengan kenyataan yang terjadi setiap hari di sekitar Anda. Perlahan-lahan Anda akan mulai memerhatikan bahwa sebenarnya tidak ada yang kebetulan, dan Anda mulai bisa membaca intuisi Anda dengan lebih tepat.

      Hapus
  21. NAMA : ARINUN ILMA
    NIM : 2021 111 045
    KELAS: D

    Pertanyaannya, bagaimana kita menyikapi hal-hal yang termasuk subhat (yang tidak berstatus halal dan haram)seperti yang dikatakan pemakalah, karena kita pasti sering dihadapkan oleh hal tersebut, terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesuatu yang telah jelas kehalalannya atau keharamannya, maka jelas pula bagi kita bagaimana menyikapinya. Karena yang halal tentu saja boleh kita lakukan sedangkan yang haram harus kita tinggalkan. Oleh karena itu, ketika syubhat itu bersifat relatif, sebagaimana dijelaskan di atas, maka bagi orang yang telah mengetahui hakikat suatu perkara apakah termasuk yang halal atau haram, meskipun perkara itu bagi orang lain termasuk syubhat, dia harus menyikapinya sesuai dengan hukum yang dia ketahui. Jika haram maka dia tinggalkan namun jika halal berarti dia boleh mengambilnya.

      Adapun bagi orang yang memiliki kesamaran hukum pada suatu perkara tertentu, maka hadits di atas telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang jelas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka siapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya.”

      Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu merupakan pengarahan bagi siapa saja yang menghadapi perkara syubhat, untuk meninggalkannya dan tidak menjerumuskan diri kepadanya. Karena perkara syubhat ini jelas meragukan. Sedangkan dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukan.” (Riwayat at-Tirmidzi dan dia berkata, hadits hasan shahih)

      Dan alasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengarahkan kita untuk menjauhi syubhat nampak pada perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya.”

      Yakni, dengan kita menjauhi syubhat, berarti kita telah berusaha menjaga diri kita dari perkara yang haram. Sehingga kita berarti telah membersihkan diri dalam agama, dalam hubungan kita dengan Allah. Dan dengannya kita pun akan terbebas dari pembicaraan manusia akan kehormatan kita. Karena jika kita melakukan perkara yang syubhat, banyak orang akan mengatakan fulan melakukan ini dan itu.

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan, “Dan siapa yang terjerumus ke dalam syubhat itu berarti dia terjerumus ke dalam perkara yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan (binatang ternaknya) di sekitar daerah terlarang, hampir-hampir dia akan masuk menggembalakan (binatang ternaknya) di daerah tersebut.”

      Hapus
  22. Nama: Mushofakhah
    NIM: 2021 111 196
    Kelas: D

    Bagaimana pendapat pemakalah jika ada seseorang berpendidikan tinggi tapi tidak mau mengamalkan ilmunya kepada orang lain? Pendidikan yang ia peroleh semata-mata hanya untuk memperoleh kedudukan dan jabatan yang tinggi pula.
    Trimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. um Bila Ilmu Tidak Diamalkan

      Syeikh Soleh bin Abdul ‘Aziz Alusy Syeikh berkata: “Beramal dengan ilmu itu ada yang apabila ditinggalkan menyebabkan kekafiran, ada pula yang menyebabkan terjatuh dalam kemaksiatan, dan ada pula yang membuat dirinya terjatuh dalam perkara yang makruh, dan ada juga yang apabila ditinggalkan boleh. Lantas bagaimanakah maksudnya?

      Ilmu itu terbahagi menjadi beberapa bahagian. Ilmu tentang tauhid, iaitu meyakini bahawasanya Allah SWT sajalah yang berhak disembah. Maka apabila seorang hamba mengetahui ilmu ini lalu tidak beramal dengan ilmu ini sehingga dia berbuat syirik kepada Allah SWT, maka ilmunya itu tidak akan bermanfaat baginya. Maka pada saat sebegitu bagi dirinya meninggalkan amalan menyebabkan dia kafir.

      Dan kadang-kadang boleh dikategorikan maksiat iaitu misalnya apabila seseorang mengetahui bahawa arak haram diminum, dijual, dibeli, memberikan, memintanya, dan seterusnya. Kemudian dia membelakangkan ilmu yang dimilikinya padahal dia mengetahui keharamannya, tetapi dia tetap nekad melakukannya. Maka tindakannya ini dikategorikan kemaksiatan. Ertinya dia telah terjatuh dalam dosa besar.

      Dalam pembahasan ini, ada pula ilmu yang apabila tidak diamalkan, dihukumi sebagai hal yang makruh. Seperti contohnya apabila seseorang mengetahui bahawa Nabi SAW melakukan solat dengan tatacara tertentu yang termasuk sunnah-sunnah solat kemudian dia tidak mengamalkannya maka ini makruh hukumnya. Kerana dia telah meninggalkan sebuah amal sunnah, bukan wajib. Sehingga hukum meninggalkannya adalah makruh saja sedangkan mengamalkannya hukumnya mustahab.

      Dan kadang-kadang beramal dengan ilmu itu boleh saja begitu pula boleh meninggalkannya. Seperti perkara-perkara mubah dan adat dan semacamnya. Seperti misalnya apabila sampai kepada kita hadis bahawasanya Nabi SAW memakai pakaian dengan model tertentu, atau cara berjalan beliau adalah demikian dan demikian. Perkara-perkara ini adalah perkara manusiawi dan kebiasaan saja, sebagaimana sudah kita pelajari bahawa hal seperti ini tidak termasuk perkara yang kita diperintahkan untuk menirunya. Sehingga tidak mengerjakannya adalah mubah sebab seorang muslim memang tidak diperintahkan untuk meniru perkara-perkara semacam ini. Iaitu perkara-perkara seperti tatacara berjalan Nabi SAW, suaranya, atau hal-hal lain yang termasuk perkara manusiawi dan kebiasaan saja yang dilakukan beliau SAW. Sehingga mengamalkan hal itu mubah saja. Tetapi boleh juga diberi pahala apabila disertai niat ingin meneladani beliau. Kerana itulah maka meninggalkan amal dalam hal ini juga mubah…” (Syarh Kitab Tsalatsatul Ushul, hal. 5)



      Hapus
  23. nama : naila syarifah
    NIM: 2021 111 149
    kelas : D
    trima kasih.....
    apakah fungsi dari intuisi itu sendiri apa perbedaan dengan hati dalam membedakan yang halal dan yang haram,yang benar dan yang salah....

    BalasHapus
  24. Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran.Hadits pertama menjelaskan mengenai perkara syubhat yang dapat merusak hati. Perkara syubhat ini perlu kita hindari jika ingin agamanya selamat dan terpelihara. Hati sebagai sumber ilmu pengetahuan perlu mendapat penjagaan, karena jikalau hati baik maka seluruh anggota yang lain pun iku baik, begitupun jika hati rusak, maka yag lain pun ikut rusak. Kerusakan timbul karena mengambil barang syubhat.

    BalasHapus
  25. faisal fahmi
    2021 111 255
    D

    menurut pemakalah sendiri, bagaimana menyikapi fenomena para ustadz yang mengamalkan ilmunya dengan cara berceramah. akan tetapi biasanya ada tarif tertentu yang harus dibayar untuk mengundangnya...

    terimakasih...

    BalasHapus
  26. Saya tak habis pikir bagaimana bisa seorang dai, ulama, ustadz, kiyai, atau apapun itu namanya, memasang tarif puluhan juta rupiah untuk setiap kali memberikan ceramah?! Jika bayaran yang diberikan kurang dari harga yang dipatok, sang dai tak mau memberikan ceramah. Belum lagi, dai tersebut juga seperti selebritis yang memiliki manajer, sehingga konsultasi keagamaan dan lain sebagainya harus melalui manajer tersebut. Dengan demikian, ikatan antara dai dengan umat seperti ikatan bisnisman dengan pelanggannya, bukan seperti ikatan antara orang tua dan anak, guru dan murid, atau bahkan antara Nabi Muhammad dan para sahabat. Dakwah kemudian bukan menjadi kewajiban atau amanah yang harus dijalankan dengan keikhlasan, tapi justru dijadikan alat untuk mendulang uang. Karunia Allah yang menjadikan mereka diterima masyarakat justru dimanfaatkan untuk mendulang popularitas. Mereka pun kemudian jadi artis dadakan.
    Tentu saja perbuatan seperti itu sangat tidak etis dilakukan oleh seorang juru dakwah(berceramaaah) . Sebab dakwah tidak boleh dikaitkan dengan upah dan honor. Dakwah adalah kewajiban yang ada di pundak setiap muslim, baik dakwah dalam bentuk ceramah atau dalam bentuk-bentuk yang lain.

    BalasHapus