MAKALAH
AKAL, ILMU DAN AMAL
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadist Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun Oleh:
Kelas D
MUSIYAMI ULFA 2021 111 157
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN ) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Sumber ilmu pengetahuan yang terpenting pada
manusia diantara salah satunya adalah akal,
Manusia telah dibekali suatu daya yang begitu berharga. Dengan akalnya
manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang
buruk, antara kenyataan dengan khayalan.
Akal menghasilkan ilmu dan ilmu berkembang
dalam masa kemasa, supaya dapat dipelajari dengan baik dan benar. Dengan akal
manusia akan mendapatkan ilmu dan dapat mengamalkan dengan baik, sehingga dapat
tercipta masyarakat yang sejahtera didunia maupun diakhirat.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Hadist Akal, Ilmu dan Amal
حَدَّثَنَا دَاوُد بن المحبر ثنا ميسرة عن محمد بن يزيد عن
عمرة عن عاَئِشَةَ قاَلَتْ قُلْتُ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَيْءٍ يَتَفَاضَلُ
النَّاسُ فِي الدُّنْيَا قاَلَ بِالْعَقْلِ قَلَتْ فَفِي اْلآخِرَةِ؟
قاَلَ بِالْعَقْلِ فَقَالَتْ عاَئِشَةُ: اِنَّمَا
يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا إِلَّا بِقَدْرِ مَا اُعْطَاهُمْ
اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِ مَا اُعْطُوا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ اَعْمَالُهُمْ
بِقَدْرِ ما عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ (رواه الحارث في المسند)
B. Terjemah
Dari Daud bin Muhbar dari Maisaroh dari Muhammad bin Yazid dari ‘Umroh dari
‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia
bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi
: kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya
lagi : (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena
amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal
kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedarapa
yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas
sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan.
C.
Makna Mufrodat
Arti
|
Lafadz
|
Bisa utama
|
يَتَفَا ضَلَ
|
Dengan akal
|
باِ لْعَقْلِ
|
Bagaimana dengan akhirat
|
فَفِي اْلَاخِرَة
|
Dibalas
|
يُجْزَوْنَ
|
Dengan amal-amalnya
|
بِاَعْمَا لِهِمْ
|
Beramal
|
عَمِلُو
|
Dengan sekedar
|
بِقَدْرِ
|
D. Biografi Perawi
Nama lengkap ‘Aisyah ialah ‘Aisyah binti Abu
Bakar As-Shiddiq. ‘Aisyah dilahirkan sesudah Nabi diangkat menjadi Rasul.
‘Aisyah adalah satu-satunya gadis diantara istri-istri Rasul yang paling
dicintai sesudah Khatijah. ‘Aisyah ditinggal wafat Rasulullah dalam usia 18
tahun dan meninggal pada tahun 58 H.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa seperempat
hukum syariat diperoleh dari beliau. Bahkan pengetahuan yang sulit pun dapat
mudah diselesaikan oleh ‘Aisyah, karena beliau mempunyai pengetahuan yang luas
tentang fiqh, syair Arab, beliau juga orang yang paling baik dalam
berpendapat.
‘Aisyah meriwayatkan 2210 hadis, yang beliau
terima dari Nabi SAW, dari ayah beliau Abu Bakar As-Shiddiq, dari Umar bin
Khattab, Sa’id bin Abi Waqash dan Fatimah Az-Zahra. Juga dari para tabi’in
seperti Sa’id bin Musayyab, Ikrimah, Abdullah bin Rabi’ah dan sebagian besar
ahli ilmi.[1]
E. Keterangan Hadist
Pada hadist tersebut diterangkan, bahwa ‘Aisyah bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW tentang hal yang paling diunggulkan, baik didunia maupun
diakhirat, Nabi SAW menjawab dengan akal. ‘Aisyah bertanya kembali bukankah
yang diunggulkan adalah amal, Nabi SAW menjawab bahwa dengan ilmu, manusia akan
beramal dengan baik.
Bisa dipahami, bahwa setiap amal atau perbuatan akan baik, jika didasari
dengan ilmu. Dan dari akal manusia akan menggali pengetuhuan untuk kemudian
dapat diamalkan.
1. Akal
Menurut ajaran Islam manusia dibekali Allah dengan berbagai perlengkapan
yang sangat berharga, salah satunya akal. Kata akal berasal dari bahasa Arab
al-‘aql yang berarti pikiran, mengerti dan memahami. Menurut istilah akal
merupakan daya untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang
membedakan dirinya dengan orang lain.[2]
Kedudukan akal dalam kehidupan manusia tentunya sangat berharga, seperti
dalam hal agama, akal dapat menampung akidah, syari’ah serta akhlak. Dengan
mempergunakan akalnya secara baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah,
manusia akan selalu terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri dengan Allah.
Sehingga akan tercipta amal baik yang dapat menyelamatkan manusia didunia
maupun diakhirat.
Akal juga yang membedakan manusia dari semua binatang, dan akal itulah yang
menjadi manath al-taklif (sebab manusia dikenakan kewajiban oleh Allah
SWT). akan tetapi walaupun akal itu sangat penting, akal juga sering
tergesa-gesa, sombong, atau dikuasai ambisi. Akal juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan yang dapat membawanya pada perbuatan positif atau negatif. Karena
itu, akal memerlukan penolong yang dapat membimbing kejalan yang benar, yaitu
wahyu Ilahi.[3]
2. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan instrumen untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu mensejahterakan diri dan
manusia lain, guna mencapai ridho Allah SWT. kesejahteraan itu dapat dicapai
jika manusia mengelola sumber-sumber alam (natural resource).
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban, karena bila kita
perhatikan dari sisi lain, umat yang bodoh pada saat ini, mereka tidak akan
bisa bersaing dalam ilmu dan peradaban dengan umat-umat yang lebih maju.
Generasi mereka pun akhirnya akan menjadi umat yang tertinggal, dan akan kalah
menghadapi umat yang terpelajar. Inilah sisi lain yang mewajibkan lelaki maupun
perempuan untuk menuntut ilmu.[4]
Ilmu dapat memimpin kita kepada kebaikan dan
kebahagiaan, menghibur dalam duka, dan perhiasan bagi pergaulan, dengan ilmu
kata Nabi “hamba Allah mencapai kebaikan, memperoleh kedudukan yang mulia dan
mencapai kehidupan yang bahagia didunia ini maupun diakhirat.[5]
3. Amal
Amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh,
atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian,
amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah. Sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada
ilmu fikih dan hukum-hukum agama.
Amal ini akan
mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Ilmu
tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan
manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan amal ini dengan pohon
dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya. Jika
ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak
berguna laksana pohon yang tak berbuah. Jadi, mengiringi ilmu dengan amal merupakan
keharusan. Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal, yaitu
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal
perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa
didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar,
tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan. Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan
amal saling beriringan. Barangsiapa
berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah
ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak
diamalkan.[6]
F. Aspek Tarbawi
Manusia dikarunia akal oleh Allah SWT untuk selalu berfikir, hampir semua
masalah tidak lepas dari kegiatan berfikir, baik soal yang remeh maupun yang
paling rumit. Dan berfikir pada dasarnya sebuah proses yang membuahkan ilmu
pengetahuan. Dengan akal dan ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui yang baik
dan sesuatu yang harus kita tinggalkan.
Dengan ilmu, kita lebih menjadi manusia yang berguna bagi orang lain, kita
juga dituntut untuk dapat mengamalkan ilmu tersebut sesuai syari’at demi tercapainya
masyarakat yang sejahtera didunia dan akan selamat diakhirat.
BAB II
PENUTUP
Allah meberikan manusia suatu daya yang luar biasa yaitu akal, dengan
tujuan manusia dapat menggunakannya untuk memirkan hal-hal yang baik, dengan
akal manusia dapat menetukan jalan hidunya, baik didunia maupun diakhirat.
Akal juga digunakan untuk memahami suatu yang baru yang menimbulkan
keragu-raguan dalam mencari kebemaran yaitu ilmu. Ilmu, dapat membimbing kita
untuk selalu beramal sholeh. Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai
ilmu tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Muhaimin. 1993. Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Tri Genda Karya
Al Qardhawy, Yusuf. 1998. As-Sunnah Sebagai Sumber
Iptek dan Peradaban. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Al Qardhawy, Yusuf. 1998. Sunnah Rasul Sumber Ilmu
Pengetahuan dan Peradaban. Jakarta: Gema Insani Press
Ali Fayyad, Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan
Kesahihan Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sirojuddin Iqbal, Mashuri. 1994. Mencari Cahaya Dari
Ilmu Ulama. Bandung: Sinar Baru Al Gensindo.
Nama: KHOLIS ARIFAH
BalasHapusNIM: 2021111293
KELAS: D
Assalamualaikum,
berdasarkan makalah yang anda tulis, apa hubungan antara akal, ilmu dan amal.?
terima kasih
Hapusantara akal, ilmu dan amal, tentunya sangat berhubungan..karena jika kita mencari ilmu, tetapi tidak didasari oleh akal, tetunya kita tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang slah...dan jika ilmu yang kita dapat diamalkan, maka hakikat ilmu sebagai perubahan keararh yang lebih baik, akan tercapai.
apabila kita mencari ilmu, dan ilmu yang kita cari itu sudah banyak sehingga ilmu itu sampai menguasai akal kita sehingga amalnyapun tidak sesuai dengan yang seharusnya, menurut pemakalah faktor apa yang menyebabkan hal di atas,
Hapusterima kasih.
Ada beberapa faktor seseorang tidak mengamalkan ilmunya dengan semestinya, diantaranya:
Hapus1. orang tersebut terpengaruh tarbiyah buruk, lingkungan yang tidak sehat dan propaganda buruk.
2. Kejahilan, keragu-raguan, kelalaian dan was-was pikiran sendiri
3. Meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar (atau melakukan hal sebaliknya, mengerjakan yang mungkar dan melarang yang makruf) di kalangan kaum Muslimin dan diamnya para ulama di hadapan penyimpangan personal, sosial, dan pemerintahan Islam.
4. Penyimpangan institusi penguasa dan para ulama yang berpengaruh. Menyebarnya kefakiran, kezaliman, ketidakadilan, dan penindasan di tengah masyarakat
5. Tersedot hati dan pikirannya kepada dunia disertai dengan hasrat yang membumbung, dan angan-angan panjang, lalai mengingat kematian dan pengawasan Tuhan di dunia dan perhitungan baginya di akhirat (lemahnya iman dan tertipu oleh pesona dunia).
terima kasih
jika kita bisa menggunakan rangkaian akal ,ilmu dan amal dengan baik,maka tidak akan sia-sia ilmunya.
BalasHapusjika hal itu dilalkukan tapi tidak ikhlas dan mengharap sesuatu apakah artinya tetap ilmunya tidak sia-sia?
dan bagaimana solusianya agar hal itu tidak terjadi?
jika kita mengamalkan ilmu tetapi tidak ikhlas, atau dengan kata lain mengharapkan sesuatu, maka ilmu tersebut sia-sia.
HapusAmal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut,
solusi agar manusia beramal dengan ikhlas yaitu, dengan menanamkan niat yang baik beramal semata-mata karena Allah.
Nama : Suli Reviana
BalasHapusNIM : 2021 111 201
Kelas : D
Menurut pemakalah,apa ada keterkatian antara akal, ilmu, dan amal? dan bagaimana kita bisa menerapkan akal, ilmu serta amal dalam kehidupan sehari-hari?mohon berikan contohnya..
terima kasih.
terima kasih
Hapusantara akal, ilmu dan amal, tentunya ada hubungan atau keterkaitannya,,,akal adalah peralatan rohaniah untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. tentunya untuk mengetahui hal tersebut kita harus mempelajari ilmu, dan ilmu diibaratkan sebagai pokok sedangkan amal sendiri diibaratkan sperti buah. sehingga dalam pepatah disebutkan ilmu tanpa amal seperti bohon yang tidak berbuah.
cntohnya kita mencari ilmu tentang shalat, tentunya kita harus melaksanakan shalat tersebut sesuai dengan apa yang kita ketahui.
Faroh Maulida
BalasHapus2021111209
D
Bagaimana menurut pandangan Islam menyelaraskan antara akal, ilmu, dan amal secara ikhlas?
memang dlam beramal sulit untuk ikhlas, Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah
Hapusa.Banyak Berdoa
Seperti do’a yang dipanjatkan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
b.Menyembunyikan amal kebaikan
Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang
c. Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
d. Memandang Rendah Amal Kebaikan
Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.g adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari Muslim)
Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita akan lebuh bisa beramal ikhlas hanya karena Allah SWT.
awaliyah nailis saadah
BalasHapus2021 111 339
D
menurut pemakalah mana yang harus di dahulukan antara akal, ilmu dan amal?
menurut saya antara akal, ilmu dan amal itu selalu beriringan...kita mencari ilmu, tetapi tidak didasari dengan akal maka akan tersesat. dan jika akal telah menerima ilmu tetapi tidak diamalkan itu akan sia-sia.
Hapussehingga ada syair yang mengatakan " barang siapa yang beramal tanpa ilmu, amalnya ditolak atau tidak diterima".
Bariroh
BalasHapus2021111029
kelas: D
bagaimana mengorelasikan antara akal ilmu dan amal agar dapat berjalan seimbang? dan apakah jika salah satu dari unsur ketiga tersebut ada yang tidak ada maka akan seperti apa orang tersebut, gambarkan????
Antara akal, ilmu dan amal. Tentunya tidak bisa dipisahkan. Karena ilmu tanpa didasari pemikiran tidak akan dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Dan kalau kita Beramal tapi tidak didasari ilmu yang sesuai dengan tuntunan syariat yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Artinya dia beramal dengan aturan yang menyimpang dari Aturan Allah dan Rasul-Nya, maka beramal seperti ini sesat dan sudah keluar dari ketentuan syari’at. Dalam firman Allah dijelaskan:
Hapusوَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. [Al Furqan:23].
Dan gambaran orang tersebut seperti dijelaskan dalam Tafsir Jalalain ”Dan perbedaan Adalah kehilangan amal seperti orang Yahudi, sedangkan orang Nashrani kehilangan ilmu. Oleh karenanya, orang Yahudi memperoleh kemurkaan dan orang Nashrani memperoleh kesesatan. Barangsiapa mengetahui, kemudian tidak mengamalkannya, layak mendapat kemurkaan. Berbeda dengan orang yang tidak mengetahui. Orang-orang Nashrani, ketika mempunyai maksud tertentu, tetapi mereka tidak memperoleh jalannya, karena mereka tidak masuk sesuai dengan pintunya. Yaitu mengikuti kebenaran. Maka, jatuhlah mereka ke dalam kesesatan.”
NAMA; BADIATUL LIZA
BalasHapusNIM: 2021 111 146
KELAS: D
Assalamu'alaikum bro ulpa...
mohon jelaskan "(akal) itulah amal-amal mereka"???
terimakasih
Maksud dari “akal itulah amal-amal mereka adalah
HapusBahwa Allah menyuruh kepada manusia menggunakan akal untuk berfikir dalam rangka mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam al-qur’an dijelaskan: Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal”, (Al Baqarah : 184),
Selain itu akal akan mnyelamatkan kita dari amal yang tercel seperti taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-pemikiran yang bathil. Allah juga memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan melarang dari segala hal yang dapat merusak akal seperti khomr.
Seingga dapat dipahami, dari menjaga dan menggunakan akal dengan baik, maka amal kita juga akan baik dan terhindar dari kemaksiatan.
kurang lebih begitu mba broo...
nama mirza muhammad abda
BalasHapusnim 2021 111 153
pertanyaan sy adakah cara agar orang2 fasiq tau atau sadar akan hal2 yg dilakukan? terimakasih
Untuk mengetahui cara menyadarkan orang fasiq, terlebih dahulu kita mengerti pengertiannya,
HapusMakna kata ‘fasiq’ secara keluar dari sesuatu. Demikian pula orang munafik dan orang kafir disebut orang fasik. Dalam tafsir At-Thabari, 1:409, fasik adalah keluar dari ketaatan kepada-Nya dan tidak mengikuti perintahn-Nya.
Syaikh Utsaimin memberi penjelasan:
الفاسق هو الخارج عن طاعة الله ورسوله
Fasiq adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Di Indonesia bersaudara nampaknya agak sulit dilakukan. semua merasa dirinya paling benar dan ketika ada yang salah maka harus dihancurkan, bukan disadarkan akan kesalahannya. Untuk menyadarkan orang fasiq tentunya kita mencoba memberi nasihat dengan cara yang halus, agar dia kembali kejalan yang benar. Seperti halnya kisah Rasulullah SAW berangkat ke masjid selalu diludahi orang dan pada suatu hari Rasulullah heran karena orang tadi tidak meludainya. lalu ditanyakan ke sahabat dan tahulah bahwa ia sedang sakit dan ternyata rasulullah adalah orang yang pertama menjengungnya yang akhirnya ia masuk islam.
jadi, cara untuk menyadarkan orang yang fasik adalah memperlakukan dan menasihatinya dengan halus, tanpa kekerasan.
Khomisah Ikasasih
BalasHapus2021111171
D
dalam makalah ini dijelaskan bahwa akal juga sering tergesa-gesa, sombong, atau dikuasai ambisi. Akal juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang dapat membawanya pada perbuatan positif atau negatif. Menurut pemakalah bagaimana caranya agar akal kita selalu berpikir positif dan tidak dikuasai oleh ambisi, kesombongan ataupun tergesa-gesa dan senantiasa mengingat Allah??jelaskan
terima kasih atas pertanyaannya..
Hapusmemang terkadang akal dikuasai oleh ambisi sehingga melakukan sesuatu yang jauh dari kebenaran, dan menyalahi jalan yang lurus, dan ia menyangka apa yang dilakukan adalah baik, tetapi pada hakikatnya adalah buruk. sehingga seperti yang dikiatakan Imam Abduh, akal yang tersesat tersebut membutuhkan teman yang dapat menyelamatkan dari dari kebingungan, serta memberikan ketenangan dan pembenaran. teman tersebut adalah wahyu Illahi, yaitu al-Qur'an al-karim, serta sunnah Nabi saw.
dan menurut saya, cara agar kita selalu berfikir positif adalah:
a. dengan menghindari prasangka buruk (su'udzon)
b. melakukan kegiatan yang bermanfaat
c. selalu mendekatkan diri kepada Allah
dengan begitu, kita akan terhindar dari pemikiran negatif, serta akan selalu mengingat Allah.
Nama : Imas Anggraeni Dewi
BalasHapusNIM : 2021 111 203
kelas D
bagaimana menurut pemakalah tentang seorang yang berakal serta memiliki pengetahuan yang baik dan juga mengamalkan pengetahuan tersebut, namun tak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ?
menurut saya orang yang mempunyai ilmu, dan terbiasa menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain, tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, itu sama juga dengan ilmu yang sia-sia.
Hapusseperti deterangakan dalam hadis,
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)
hadist tersebut menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.
NAMA; NAIS STANAUL ATHIYAH
BalasHapusKELAS: D
NIM: 2021 111 280
bagaimana jika ada orang yang akal atau IQnya berkurang? apakah akan berpengaruh dalam ilmu dan amalnya? mohon penjelasannya, terima kasih
Menurut saya orang yang mempunyai IQ rendah tidak akan mempengaruhi amalnya, karena selain IQ manusia juga dianugrahi EQ (kecerdasan Emosional) yang kegunaannya untuk memahami kepekaan sosial, kecerdasan emosional ini akan menjadi penentu keberhasilan individu , relasi dan dalam kepemiminan dibanding dengan kecerdasan intelektual (nalar IQ). Seorang yang memiliki IQ tinggi tidak bisa dijadikan anutan bahwa dia akan sukses, karena menurut lembaga survey IQ hanya mempengaruhi 6-20% keberhasilan manusia dan 80% sisanya EQ kita yang menentukan. Tentang bagaimana kita membangun komunikasi dengan orang lain, membuat empati sehingga ada kerjasama antara social dengan kita.
HapusJadi menurut saya orng yang mempunyai IQ rendah tidak akan mempengaruhinya untuk beramal, karena biasanya orang tersebut mempunyai EQ yang tinggi, walaupun orang tersebut sulit dalam berfikir, namun masih bisa beramal dengan hal yang sangat sederhana, semisal melalui senyuman. Itu juga amal yang bernilai ibadah. Dan tidak hanya itu, orang yang Iqnya kurang juga bisa beramal dengan tenaganya (membantu kegiatan sosial).
Terima kasih
assalamualaikum
BalasHapusBagaimana pendapat anda tentang seorang yang mempunyai akal dan ilmu namun tidak di amalkan dlm masyarakat,?
Contoh seorang yg lulusan dr jurusan pendidikan namun tidak mengamalkan ilmunya yaitu menjadi seorang pendidik, melainkan memilih mnjdi pengusaha atau yg lainnya.
wa'alaikum salam...
Hapuspendapat saya tentang Orang yang lulusan jurusan tarbiyah, namun menjadi pengusaha, menurut saya ilmu tersebut tidak sia-sia, walaupun orang tersebut tidak bekerja dalam bidangnya, namun orang tersebut masih dapat mengamalkan ilmunya. Seperti setelah lulus dia menjadi pedagang, karena dia dalam kuliah fakultas tarbiyah dia mendapat ilmu tentang akhlak, fiqih, tentunya kalau orang tersebut menggunakan ilmunya, akan menjadi pedagang yang jujur, sabar, serta mengetahui tata cara berdagang yang dibenarkan Allah.
Selain itu, ilmu yang didapat ketika kuliah, seperti halnya psikologi pendidikan, itu dapat kita amalkan dalam membimbing anak kita sendiri dalam belajar.
jadi, ilmu yang kita dapatkan pada waktu kuliah, bisa diamalkan pada diri sendiri, terlebih dapat kita amalkan kepada orang lain.
nama;nur hidayah
BalasHapusnim:2021 111 145
ass,,menurut anda.apakah ada ketentuan bagi seseorang untuk mengamalkan ilmunya,dan bagaimana jika ada seorang yang tidak mau mengamalkan ilmunya, karena ia takut apabila ia mengamalkan ilmunya seorang yang diberinya ilmu menjadi saingannya?
menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu ada aturannya, tidak sembarang mengkaji dan mengamalkan. Pertama-tama harus dibetulkan niat belajar dan niat mengamalkan ilmu. Agar supaya ilmu tidak menjadikan kita kehilangan petunjuk.
HapusDan apabila seseorang mengamalkan ilmu, tetapi takut apabila muridnya menjadi saingannya, itu berarti orang tersebut belum membetulkan niatnya, padahal dalam beramal kita juga harus ikhlas. Dan setiap seseorang pasti ada generasi penerusnya. Sehingga kita sesungguhnya malah bersyukur dengan peserta didik yang apabila lebih berhasil melebihi kita. Karena berarti ilmu kita menjadi bermanfaat.
Dan dalam hadist diterangakan bahwa “ahlul ilmi yang telah disebutkan oleh dalil-dalil dengan menerangkann keutamaan-keutamaan mereka dan tingginya kedudukan mereka serta besarnya pahala mereka, mereka itulah para pengemban ilmu yang mulia ini, yang mereka amalkan pada diri mereka sendiri dan pada manusia dengan menyebarkan dan menyampaikannya”
Assalamu'alaikum..
BalasHapusSoraya Nailatul Izzah
2021 111 097
Manusia dikarunia akal oleh Allah SWT untuk selalu berfikir, akan tetapi sekarang banyak orang yang malas untuk berfikir. Pertanyaan saya dalam menyelaraskan antara akal, ilmu dan amal bagaimana agar bisa bekerja secara maksimal. Terima kasih :)
Akal Pikiran berkaitan dengan rasio, logika, intelektualitas. Memaksimalkan akal pikiran salah satunya dapat dilihat pengaruhnya pada inovasi dan kemajuan teknologi, mampu mengefisienkan dan mengefektifitaskan hidup, namun akal pikiran yang terus dikembangkan tanpa peran hati nurani dapat kita lihat d alam penciptaan bom atom yang mampu memusnahkan umat manusia dalam sekejap.
HapusMemaksimalkan hati nurani mampu menciptakan toleransi antar sesama manusia, kedamaian dan keharmonisan hidup bermasyarakat, namun rasa yang terus dikembangkan tanpa batasan akal pikiran dapat membuat kita dikuasai oleh perasaan, jadi sensitif, terlalu peka sehingga kadang melakukan tindakan yang bodoh, memalukan dan tidak logis. Sehingga dalam memeksimalkan akal kita juga membutuhkan ilmu, yang mampu membawa kita kepada perbutan yang baik.
terima kasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusshofatul jannah
BalasHapus2021 111 183
kelas D
bagaimana pendapat pemakalah dengan "pejabat" yang punya akal tapi tidak mampu mengamalkan kepercayaan rakyat dengan baik dan benar??
terimaksih
Jika ada pejabat yang pintar, artinya maksimal menggunakan akalnya, tetapi tidak dapat melaksanakan kepercayaan rakyat dengan baik, itu sama saja pejabat tersebut belum menggunakan akalnya secara benar. Karena melalui al-Qur’an, Islam mengajak umatnya untuk mendayagunakan akal pikirannya,memperoleh petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja keras serta dapat menggunkan akal dengan benar. Sebaliknya, jika akal yang telah diberikan itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya,hidup manusia akan berjalan seolah tanpa kekuatan dan pegangan. Memang terkadang kepinteran bukan jaminan orang pinter menggunakan logika akalnya,sebab godaan besar orang pinter ialah ia sering tergoda masuk ke rimba pemikiran spekulatif (cara berfikir yang tidak terpuji) yang disebabkan karena pejabat tersebut gersang akan akhlak yang baik. Sehingga mengatasi hal tersebut, seperti dalam makalah disebutkan, akal membutuhkan wahyu yang mengajarkan tentang akhlak yang dapat membimbingnya kejalan yang benar.
Hapusnama: fiza umami
BalasHapusnim: 2021111152
bagaimana cara kita agar kita bisa menggunakan akal, ilmu dan amai dengan baik,,
terimakasih,,
Dalam tafsir al-Misbah menunjukkan bahwa cara manusia menggunakan akal dengan baik adalah harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur. Karena Dengan menggunakan akalnya, tentunya akan berdampak pada amal. yaitu manusia dapat menjaga dirinya dengan baik supaya tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan potensi akalnya dengan baik, manusia akan mengetahui hakekat kebenaran yang akan membawanya dalam hidup yang bahagia, jauh dari kemadharatan atau kemaksiatan. Kalau manusia berusaha menggunakan akalnya dengan baik, maka akalnya akan tajam; kalau ia menyimpannya atau tidak menggunakannya untuk berfikir, maka akalnya akan “berkarat”, sehingga tidak dapat mencerna ilmu yang kita dapatkan. Dan tentunya akan berdampak pada amalan kita.
Hapusnama : Nur Ulis Sa'adah Shofa
BalasHapusnim : 2021 111 205
bagaimana pendapat pemakalah mengenai seorang yang berilmu tetapi justru menggunakan ilmunya untuk hal-hal maksiat atau malah justru menjerumuskan.
terimakasih....
menurut saya Orang yang mempergunakan ilmunya untuk meksiat, orang tersebut belum dapat mengamalkan ilmunya dengan tepat. Malahan ilmu tersebut akan memasukkannya dalam neraka, karena dalam mengamalkannya tidak sesuai dengan perintah al-Qur’an dan menyimpang dari ajaran Rasullullah. Karena sebenarnya fungsi ilmu adalah memperbaiki diri, meningkatkan kemudahan dan kualitas hidup serta semakin mendekatkan diri kepada Alah SWT. dan untuk orang yang slah dalam mengamalkan ilmunya Rasullullah mengancam: “Barangsiapa mencari ilmu bertujuan untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau untuk mencari perhatian manusia, maka neraka adalah tempatnya” (HR. Tirmidzi).
HapusSehingga dalam hal ini jelas, bahwa orang yang mempunyai ilmu banyak, namun hanya digunakan untuk hal maksiat itu malah akan mencelakakan diri sendiri.
Nama: Kiki F. Mastriana
BalasHapusNIM: 2021 111 198
Kelas: D
menurut anda jika kita sudah menggunakan akal untuk berfikir yg baik dan mencari ilmu dg baik pula tapi dalam pengamalannya itu kita malah ditujukan untuk mengharapkan imbalan atau karena ingin dipandang orang sbg orang yg pintar,,,, bagaimana tanggapan pemakalah mengenai hal itu.
terima kasih....
Menurut saya orang tersebut belum dapat mengamalkan ilmunya dengan baik,kalau barometer beramal hanya untuk mendapat pujian belaka. Karena dalam kita beramal, tetunya harus didahului niat yang ikhlas terlebih dahulu, amalan tidak boleh lepas dari dua hal, diantaranya:
Hapus1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya,
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun’alaihi)
2. Yang kedua adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ittiba’ ini laksana jiwa bagi amalan. Allah ta’ala berfirman,
“Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran:31)
Kedua syarat tersebut jangan sampai hilang, karena jika salah satu syarat hilang maka amal yang dikerjakan ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah
Nama: Nur Asfiyani
BalasHapusNIM: 2021 111 200
Kelas: D
Menurut pemakalah, jika seseorang memiliki akal dan ilmu yang cukup namun tidak mengamalkannya kepada orang lain, apakah dia termasuk orang-orang yang tidak beruntung....???
Terima kasihh
Menurut saya orang yang mempunyai ilu, namun tidak diamalkan, itu termasuk orang yang tidak beruntung. Karena itu sama saja ilmu yang didapat akan sia-sia.
HapusDalam kitab Hushulul Ma’mun. Hal.16 diterangakn, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, berkata “Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Aalim.”
Ini adalah ungkapan yang sangat tepat. Karena apabila seseorang memiliki ilmu, akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmu tersebut maka dia tetaplah disebut jahil. Sebab tidak ada perbedaan antara keadaan dirinya dengan keadaan orang yang jahil. Apabila dia berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka orang yang alim itu belumlah pantas disebut sebagai orang berilmu yang sesungguhnya, kecuali bila di sudah beramal dengan ilmunya.
terima kasih
Nama : Ani Musiani
BalasHapusNIM : 2021 111 181
Kelas: D
Bagaimana hukum mengamalkan tapi tidak tau ilmunya ???
tolong jelaskan ???
Ada tiga kemungkinan orang dalam beramal :
Hapus1. Beramal dengan ilmu dan dengan tuntunan syariat yang benar sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Inilah beramal yang seharusnya, dan inilah amal yang sejalan dengan aturan Allah Subhaanahu Wa Ta’aala dan Rasul-Nya.
2. Beramal tapi dengan ilmu yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Artinya dia beramal dengan aturan yang menyimpang dari Aturan Allah dan Rasul-Nya, maka beramal seperti ini sesat dan sudah keluar dari ketentuan syari’at.
3. Beramal dengan tidak didasari ilmu sama sekali, sehingga orang beramal dengan seperti ini tidak mempunyai nilai sama sekali dihadapan Allah Ta’aala, karena dia tidak mengetahui dan tidak menyadari untuk apa dia beramal dan mesti bagaimana dia beramal.
Jadi, dapat dipahami bahwa hukum orang yang beramal tanpa ilmu yang tidak sesuai syari’at Islam itu termasuk amalan sesat dan tidak boleh. Dalam al-Qur’an dijelaskan: Bukan saja amalannya tidak dianggap sebagai amalan yang diterima, bahkan dialah penyebab masuknya ke dalam api neraka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka). [Al Ghasyiah:1- 4].
terima kasih
Nama : Susi Ernawati
BalasHapusNim : 2021 111 202
Kelas : D
Assalamu'alaykum
terkait dengan judul hadits makalah anda, menurut anda, bagaimana caranya mensinkronkan akal supaya bisa menjadi ilmu,sehingga ilmu bisa di amalkan sesuai dengan hadits yang dimaksud
terima kasih,
Dalam hadis tersebut diterangakn bahwa yang diunggulkan didunia maupun diakhirat adalah akal, karena dengan akal yang baik, akan menghsilkan ilmu yang dapat diamalkan. Dengan akal manusia dapat memperoleh ilmu, sehingga dengan ilmu tersebut bisa diamalkan, ia dapat mengolah semua kekayaan alam sehingga merangsang perubahan yang dapat menjadikan manusia sejahtera. Seperti hadist Nabi, “Ilmu itu pemimpin dan amalan itu pula pengikutnya, “Ilmu adalah kunci ekonomi bagi sebuah keluarga, komuniti dan Negara. Segala amalan, dalam pelaksanaan dan tindakannya membutuhkan ilmu dan pengetahuan. Ilmu yang diamalkan tidak hanya ilmu yang membawa perubahan, tetapi manusia juga harus dapat mengamalkan ilmu keagamaan yang dapat menyelamatkan diakirat.
Hapusterima kasih
Nama : Heri Rubi Antoni
BalasHapusNim : 2021 111 161
Kelas: D
Pada zaman yang modern ini apakah orang-orang sudah mampu mengamalkan ilmu sebagaimana mestinyamohon jelaskan?bila perlu dengan contohnya...
menurut saya pada zaman sekarang modern ini, kalau dalam hal ilmu umum, sudah dilaksanakan secara maksimal, seperti yang kita ketahui banyak alat-alat canggih, semisal pada elektronik ada handphone, televisi, yang tentunya alat tersebut dapat berguna bagi masyarakat. namun, hal tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan pengamalan ilmu akhlak seacara benar, ada diantara mereka malah menggunakan kecanggihan ilmu tersebut untuk hal yang tidak terpuji.sehingga dalam hal ilmu keagamaan menurut saya belum diamalkan secara semestinya.
HapusNama : Imroatul Maghfiroh
BalasHapusNIM : 2021 111 148
Kelas: D
Assalam. .
Bagaimana cara kita untuk memanfaatkan akal,ilmu,& amal secara maksimal agar seimbang hidup kita?
wa'alaikum salam...
HapusManusia dikaruniai akal anugerah Allah yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Oleh itu cara memaksimalkan akal adalah digunakan sebaik-baiknya yaitu dengan membedakan mana yang benar dan mana yang salah menurut syari’at, serta akal tersebut selalu kita isi dengan ilmu pengetahuanyang berguna. Jika kita sudah mengetahui ilmu-ilmu yang baik tersebut tentunya kita harus mengamalkannya, agar tidak menjadi ilmu yang sia-sia. Dengan begitu kita dapat menyeimbangkan antara akal, ilmu dan amal dengan baik.
NAMA : ARINUN ILMA
BalasHapusNIM : 2021 111 045
KELAS: D
Pertanyaannya, bagaimana agar ketiga hal tersebut (akal, ilmu dan amal)bisa berjalan dengan baik?
Dalam tafsir al-Misbah menunjukkan bahwa cara manusia menggunakan akal dengan baik adalah harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur. Karena Dengan menggunakan akalnya, tentunya akan berdampak pada amal. yaitu manusia dapat menjaga dirinya dengan baik supaya tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan potensi akalnya dengan baik, manusia akan mengetahui hakekat kebenaran yang akan membawanya dalam hidup yang bahagia, jauh dari kemadharatan atau kemaksiatan. Kalau manusia berusaha menggunakan akalnya dengan baik, maka akalnya akan tajam; kalau ia menyimpannya atau tidak menggunakannya untuk berfikir, maka akalnya akan “berkarat”, sehingga tidak dapat mencerna ilmu yang kita dapatkan. Dan tentunya akan berdampak pada amalan kita.
Hapusterima kasih
Nama: Mushofakhah
BalasHapusNIM: 2021 111 196
Kelas: D
Manusia dikaruniai akal untuk selalu berfikir. Bagaimana pandangan pemakalah mengenai orang yang malas atau enggan berfikir?
Trimakasih.
menurut saya oranga yang tidak mau berfikir itu karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantarnya:
Hapus1. Kelumpuhan mental akibat mengikuti kebanyakan orang.
Satu sebab yang membuat kebanyakan orang malas berfikir adalah keyakinannya bahwa apa yang dilakukan “sebagian besar” manusia adalah benar. Manusia biasanya lebih cenderung menerima apa yang diajarkan oleh orang-orang disekitarnya, daripada berpikir untuk mencari sendiri kebenaran dari apa yang diajarkan tersebut.
2. Akibat kemalasan mental,
manusia melakukan segala sesuatu sebagaimana yang pernah mereka saksikan dan terbiasa mereka lakukan, sehingga malas untuk menemukan hal yang baru.
3. Anggapan bahwa berpikir secara mendalam tidaklah baik
Ada sebuah kepercayaan yang kuat dalam masyarakat bahwa berpikir secara mendalam tidaklah baik. Mereka saling mengingatkan satu sama lain dengan mengatakan “jangan terlalu banyak berpikir, anda akan kehilangan akal”. sehingga mereka takut untuk berfikir secara dalam
4. Tidak berpikir akibat terlenakan oleh kehidupan sehari-hari
Kebanyakan manusia menghabiskan keseluruhan hidup mereka dalam “ketergesa-gesaan”.
sebenarnya, manusia dianugrahkan akal untuk digunakan berfikir, sehingga kita mencoba untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut, dan dapat berfikir dengan baik.
nama : naila syarifah
BalasHapusNIM : 2021111149
kelas : D
trinakasih,,,,,,,,,,,,ulpa bro sister,,,
menurut anda orang yang seperti apa yang dikatakan sudah seimbang antara akal,ilmu dan amal....
terima kasih kembali mba ketum,,,,,
HapusMenurut saya yaitu orang yang selalu melaksanakan amar ma’ruf artinya selalu menjalankan perintah Allah SWT sesuai syari’at agama dan Sunnah Rasullullah dalam kondisi apapun, serta meninggalkan semua larangan-Nya. Dan orang yang selalu istiqomah mengamalkan ilmunya, baik ilmu tersebut diamalkan untuk diri sendiri terlebih untuk orang lain (masyarakat).
kurang lebihnya gitu mba bro....
faisal fahmi
BalasHapus2021 111 255
D
assalamualaikum wr wb
apa perbedaan akal dengan hati nurani, baik yang mana diantara keduanya dalam melaksanakan suatu ibadah...
trims...
wassalamualaikum wr wb...
wa'alaikum salam
HapusManusia menggunakan akal untuk berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Selain akal, manusia juga dibekali dengan hati nurani. Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang
ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang
disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah
berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
memahaminya." (QS. 7:1-79). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Mengenai yang paling baik untuk melaksanak ibadah, kedua-duanya adalah satu kesatuan, sehingga tidak bisa dipisahkan, sebab menurut filsuf Islam kesempurnaan manusia di perolehi melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah) .Sebab akal dan hati sama-sama merupakan daya berfikir.
terima kasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswa'alaikum salam..
BalasHapusManusia menggunakan akal untuk berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Selain akal, manusia juga dibekali dengan hati nurani. Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang
ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang
disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah
berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan
memahaminya." (QS. 7:1-79). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Mengenai yang paling baik untuk melaksanak ibadah, kedua-duanya adalah satu kesatuan, sehingga tidak bisa dipisahkan, sebab menurut filsuf Islam kesempurnaan manusia di perolehi melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah) .Sebab akal dan hati sama-sama merupakan daya berfikir.
terima kasih
nama: faidhotun nikmah
BalasHapusnim: 2021 111 267
diantara ketiga hal tersebut (akal, ilmu dan amal) memang tidak terpisahkan..tapi hal ini juga sering terlupakan antara salah satunya. seperti contoh jika ilmunya banyak, tapi akalnya tidak digunakan sebaik"nya dalam mengamalkan ilmunya tersebut. dan hal ini sering terjadi pada kehidupan sekarang..bagaimana solusinya agar ketiganya itu terpenuhi..terima kasih