Laman

Rabu, 06 Maret 2013

e4-2 nurul inayati: tanggung jawab panca indra

Pertanggungjawaban Panca Indera

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I


Oleh:
Nurul Inayatissaniyyah
2021 111 141
Kelas E


JURUSAN TARBIYAH/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

            Umat Islam mempercayai dua sumber yaitu akal dan panca indera sebagai instrument penting ilmu pengetahuan bahkan sebagai kenikmatan karunia yang besar yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia agar dapat memahami dirinya dan alam sekitarnya.
            Akal dan panca indera juga termasuk sarana terpenting yang dapat membantu manusia membangun peradaban di bumi dan melaksanakan tugas kekhalifahan sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. Dan semua perbuatan manusia tersebut di bumi ini akan dimintai pertanggungjawabannya ketika di akhirat kelak, salah satunya adalah panca indera kita yang nantinya akan menjadi saksinya.











 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Materi Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: { يُؤْتَى بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ لَهُ: أَلَمْ أَجْعَلْ لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالًا وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ وَالْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَكُنْتَ تَظُنُّ أَنَّكَ مُلَاقِي يَوْمَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ لَهُ: الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي. قَالَ أَبُو عِسَى هذَا حَدِيَثُ صَحِيحُ غَرِيبُ وَمَعْنَى قَولِهِ اليُومَ اَتْرُكُكَ في الْعَذَابِ هَكَذَا فَسْرُوهُ قالَ أبُو عيسَي وَقَدْ فَسَّرَ بَعضُ أهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الأيَتَ فَالْيوْمَ نَنْسَاهُمْ قَالُوا إنَّمَا مَعْنَاهُ الْيوْمَ نَثْرُكُهُمْ ڤِي الْعَذَابِ}.(رواه الترمذي فى الجامع،كتاب صفت القيامة و الرقائق َ الورع عن رسول الله )
B.     Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah dan dari Abu Sa’id berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Seorang hamba dihadapkan pada hari kiamat lalu Allah berfirman kepadanya: “Bukankah Aku berikan padamu pendengaran, penglihatan, harta benda dan anak dan menyerahkan kepadamu hewan ternak dan pertanian dan aku biarkan kamu memimpin dan menunggu maka apakah kamu menyangka bahwa kamu akan menjumpaiKu pada hari ini?” Dia menjawab: “Tidak”. Allah berfirman kepadanya: “Hari ini aku lupakan kamu seperti kamu telah melupakanKu”. Ini hadits shahih gharib. Adapun arti kata: “Hari ini aku melupakanmu seperti kamu melupakanKu adalah pada hari ini Aku biarkan kamu dalam siksa, dan demikian pula sebagian ahli tafsir menafsiri ayat (maka pada hari ini Kami melupakan mereka). (Al A’raf: 5). Mereka berkata: “Artinya hari ini kami membiarkanmu dalam siksa”. (HR. Imam Tirmidzi)[1]
C.    Mufrodat
العَبْدِ                    : Seorang Hamba
الْقِيَامَةِ                    : Hari Kiamat
أَجْعَلْ                     : Berikan
سَمْعًا                      : Pendengaran
بَصَرًا                     : Penglihatan
مَالًا                        : Harta Benda
وَلَدًا                        : Anak
سَخَّرْتُ                  : Menyerahkan
الْأَنْعَامَ                    : Hewan Ternak
الْحَرْثَ                   : Pertanian
تَرَكْتُكَ                    : Biarkan Kamu
تَرْأَسُ                     : Memimpin
تَرْبَعُ                      : Menunggu
تَظُنُّ                       : Menyangka
مُلَاقِي                    : Menjumpai
أَنْسَاكَ                     : Lupakan Kamu
نَسِيتَنِي                   : MelupakanKu

D.    Biografi Rowi
1.      Abu Hurairah
Beliau hidup antara tahun 19 sebelum Hijriah sampai tahun 59 Hijriah. Ia adalah seorang periwayat hadits yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi, di samping ‘Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, ‘Aisyah, ‘Abdullah bin Abbas, Jabir bin ‘Abdullah dan Abu Sa’id al Khudri.[2]
Rasulullah sendirilah yang menjulukinya “Abu Hurairah”, ketika beliau melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah itu semata karena kecintaan beliau kepadanya, sehingga jarang ada orang memanggilnya dengan nama sebenarnya (Abdurrahman bin Sakhr). Ia berasal dari Bani Daus bin Adnan. Abu hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya Perang Khaibar, dan meninggal di Aqiq. Ia adalah pemimpin para ahli shuffah, yang menggunakan seluruh waktunya beribadah di masjid Nabi.[3]
Dalam menyampaikan hadits Nabi, Abu Hurairah mengawalinya dengan kata-kata قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  . Terhadap diri Abu Hurairah harus diteliti rangkaian sanadnya. Karena seperti diketahui kata-kata di atas memberi kemungkinan bahwa ia barangkali menerima hadits langsung dari Nabi atau menerima melalui perantaraan.[4]
Pada masa Umar bin Al-Khaththab menjadi khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain. Namun, kemudian Umar mencopotnya. Ada yang mengatakan, ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah ia ingin mengangkatnya kembali. Namun tidak bersedia. Belakangan Mu’awiyah mengangkatnya menjadi Gubernur Madinah.
Abu Hurairah telah meriwayatkan dari Nabi s.a.w., dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Zaid, A’isyah, dan sahabat-sahabat lain. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melampaui 800 orang, terdiri dari para Sahabat dan tabi’in. Di antara mereka termasuk ulama Sahabat, seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik. Sedang dari kalangan ulama tabi’in, anatara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid, dan Asy-Sya’bi.
Sanad paling shahih yang berpangkal darinya ialah: Ibnu Syihab az-Zuhri, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (dari Abu Hurairah). Adapun yang paling dla’if adalah As-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.[5]
2.      Imam at-Tirmidzi
Beliau adalah seorang imam, hafidz dan kritikus hadits. Nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi.[6] Ia dilahirkan di Turmuz pada tahun 209 H dan di kota ini pula wafat dalam usia 70 tahun. Sebagai sosok ulama, ia mendapat penilaian yang positif. Abu Ya’la al-Khalili menyatakan, ia adalah seorang siqah (terpercaya) dan ke-siqah-annya ini disepakati ulama.[7]
Imam at-Tirmidzi datang ke Bukhara dan menyampaikan hadits di sana. Banyak melawat ke berbagai negeri. Ia mendengar Hadits dari orang-orang Khurasan., Hijaz dan Irak. At-Tirmidzi meriwayatkan Hadits bersumber dari al-Bukhari, Muslim dan Ismail bin Musa as-Saddi. Yang meriwayatkan darinya cukup banyak, di antaranya al-Haitsam bin Kulaib asy-Syasyi, Makhlul bin al-Fadll, Muhammad bin Mahbub al-Mahbubi al-Marwazi.
Ia menyusun banyak karangan, antara lain: kitab Al-Ilal, kitab asy-Syama’il, kitab Asma ash-Shahabah, kitab al-Asma’ al-Kuna. Dan yang paling terkenal tentu saja As-Sunan. Di akhir hayatnya ia terserang penyakit mata. Ia wafat pada tahun 279 H.[8]

E.     Keterangan Hadits
Dalam hadits ini Rasulullah bersabda bahwa Allah telah memberikan  pendengaran, penglihatan, harta benda dan anak, hewan ternak dan pertanian serta membiarkan hamba-Nya untuk memimpin yang pada hari kiamat nanti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Seperti pada firman-Nya dalam surat Al Isra’ ayat 36:
Ÿ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB
“sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Maksudnya, masing-masing dari semua itu ditanya tentang apa yang dilakukannya. Pendengaran dan penglihatan ditanya tentang apa yang dia lihat, dan pendengaran ditanya tentang apa yang ia dengar.[9]
Lafadz تَرْأَسُ pada hadits di atas artinya pemimpin, yang mengepalai suatu kaum ketika menjadi pemimpin garis terdepan mereka.[10] Allah SWT menjadikan manusia sebagai penguasa di kalangan hamba-hamba-Nya untuk memimpin mereka.[11]
Rasulullah saw pun pernah bersabda “Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin.” Jadi, manusia adalah pemimpin atas semua anggota badannya. Dan pada hari kiamat nanti semua anggota tubuhnya akan memberikan kesaksian atas apa yang mereka perbuat. Dalam firman Allah SWT surat Fushilat ayat 20 juga disebutkan bahwa “...Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.”
Diungkapkan tentang pendengaran, penglihatan dan hati bersama mereka karena semuanya adalah indera yang memiliki kemampuan mendeteksi. Allah menjadikan semua itu pihak yang bertanggungjawab. Semua itu dalam kondisi seperti makhluk yang berakal. Oleh sebab itu diungkapkan sebagaimana layaknya manusia.[12]
Sedangkan lafadz (وتربع) diartikan mengambil seperempat harta rampasan, dia berkata bahwa sebagian kaum ketika mengambil seperempat harta mereka yang berarti bukankah Aku telah menjadikanmu pemimpin yang taat, karena sesungguhnya pemimpin yang mengambil seperempat harta rampasan termasuk dalam orang-orang yang bodoh.[13]
Pada terjemahan hadits di atas, Allah berfirman “Hari ini aku lupakan kamu seperti kamu telah melupakanKu”, maksudnya sesungguhnya sekarang Aku melupakanmu sebagaimana engkau melupakan Aku, kemudian Allah memerintahkan agar ia dimasukkan ke dalam neraka. Orang tersebut adalah dari kalangan orang-orang kafir, yaitu mereka yang sewaktu di dunia diberi oleh Allah harta yang banyak, kemudian mereka tidak bersyukur kepada-Nya, bahkan mereka memerangi-Nya dan melupakan-Nya sama sekali. Maka pada hari itu Allah melupakan mereka.[14]
F.     Aspek Tarbawi
Untuk mengelola alam beserta isinya, Allah memberikan sarana kepada manusia berupa panca indera yang sempurna dibanding makhluk yang lain dan sangat besar manfaatnya. Untuk itu sudah selayaknya manusia mensyukuri pemberian tersebut.
Selain itu, manusia juga harus mampu memanfaatkan segala apa yang telah diberikan Allah seperti pendengaran dan penglihatan. Salah satunya dapat dipakai untuk memahami dan mempelajari petunjuk-petunjuk Allah baik yang ada di Al Qur’an maupun yang ada di alam. Dan apabila sedang dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
Hadits tersebut mendidik kita untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah dan memanfaatkannya sebaik mungkin selama hidup di dunia ini untuk bekal setelah hari kiamat tiba. Karena nantinya semua itu akan menjadi saksi perbuatan kita di dunia dan juga untuk dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.






BAB III
PENUTUP

Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Maka dari itu, manusia harus memanfaatkan sarana yang telah Allah berikan tersebut baik berupa pendengaran maupun penglihatan, karena Allah menciptakan manusia tidak sekedar main-main. Ada tugas yang harus diemban oleh manusia dan setelah meninggal akan ada pertanggungjawaban semua perilaku manusia selama hidup di muka bumi.













DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Muhammad. 1979. Tuhfatul Ahwadzi, juz. 7. Beirut: Darul fikri.
Abu Bakar, Bahrun. 1996. Mahkota Pokok-pokok Hadits Rasulullah SAW, jilid 5. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al Qurthubi, jilid. 10. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ash-Shalih, Subhi. 2009. Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Cet. 8. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Assa’idi, Sa’dullah. 1996. Hadits-Hadits Sekte, Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surah at-Tirmidzi, Muhammad Isa. 1992. Terjemah Sunan At-Tirmidzi Juz IV. Semarang: CV. Asy-Syifa.


[1] Muhammad Isa bin Surah at-Tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Juz IV, Cet. 1 (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), hlm. 71-72.
[2] Sa’dullah Assa’idi, Hadits-Hadits Sekte, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 47.
[3] Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Cet. 8 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hlm. 332.
[4] Sa’dullah Assa’idi, op.cit., hlm. 47-48.
[5] Subhi ash-Shalih, op.cit., hlm. 334.
[6] Ibid., hlm. 367.
[7] Sa’dullah Assa’idi, op.cit., hlm. 49.
[8] Subhi ash-Shalih, op.cit., hlm. 368.
[9] Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, jilid. 10 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 643.
[10] Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwadzi, juz. 7 (Beirut: Darul fikri, 1979), hlm. 115.
[11] Bahrun Abu Bakar, Mahkota Pokok-pokok Hadits Rasulullah SAW, jilid 5, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 1081.
[12] Syaikh Imam Al Qurthubi, op. cit., hlm. 642-643.
[13] Muhammad Abdurrahman, loc. cit.,
[14] Bahrun Abu Bakar, loc. Cit.,

40 komentar:

  1. assalamu'alaikum wr. wb.

    feri febianto (2021111318)

    saya ingin bertanya, seandainya ada orang yang tadinya suka melakukan hal yang tidak baik (mendengar atau melihat), kemudian orang itu kecelakaan dan kemudian dia cacat. setelah itu, dia menyesal dan ingin bertaubat. melihat orang tersebut sudah cacat. barbeda dengan orang yang bertaubat tidak karena cacat, pasti ia akan berusaha melihat/mendengar hal yang baik-baik.mnurut anda, bagaimanakah cara orang itu menghapus kelakuan buruknya dimasa lalu?

    terima kasih
    wassalamu'alaikum wr. wb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selama dia masih berkeinginan untuk bertaubat, berarti orang tersebut telah menyesali perbuatannya. cara menghapuskan kelakuan buruknya dimasa lalu yaitu bisa dengan cara merenungkan perbuatan buruknya dan menyesalinya, bersungguh-sungguh dalam berniat untuk bertaubat serta dengan memohon ampun kepada Allah dalam setiap doanya

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum wr.wb.
    Siti halimah sobariyah
    2021 111 304

    Apabila dalam suatu kasus, ada orang yang terlahir dengan indra yang sempurna dalam arti tidak cacat, tetapi tidak memanfaatkan karunia Allah tersebut untuk mencari pengetahuan dan menggali potensi yang ada pada dirinya dengan alasan bahwa dia tidak mampu atau dia merasa tidak sepintar orang lain, dan menganggap serta berkeyakinan bahwa hal itu sudah ketentuan atau takdir dari Allah SWT.Yang ingin saya tanyakan, bagaimana pendapat pemakalah terhadap kasus tersebut terkait dengan hadits di atas? kemudian, apakah orang tersebut termasuk orang yang yang tidak bertanggung jawab terhadap panca indranya, sedangkan ia berkeyakinan bahwa ketidakmampuannya itu karena sudah ketentuan dari Allah SWT?
    terimakasih.
    wassalamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah itu menciptakan semua manusia itu dalam keadaan bodoh "la ta'lamuna syai'a", tinggal bagaimana kita merubahnya menjadi "ta'lamuna syai'a". Allah memberikan potensi "sam'a wal abshoro wal afidath" untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya . (QS. An-Nahl: 78).
      menurut saya kuncinya adalah bersyukur. ada sebuah konsep "zero to hero" yang menjadi kuncinya adalah bersyukur.

      Hapus
  3. inayah 2021 111 165
    bagaimana menurut anda jika ada orang pintar dalam hal agama memanfaatkan panca indranya selain untuk hal" berbuat baik juga dibarengi dengan bermaksiat kpd Allah? bagaimana proses pertanggung jawabannya kelak? karna tidak semua orang pintar agama baik semua perangainya.
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. memanfaatkan panca indera dengan baik tetapi dibarengi dengan bermaksiat itu merupakan suatu kerugian bagi orang tersebut. karena dengan bermaksiat, sama halnya orang tersebut tidak bisa memanfaatkan panca indera yang dimilikinya secara maksimal. mengenai bagaimana proses pertanggungjawabannya kelak, itu merupakan kehendak Allah. kalau lebih banyak berbuat baiknya, mungkin orang tersebut masih bisa selamat di akhirat. tetapi sebaliknya, jika lebih banyak melakukan kemaksiatannya maka celakalah dia di akhirat nanti.

      Hapus
  4. assalamu'alaikum...
    2021 111 380

    bagaimana cara kita untuk bisa menjaga panca indera kita agar senantiasa digunakan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, karena pada saat ini banyak hal-hal yang cenderung mengundang panca indera kita untuk bermaksiat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara kita untuk menjaga panca indera agar tidak digunakan untuk hal-hal maksiat yaitu dimulai dari diri sendiri dengan menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama, senantiasa untuk meniatkan apa yang kita perbuat untuk hal kebaikan agar bermanfaat, mensyukuri anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita yang berupa panca indera tersebut dan juga selalu mengingat bahwa kelak panca indera kita tersebut akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat seperti yang sudah dijelaskan pada hadits Nabi di atas.

      Hapus
  5. Firda Amalia 2021111138
    Assalamu'alaikum wr.wb...
    saya ingin bertanya kepada pemakalah,Apa gunanya panca indra jika kita semakin jauh dari_NYA?jika panca indera yg kita miliki mengarahkan kita semakin jauh dari petunjuk-NYA. Padahal ketika ‘kontrak’ hidup kita sudah usai, maka penggunaan panca indera akan dimintai pertanggungjawaban di hari pengadilan kelak.
    terimakasih....

    wassalamu'alaikum wr.wb..

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya, jika kita semakin jauh dari-Nya berarti kita tidak bisa mensyukuri anugerah panca indera yang diciptakan Allah kepada kita. Allah berfirman dalam surat Al Mukminun ayat 78 yang artinya "Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur."
      Yang dimaksud dengan bersyukur pada ayat ini ialah menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.

      Hapus
  6. tria novianti 2021 111 164
    assalammualaikum
    saya mau tanya apakah akan ada pertanggung jawaban bila kita menyalah gunakan panca indera kita??
    makasaih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. menyalahgunakan panca indera berati sama dengan tidak menggunakan panca indera yang dimilikinya dengan baik. padahal Allah mempunyai maksud tersendiri dalam setiap ciptaan-Nya, Allah berfirman dalam surat al A'raf ayat 179 yang artinya "Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai." selain itu juga dalam surat al Isra' ayat 36 "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."
      dari kedua firman Allah tersebut menerangkan bahwa apabila kita menyalahgunakan panca indera berarti kita termasuk orang-orang yang lalai, karena sesungguhnya semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.

      Hapus
  7. 2021 111 127

    assalamu'alaikum,,
    apakah dengan mata ini kita tersadarkan bahwa dibalik penciptaan bumi yg sedemikian indah, dibalik mengembangnya alam semesta hingga ke angkasa, ada kebesaran Tuhan yg bekerja di sana? Lalu apakah lidah kita sudah dipakai untuk menyebut nama-Nya pagi dan petang, untuk menahan diri dari membicarakan aib orang lain, untuk berkata hanya hal-hal yg berguna atau lebih baik diam?
    Belum lagi jika kita bicara alat gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Kemana saja kaki kita melangkah setiap hari? Apa sudah dipakai untuk niat menggapai ridho-Nya atau hanya sekedar mengikuti naluri kaki melangkah? Apa saja yg sudah dilakukan tangan kita sehari-hari? Apa tangan ini sudah dipakai untuk memegang kitab-Nya setiap hari dan kemudian mempelajarinya, bersedekah dalam keadaan lapang dan sempit, menyentuh hal-hal yg baik, dan mengarahkan penggunaan tangan untuk membantu sesama?
    nah dari itu semua bagaimna cranya kita untuk menyempurnkan pemanfaatan panca indera kita agar sesuai dengan jalan allah??
    wassalamu'alaikum....

    BalasHapus
    Balasan
    1. panca indera merupakan salah satu hal yang akan menjadi pertanggungjawaban hidup kita kelak setelah datangnya hari akhir. nah Panca indera tersebut yang harus dipertanggung jawabkan setiap orang di hadapan Allah adalah soal penggunaan anggota badan; kaki ke mana berjalan, tangan apa yang dikerjakan, mata apa yang dilihat, telinga apa yang didengar, lisan apa yang diucapkan dan begitulah seterusnya. Bila seseorang tidak mampu memanfaatkan anggota badan untuk sesuatu yang benar menurut Allah SWT, bisa jadi ia akan terperosok ke derajat yang rendah, bahkan lebih rendah dari derajat binatang.
      Oleh karena itu seluruh anggota badan harus terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah sehingga manusia dapat menggunakan anggota badannya sesuai dengan kehendak Allah, dalam rangka beribadah dan taat kepada-Nya. dengan demikian kita senantiasa mengisi hidup ini hanya dengan ibadah kepada Allah sebagai misi utama hidup kita di dunia ini.


      Hapus
  8. Assalamu,alaikum mbak ina..
    saya mau bertanya, bagaimanakah caranya, supaya panca indra khususnya mata dan telinga bisa selalu mengingat hadits diatas, hehee
    dalam arti selalu ingat bahwa semua yang kita miliki itu akan dipertanggung jawabkan nantinya kepada ALLAH, karena sudah banyak sekarang wanita-wanita yang tidak menutup aurat, dan mata lelaki malah selalu memperhatikannya
    padahal sudah tau, bahwa itu adalah dosa, begitu juga dengan wanita, selalu mendengar orang yang menggunjing temannya sendiri, padahal itu juga tidak boleh
    nha.. bagaimana caranya supaya kita tidak selalu berdosa setiap hari, atau meminimalisirlah.. hehe

    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara kita meminimalisir agar tidak selalu berdosa setiap hari yaitu dengan menggunakan panca indera kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti halnya mata digunakan untuk membaca, memahami dan mempelajari petunjuk-petunjuk ALLAH baik yang ada di Al Qur’an maupun yang ada di alam. selain itu apabila sedang dibacakan Al Qur'an, maka telinga yang kita miliki difungsikan untuk mendengarkannya baik-baik, dan memperhatikannya dengan tenang agar kita mendapatkan rahmat dari-Nya.

      Hapus
  9. Assalamu'alaikum Wr.Wb
    Nur Hayati Isni
    2021 111 079
    Sedikit mengutip inti dari hadits ke II agar kita senantiasa bersyukur atas karunia Allah SWT yang dalam hal ini mengenai panca indera dan memanfaatkannya sebaik mungkin selama hidup di dunia ini untuk bekal setelah hari kiamat tiba, menurut pemakalah, jika ada seseorang yang memasang sejenis tindik namun dibagian lidah ataupun telinga nah yang semacam itu apakah nantinya seorang itu akan dimintai pertanggung jawaban atas perilakunya? dan yang seperti itu menurut tanggapan pemakalah bagaimana bolehkah atau tidak?
    matursuwun.
    mohon penjelasannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut ajaran Islam, tubuh kita (termasuk seluruh bagiannya) adalah amanah dari Allah SWT yang dianugerahkan kepada kita dimana kita diminta untuk melindungi dan merawat dengan segenap kemampuan kita. Konsekuensinya adalah kita tidak diperbolehkan untuk merubahnya atau merusaknya dengan sesuatu yang tidak perlu; kita hanya diperbolehkan untuk turut campur dengan tubuh kita manakala ketika kita memperbaiki cacat alami yang diderita atau memperbaiki/menyembuhkan oleh sebab suatu penyakit.
      dengan demikian, menindik termasuk dalam kategori kepada kegiatan campur tangan yang tidak perlu, merubah dan merusak ciptaan Allah SWT. kecuali bagi perempuan. Ibnu Abidin rahimahullah berkata, "Menindik telinga untuk memakai anting merupakan perhiasan wanita, maka tidak dihalalkan bagi laki-laki." (Raddul Muhtar, 6/420). sedangkan diharamkan bagi orang laki-laki melakukan tindik untuk memakai perhiasan di bagian tubuh mana saja. Karena perbuatan ini menyerupai wanita.
      Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dia berkata, "Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. Beliau berkata, "Keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian." (HR. Bukhari, no. 5885).
      perilaku yang dilakukan manusia selama hidupnya pasti akan dimintai pertanggungjawabannya, termasuk juga perilaku dalam memasang tindik.

      Hapus
  10. Nur Fitriyani 2021 111 143

    apakah di akhirat nanti pertanggungjawaban semua indera itu sama antara mata, lisan, telinga ataukah berbeda?? mohon jelaskan!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. pertanggungjawaban panca indera kita di akhirat nanti tentunya berbeda-beda sesuai dengan fungsinya, karena masing-masing dari panca indera yang kita miliki mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. masing-masing panca indera tersebut nantinya akan menjadi saksi dari apa yang kita perbuat selama hidup di dunia. misalnya mata akan bersaksi atas apa yang kita lihat atau digunakan untuk apa saja mata kita ini selama hidup di dunia..

      Hapus
  11. Muh. mertojoyo (2021 111 155)

    Apakah panca indera manusia saja yang akan ditanya diakhirat? kan hewan, jin dll juga termasuk makhluk Allah. jelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya iya, karena jin sudah pasti nantinya akan menempati neraka bersama manusia yang banyak melanggar perintah Allah, sedangkan untuk hewan dan ciptaan Allah lainnya selain manusia kelak setelah hari kiamat tiba hanya akan melebur begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban

      Hapus
  12. Moh. Nasoikhul Ibad (2021 111 178)

    jika seseorang yang dari lahirnya sudah mengalami tuna netra, apakah diakhirat matanya akan dipertanggungjawabkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari yang saya ketahui, misalkan ada orang yang sehat fisiknya kemudian cacat, nantinya yang akan dihitung amalnya atau yang dipertanggungjawabkan adalah dimana saat dia dalam keadaan sehat. atau contoh lain ada orang yang sehat kemudian menjadi hilang akalnya (stress), berati yang akan dipertanggungjawabkan adalah amalan selama dia sehat (sebelum stress). nah pertanyaan anda jika dari lahir sudah mengalami tuna netra (cacat), berarti nantinya tidak ada pertanggungjawabannya, kecuali kalau dikemudian hari dia diobati/dioperasi dan sembuh, berarti yang akan dimintai pertanggungjawabannya adalah amalan setelah dia sembuh.
      itu hanya pendapat saya saja, mohon maaf kalau ada kesalahan.hehe terimakasih atas pertanyaanya

      Hapus
  13. Assalamu 'alaikum....
    saat dia akhirat nanti semua panca indera pasti akan di mintai pertanggung jawaban, nah... jika orang yang pada dasarnya itu ingin menggunakan inderanya untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, namun kondisi dan situasi mengancamnya sehingga untuk mempertahankan dirinya bebas dari ancaman harus menuntut dia menggunakan inderanya untuk perbuatan maksiat dan merugikan dirinya serta orang lain,,,,,
    pertanyaannya, bagaimana pertanggung jawabannya kelak, sedang yang dia lakukan atas inderanya bukan semata-mata kehendak nuraninya... ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam Wr. Wb

      seseorang yang terpaksa melakukan hal maksiat karena adanya kondisi ataupun situasi yang akan mengancam dirinya merupakan perbuatan yang dimaklumi oleh Allah. hal yang baik belum tentu bermanfaat, adakalanya kita terpaksa menggunakan panca indera kita untuk berbuat maksiat untuk mempertahankan dirinya bebas dari ancaman. dalam bertindak kita juga perlu untuk mempertimbangkan dampak atau efek dari tindakan yang kita perbuat, apabila akan lebih banyak menimbulkan madharatnya atau bahayanya maka lebih baik jangan dilakukan. menyangkut permasalahan bagaimana pertanggungjawabannya kelak, dalam hal ini Allah maha mengetahui apa yang dilakukan umat-Nya.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  14. Assalamu'alaikum
    mengenai pertanggung jawaban panca indra, ada hal yang saya ingin tanyakan, apabila seseorang laki-laki, memiliki panca indra yang digunakan untuk mempelajari ilmu tentang kedokteran sepesialis kandungan, nah.. disisi lain secara otomatis semua praktek didalamnya/ pasiennya adalah mengenai perempuan, maka hal itu akan menjadikan dokter tersebut melihat auratnya wanita... teruz bagaimana pendapat anda tentang pertanggung jawaban panca indranya mengenai hal tersebut...?
    terimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam...
      menurut saya, hal tersebut tidaklah masalah. orang itu justru telah benar karena dapat memanfaatkan panca indera yang dimilikinya untuk mencari ilmu. sesuai dengan surat an Nahl ayat 78 "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." Ayat ini menunjukkan bahwa panca indra memiliki peranan besar dalam memperoleh ilmu pengetahuan, khususnya pendengaran dan penglihatan.
      Ar-Razi menafsiri ayat tersebut sebagai berikut:
      ثم قال تعالى: { وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة } والمعنى: أن النفس الإنسانية لما كانت في أول الخلقة خالية عن المعارف والعلوم بالله، فالله أعطاه هذه الحواس ليستفيد بها المعارف والعلوم
      Sesungguhnya jiwa manusia pada permulaan penciptaan, kosong dari
      pengetahuan dan ilmu tentang Allah; kemudian Allah memberikan
      panca indra ini untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu.
      mengenai pertanggungjawaban panca indera yang berprofesi sebagai dokter tersebut, hal itu dilakukan atas keprofesionalan terhadap pekerjaan yang dijalaninya, memang laki-laki tidak boleh melihat aurat wanita, tetapi dari awal kita harus diniati bahwa panca indera yang dimilikinya tersebut akan digunakan untuk hal yang baik (dokter dapat dikatakan sebagai menolong orang). intinya semua kembali lagi pada niatnya.
      terimakasih..

      Hapus
  15. bagaimana terhadap orang yang normal , apakah nantinyan juga akan dimintai pertanggung jawaban selayaknya orang yang norma ? trimaksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin maksud anda orang yang tidak normal, apakah akan diminta pertanggungjawabannya seperti orang yang normal.
      begini mbak, orang yang tidak normal sama dengan orang yang cacat. menurut saya, Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada manusia sesuai dengan apa yang diperbuatnya. nah,, kalau orang tersebut tidak normal, berarti panca indera yang dimilikinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka apa yang harus dipertanggungjawabkan saya rasa tidak ada. jadi akan ada perbedaan antara pertanggungjawaban bagi orang yang normal dengan orang yang tidak normal.

      Hapus
  16. 2021 111 142

    assalamu'alaikum ...
    menurut pemakalah bagaimana caranya untuk mnyeimbangkan antara penglihatan, ucapan, pendengaran dan hati kita agar ketiganya dapat dioptimalkan untuk bekerja ke hal-hal yang lebih bermanfaat dan pertanggungjawabn panca indra yang paling utama di tanyakan pertama apa mbak... mohon penjelasannya,,
    terima kasih ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya, agar panca indera dapat dioptimalkan untuk bekerja ke hal-hal yang lebih bermanfaat bisa dengan cara diseimbangkan dengan hati, karena hati merupakan pusat dari segala perbuatan manusia. hatilah yang mengatur dan menentukan gerak panca indera tersebut.
      dan mengenai pertanggungjawaban panca indera yang paling utama di tanyakan pertama mungkin mata, karena mata yang melihat segala sesuatu yang ada, sedangkan indera yang lainnya akan bergerak sesuai dengan apa yang kita lihat

      Hapus
  17. jika kta punya panca indra untuk maksiat baik dari faktor intern maupun eksteren bagaimana hukum kalau kita melukai panca indra kita sendiri dikarenakan agar aman dari perbuatan yang tercela

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya, melukai panca indera kita sendiri itu tidak boleh meskipun dengan alasan agar aman dari perbuatan tercela. menyiksa/melukai bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Tindakan menyiksa diri bukanlah sebuah solusi, malah membuat kita semakin menderita dan sakit. seperti halnya tidak diperbolehkannya tatto atau tindik karena hal tersebut termasuk menyiksa diri sendiri.

      Hapus
  18. bagaimana jika ada orang menggunakan tangannya untuk mencuri atau sejenisnya, tapi hal itu dilakukan semata-mata untuk membantu orang yang tidak punya?
    trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya tetap tidak boleh meski dengan alasan apapun, karena mencuri itu haram hukumnya dan merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh agama. Nantinya tangan yang digunakan untuk mencuri akan dimintai pertanggungjawabannya untuk menjadi saksi di akhirat kelak. Jadi walaupun mencuri dilakukan semata-mata untuk membantu orang yang tidak punya, tetap saja tidak diperbolehkan. Sebab barang yang diberikan meskipun aslinya halal menjadi haram karena barang tersebut diperoleh dari hasil dari curian.

      Hapus
  19. yang dimaksud dengan pertanggung jawaban panca indra dalam hadits di atas itu seperti apa??? apa hanya sekedar memberikan persakaian saja ataukah pertanggung jawaban untuk menerima balasan atas apa yang telah diperbuat????

    BalasHapus
    Balasan
    1. maksud dari pertanggungjawaban disini adalah panca indera yang kita miliki itu akan dijadikan saksi atas apa yang telah manusia kerjakan selama hidupnya. Allah berfirman dalam QS. Fushshilat ayat 20 "Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan."
      Diungkapkan tentang pendengaran dan penglihatan karena semuanya adalah indera yang memiliki kemampuan mendeteksi. sehingga Allah menjadikan semua itu pihak yang bertanggungjawab.

      Hapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus