Laman

Rabu, 20 Maret 2013

f6-2 nafrotul izza: Makhluk Metafisik : Malaikat......



MAKHLUK METAFISIKA

MAKALAH
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas

               Mata Kuliah                             : Hadist Tarbawi II
             Dosen Pengampu                         : M. Ghufron, M.SI










Disusun Oleh :

Kelas F
NAFROTUL IZZA
2021 111 245

TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013


PENDAHULUAN


Dalam suatu hadits diriwatkan bahwa; “ barang siapa yang berdzikir kepada- Ku dalam dirinya, niscaya Aku akan mengingatnya dalam diri- Ku. Dan barang siapa dzikir kepada- Ku dalam segala hal, niscaya aku akan mengingatnya dengan lebih banyak dan lebih baik”. Dalam hadits tersebut terdapat dorongan dan motivasi untuk selalu berdzikir kepada Allah. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaran-Nya, sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takkabur.
Untuk itu dimakalah ini akan membahas tentang hadits keutamaan majelis dzikir, do’a dan istighfar yang merupakan salah satu kebutuhan makhluk metafisika. Metafisika adalah ilmu yang membahas tentang hakekat sesuatu dan masalah imateri yang tidak dapat ditangkap indera. Sedangkan makhluk metafisika adalah pemenuhan kebutuhan jiwa, ruh dan hati, tidak hanya pemenuhan kebutuhan materi semata.




















PEMBAHASAN
A.   Materi Hadits

29- عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: { إن لله تبارك وتعالى ملا ئكة سيارة فضلا يتتبعون مجالس الذكر فإذا وجدوا مجلسا فيه ذكرقعدوا معهم وحف بعضهم بعضا بأجنحتهم حتى يملئوا ما بينهم وبين السماء الدنيا فإذا تفرقوا عرجوا وصعدوا إلى السماء قال فيسألهم الله عز و جل وهو أعلم بهم من أين جئتم فيقولون جئنا من عند عباد لك فى الأرض يسبحونك ويكبرونك ويهللونك ويحمدونك ويسئلونك.قال وما ذا يسألونى قالوا يسألونك جنتك قال وهل رأوا جنتى قالوا لا أي رب قال فكيف لورأوا جنتي قالوا ويستجيرونك قال مم يستجيرونني قالوا من نارك يارب قال وهل رأوا ناري قالوا لا قال فكيف لورأوا ناري قالوا ويستغفرونك قال فيقول قدغفرت لهم فأعطيتهم ما سألوا وأجرتهم مما استجاروا قال فيقولون رب فيهم فلان عبد خطاء إنما مرفجلس معهم قال فيقول وله غقرت هم القوم لا يشقى بهم جليسهم }.  (رواه مسلم فى الصحيح، كتاب الذكروالدعاء والتوبة والإستغفار، باب فضل مجالس الذكر)

B.     Terjemah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, daru nabi SAW : beliau bersabda, “sesungguhnya Allah Tabaraka wata’ala mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas berkeliling mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka telah mendapatkan suatu majlis zikir, malaikat-malaikat duduk bersama mereka dan menaungi sama lainya dengan sayap- sayap mereka sampai memenuhi ruang antara mereka dengan langit dunia ini. Setelah majelis itu bubar, malaikat-malaikat itu kembali lagi naik keatas langit.”Sabda beliau,’’lalu Allah bertanya kepada malaikat-malaikat itu, sedangkan Dia lebih mengetahui dari pada mereka, ‘Dari manakah kalian datang?’ mereka menjawab, ‘kami datang dari majelis hamba-hamba Engkau dibumi, yang bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid,dan memohon kepada Engkau.Tanya Allah, ‘Mereka memohon apa kepada-Ku?’ Jawab malaikat, ‘Mereka memohon surga kepada Engkau.’ Tanya Allah, ‘Apakah mereka telah melihat surga-Ku?’ Jawab malaikat, ‘Belum, wahai Tuhanku.’ Allah berfirman, ‘Bagaimanakah kiranya kalau mereka telah surga-Ku?’ Malaikat itu berkata lagi, ‘Mereka memohon perlindungan kepada Engkau.’Tanya Allah, ’Dari apakah mereka memohon perlindungan kepada-Ku?’ Jawab mereka, ‘Mereka memohon perlindungan-Mu dari api neraka-Mu wahai Tuhanku, ‘Tanya Allah, ’Apakah mereka telah melihat api neraka-Ku?’ Jawab malaikat, ’Belum. ’Tanya Allah, ’Bagaimanakah kiranya kalau mereka telah melihat api neraka-Ku?’ Malaikat itu berkata lagi, ’Mereka juga memohon ampunan kepada Engkau.’ Firman Allah, ’Aku telah mengampuni mereka, Aku telah memberi mereka apa yang mereka minta, dan Aku telah melindungi mereka dari api neraka,” Sabda beliau,” Kemudian malaikat-malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, didalam majelis itu ada si fulan, yaitu seorang hamba yang penuh dosa. Dia hanya lewat, lalu bertemu dengan majelis dzikir itu, kemudian dia duduk bersama mereka.” Sabda beliau, “Lalu Allah berfirman,’Aku telah mengampuni dosanya, mereka adalah orang-orang yang teman duduk mereka itu tidak akan ada yang celaka.”[1] (HR. Muslim)

C.     Mufrodat.
اندنسي
عربي
Mereka telah mendapatkan
وجدوا
Mengelilingi atau menaungi
حف
Sayap-sayap
اجنحت
Mereka memenuhi ruang
يملؤوا
Naik
وصعدوا
Mengampuni
غفرت
Memberi
واعطيت
Penuh dosa
خطاء
Lewat
مر
Tidak celaka
لايشقى


D.     Biografi.
1)   Abu Hurairah.
Abu Hurairah ialah Abdur Rahman ibnu Sakhr (Abdulah ibn Sakhr) Ad-Dausy at-Tamimy. Beliau lahir pada tahun 21 sebelum Hijriyah tahun 602 M. Pada masa Jahiliyah, sebelum beliau masuk Islam, namanya Abu Syamsi. Beliau Masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah, ketika perang Khaibar sedang berkecamuk. Abu hurairah langsung terjun ke dalam perang tersebut. Setelah beliau memeluk Islam, beliau diberi nama oleh Nabi SAW dengan Abdur Rahman atau Abdullah, ibunya yang bernama Maimunah ia juga memeluk islam berkat seruan Nabi SAW.
Abu Hurairah adalah seorang di antara Muhajirin yang miskin, Ia termasuk salah seorang Ahlush Shuffah, yaitu sahabat yang tinggal di Madinah. Beliau tidak punya rumah untuk tinggal, tidak punya tanah untuk bercocok tanam, tidak punya barang dagangan untuk dijual. walaupun demikian beliau tegar dalam menghadapi hudup dan sanggup menerima SAW secara baik bahkan beliau orang yang paling banyak menghafal dan meriwayatkan hadits-hadits.
Iman Syafi’i pernah berkata: “Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak menghafal hadits bila dibandingi dengan perawi-perawi di masanya.”
Menurut pentahqikan Baqy ibn Makhlad, seperti yang dikutip oleh Ibn Dausy, beliau meriwayatkan hadits sejumlah 5374 hadist, sedangkan menurut al-Kirmany 5364. Dari jumlah tersebut 325 hadits disepakati oleh Bukhari dan Muslim. Bukhari sendiri meriwayatkan hadits sejumlah 93 hadits dan Muslim sendiri sejumlah 189 hadits. Beliau meriwayatkan hadist dari Nabi sendiri dan dari sahabat diantaranya Islah Abu Bakar, Umar, al Fadel ibn Abbas ibn Abdil Munththalib, Ubay ibn Ka’ab, Usamah ibn Zaid, ‘Aisyah.
Abu Hurairah pernah menjadi gubernur Madinah, dan  pada masa pemerintahan Umar, beliau diangkat menjadi gubernur di Bahrain, kemudian beliau diberhentikan. Beliau wafat pada tahun 59 H/ 679 M di Madinah[2].
2)   Imam Muslim.
Imam Muslim ialah Abu Husain Muslim ibn Al Hajjaj ibn Muslim Al Quraisy An Naisbury, beliau termasuk salah seorang Imam hadist yang terkemuka. Beliau dilahirkn pada tahun 206 H dan wafat di Naisabury pada tahun 261 H.
 Beliau melawat ke Hijaz, Irak, Syiria, dan Mesir untuk mempelajari hadist dari ulama- ulama hadist. Hadist-hadistnya diriwayatkan oleh ulama-ulama Baghdad yang sering beliau datangi, yakni At-Turmudzy, Yahya ibn Said, Muhammad ibn Makhlad, Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah, Muhammad ibn Abdul Wahab al Farra, Ahmad ibn Salamah, Abu Awanah, Ya’qub ibn Ishaq al al-Isfarayiny.
Abu ‘Ali an- Naisabury berkata; “tak ada dibawah kolong langit ini, kitab yang lebih shahih dari kitab Muslim dalam ilmu hadits”.
Para ulama berkata “Kitab Muslim adalah kitab yang kedua sesudah Al- Bukhori dan tidak ada seorangpun yang menyamai Al-Buhkori dalam mengeritik sanad- sanad hadits dan perawi- perawinya selain dari Muslim”.
Muhammad al-Masarjasy berkata; “saya mendengar Muslim berkata, musnad shahih ini saya sarikan dari 300.000 hadist”. Diriwayatkan dari muslim bahwa shahihnya berisi 7275 hadist[3].
E.     Keterangan Hadits.
Ibnu al- Atsir mengatakan dalam kitab an- Nihayah Kata (فضلا) yakni tambahan dari kalangan para Malaikat yang ditugaskan bersama para mahluk. Diriwayatkan dengan sukun pada dhaadh dan juga dhammah, sebagian mereka mengatakan bahwa mayoritas dengan sukun dan itu lebih benar. An- Nawawi mengatakan; “ mereka mencantumkan kata (فضلا) dengan beragam: pertama, yang paling kuat ialah dengan dhammah pada fa’dan dhaad (فضلا). Kedua, dengan dhammah pada fa’ dan sukun pada dhaad (فضلا ), ini yang diklaim oleh sebagian mereka sebagai yang paling banyak dan paling benar. Ketiga, dengan fathah pada fa’ dan sukun pada dhaad( فضلا), al- Qadhi Iyadh mengatakan; “demikian riwayat mayoritas guru kami dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Keempat, dengan dhammah pada fa’ dan dhaad seperti yang pertama namun dengan rafa’ pada lam (فضل)sebagai predikat dari Inna. Kelima, Fudhalaa’(ء فضلا), jamak dari faadhilu (فضل). Menurut para ulama, makna berdasarkan semua riwayat, bahwa mereka adalah para malaikat tambahan dari para malaikat menjaga dan lainnya yang ditugaskan kepada para mahluk, tidak ada tugas yang lain bagi mereka kecuali untuk kelompok- kelompok dzikir. Mereka adalah para malaikat tanpa tugas. Tugas mereka adalah (mencari) halaqoh-halaqoh (majelis-majelis) dzikir[4].
Kata (حَفَّ) : demikian yang banyak terdapat di redaksi hadits di negeri kami dengan kata (حفّ) (mengelilingi). Ada juga di sebagian redaksi ditulis dengan kata (حضَّ) (menganjurkan untuk hadir dan mendengarkan), sedangkan imam Al-Qadhi menceritakan dari sebagian perawinya dengan kata (حَطَّ) (turun), kata inilah yang dipilih beliau, menurut beliau artinya adalah memberi isyarat kepada sebagian mereka untuk turun.
فيسألهم الله عز و جل وهو أعلم منهم (Kemudian Tuhan mereka bertanya kepada mereka- dan Dia lebih tahu dari pada mereka). Dalam riwayatan al- Kasymihani disebutkan dengan kata (lebih mengetahui tentang mereka), demikian juga al- Ismaili. Suhaili menambahkan dalam riwayatnya فى الأرض من أين جئتم فيقولون جئنا من عند عباد لك(dari mana kalian? Para Malaikat menjawab, “kami datang dari sisi para hamba- Mu dibumi”. Dalam riwayat at- Tirmidzi disebutkan(“ lalu Allah bertanya; ‘sedang apa para hamba- Ku ketika kalian meninggalkan mereka?), para Malaikat menjawab: يسبحونك ويكبرونك ويحمدونك (Mereka menyucikan-Mu [bertasbih], membesarkan- Mu [bertakbir], memuji- Mu [bertahmid])[5]. Karena sesungguhnya keimanan dan kebenaran dari keyakinan seseorang muslim itu akan menjadikan dirinya selalu ingat kepada Tuhannya dalam setiap waktu dan keadaan[6].
Redaksi هم القوم (Mereka adalah kelompok), disebutkan ال yang disebut kesempurnaan. Demikian juga لا يشقى بهم جليسهم (bersama mereka tidak akan menderita teman duduk mereka). Ini adalah redaksi kalimat permulaan untuk menerangkan konsekuensi dari kondisi mereka sebagai orang- orang sempurna[7].
Jadi Hadits diatas menerangkan tentang keutamaan majelis-majelis dzikir, walaupun salah satu pengunjungnya ada yang bukan ahli majelis tersebut. (misalnya mengunjungi majelis hanya mencari makan, dia berhak mendapatkan pengampunan karena berkah majelis tersebut dan orang-orang shalih di dalamnya). Dan juga menerangkan keutamaan duduk bersama orang-orang shalih dan menyucikan (menghormati) mereka. Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan ampunan kepada orang- orang yang menghadiri majelis orang- orang berdzikir sekalipun kedatangannya ketempat tersebut untuk kepentingan pribadi, bukan berniat untuk berdzikir bersama- sama mereka. Karena hanya dengan menghadiri majelis dzikir sebenarnya bisa menghidupkan hati yang mati. Pada waktu itu Malaikat menyaksikan sendiri bahwa Bani Adam juga menyucikan Allah dan memuliakan-Nya ketika dalam kesunyian[8].
Yang dimaksud dengan dzikir disini adalah mengucapkan kalimat-kalimat yang dianjurkan dan memperbanyaknya. Dzikir kepada Allah juga berarti menjaga pelaksanaan amalan yang diwajibkan atau dianjurkan, seperti membaca Al Quran, membaca hadits, mengkaji ilmu, shalat sunnah. Dzikir kadang dilakukan dengan lisan, dan yang mengucapkannya mendapat pahala. Dalam hal ini tidak disyaratkan menghadirkan maknanya, tapi disyaratkan agar tidak memaksudkan selain maknanya. Bila dzikir disertai dengan hati, maka akan lebih sempurna dan bila ditambah lagi dengan menghadirkan maknanya beserta semua yang terkandung didalamnya berupa pengagungan Allah dan penafian segala kekurangan dari-Nya, maka akan lebih sempurna lagi. Jika dzikir itu dilakukan ketika sedang melakukan amal shalih, sekalipun amal shalih itu diwajibkan, yaitu berupa shalat, jihad dan sebagainya, maka akan lebih sempurna lagi. Jika hal itu dilakukan dengan benar-benar dan ikhlas karena Allah, maka itulah kesempurnaannya yang tertinggi.
Seorang ahli ma’rifah mengatakan,”Dzikir ada tujuh macam: Dzikir kedua mata adalah dengan menangis, dzikir kedua telinga adalah dengan mendengarkan secara seksama, dzikir lisan adalah dengan pujian, dzikir kedua tangan adalah dengan memberi, dzikir badan adalah dengan memenuhi janji, dzikir hati adalah dengan takut dan cemas dan dzikir ruh adalah dengan kepasrahan dan kerelaan[9].
Sedangkan yang dimaksud dengan majelis-majelis dzikir adalah yang mencangkup dzikir kepada Allah dengan berbagai macam dzikir, yaitu berupa tasbih, takbir dan sebagainya, dan juga membaca kitab Allah, serta berdoa memohon kebaikan dunia dan akhirat. Adapun tentang cakupannya terhadap membaca hadits, mengkaji ilmu syar’i dan menghafalkannya,dan serupanya serta membaca Al Quran membaca hadits, mengkaji dan mendalami ilmu syar’i juga termasuk kategori yang disebut dzikir kepada Allah[10].

F.      Aspek Terbawi.
a)    Hadits ini menunjukkan keutamaan majlis- majlis dzikir dan orang- orang yang berdzikir, keutamaan berkumpul untuk berdzikir, dan bahwa teman mereka tidak terpisahkan dari mereka dalam mendapatkan segala yang dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagai bentuk permuliaan Allah terhadap mereka, walaupun ada teman duduk mereka yang tidak ikut berdzikir.
b)   Hadits ini menunjukkan bahwa kecintaan para malaikat kepada manusia serta kepeduliaan mereka kepada manusia.
c)    Hadits ini juga menunjukkan bahwa yang bertanya itu lebih mengetahui daripada yang ditanya, karena hal ini  menunjukkan penghormatan kepada yang ditanya, yakni mengingatkan akan kekuasaan- Nya dan kemuliaan kedudukan- Nya.
d)   Suatu pendapat yang menyebutkan bahwa pertanyaan Allah kepada para malaikat mengenai ahli dzikir mengisyaratkan pada Firman- Nya dalam Qs. Al Baqarah: 29. Dan seolah- olah Allah mengatakan;             “ lihatlah apa yang mereka lakukan, yakni berupa tasbih dan taqdis, walaupun mereka diliputi oleh syahwat dan godaan- godaan syaithan. Bagaimana mereka mengatasinya dengan membaca tasbih dan taqdis serta membanggakan kalian”.
e)    Dan hadist ini juga menunjukkan kedustaan orang- orang kafir yang mengatakan bahwa dia dapat melihat Allah secara nyata sewaktu di dunia[11].

















PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dzikir kepada Allah dalam hadits tersebut adalah dzikir yang sempurna, yaitu dzikir lisan dan hati, serta memikirkan maknanya dan menghadirkan keagungan Allah. Orang yang berdzikir seperti itu lebih utama daripada orang yang memerangi orang kafir –misalnya- tanpa berdzikir. Karena sesungguhnya keimanan seorang muslim dan kebenaran dari keyakinannya akan menjadikan dirinya selalu ingat kepada Tuhannya dalam setiap waktu dan keadaaan.
Sedangkan tentang keutamaan majelis-majelis dzikir itu sendiri, walaupun salah satu pengunjungnya ada yang bukan ahli majelis tersebut. (misalnya mengunjungi majelis hanya mencari makan, dia berhak mendapatkan pengampunan karena berkah majelis tersebut dan orang-orang shalih di dalamnya). Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan ampunan kepada orang- orang yang menghadiri majelis orang- orang berdzikir sekalipun kedatangannya ketempat tersebut untuk kepentingan pribadi, bukan berniat untuk berdzikir bersama- sama mereka. Karena hanya dengan menghadiri majelis dzikir sebenarnya bisa menghidupkan hati yang mati. Pada waktu itu Malaikat menyaksikan sendiri bahwa Bani Adam juga menyucikan Allah dan memuliakan-Nya ketika dalam kesunyian.








DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin dan Amir Hamzah. 2009. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari, Buku 30. Jakarta: Pustaka Azzam.
 Ariyanti, Dewi. 2008.  Mutiara Hadits Qudsi (terjemahan Fi al- Ahadits al- Qudsiyyah karya; Ahmad Abduh Iwadh). Bandung: PT Mizan Pustaka.
Djamaludin, Shinqithy dan Mochtar Zoerni. 2002. Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Penerbit Mizan.
Djunaedi, Wawan  Soffandi. 2007.  Syarah Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam.
 Muhammad, Tengku Hasby ash Shiddieqy. 1997. Sejarah & Pengantar ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.



[1] Shinqithy Djamaludin dan Mochtar Zoerni, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung: Penerbit Mizan, 2002)  Hlm. 1089-1090
[2] Tengku Muhammad Hasby ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar ilmu Hadits, (Semarang: PT.    Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm.254-255
[3] Ibid, hlm. 206-207.
[4] Amiruddin dkk, Fathul Baari Syarah Shahih Muslim 30: Al- Imam Al Hafizh  Ibnu Hajjar al- Asqalani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 720- 721.
[5] Ibid, hlm.723
[6] Dewi Ariyanti, Mutiara Hadits Qudsi (terjemahan Fi al- Ahadits al- Qudsiyyah karya; Ahmad Abduh Iwadh), (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), hlm.235.
[7] Amiruddin dan Amir Hamzah, Op. Cit, hlm. 726- 727.
[8] Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 28.
[9] Ibid, hlm. 714
[10] Amiruddin dan Amir Hamzah, Op. Cit, hlm. 724.
[11] Amiruddin dkk, Op. Cit, hlm. 28.

15 komentar:

  1. mustaqimah
    2021 111 252
    kelas F

    assalamualaikum....
    dalam makalah telah dijelaskan tentang dzikir, dan ada macam- macam dzikir yang telah disebutkan. yang saya tanyakan, bagaimana si kita mengoptimalkan fungsi masing- masing dzikir tersebut? sementara gangguan- gangguan itu pasti ada dan mungkin banyak,
    tolong di jelaskan,
    terimakasih

    wassalamu'alaikum....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam wr.wb...
      sebelumnya terima kasih atas pertanyaanny
      menurut saya cara kita agar bisa mengoptimalkan yakni dimulai dari hal- hal yang kecil yang dimana kita biasakan dalam kegiatan apapun kita usahakan selalu mengingat kepada Allah karena Berdzikir mengingat Allah merupakan masalah utama dan sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Orang yang meremehkan dan melalaikan masalah dzikir(mengingat Allah), maka Allahpun akan melupakannya dan membiarkannya bergelimang dalam kesulitan dan berbagai kerumitan hidup didunia maupun akhirat. Sebaliknya orang yang selalu ingat padaNya dan tidak pernah lupa berdzikir mengingat Allah maka Allah akan memperhatikan semua hajat kebutuhannya dan melapangkan hidupnya didunia maupun akhirat.
      Agar kita bisa mengoptimalkan fungsi masing- masing dzikir yang mana diantaranya Pertama berdzikir dengan lidah atau lisan,yakni
      Dzikir dengan lisan dilakukan dengan banyak menyebut dan mengagungkan nama Allah dengan ucapan lisan sebagaimana disebutkan dalam surat Al Isra ayat 110 :
      "Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
      Kegiatan dzikir dengan lisan ini bisa dilakukan seorang diri atau berjamaah. Misalnya duduk berdzikir membaca tahmid, tasbih, tahlil , asmaulhusna atau membaca Qur’an seorang diri . Bisa juga membaca tahlil, tahmid, tasbih atau asmaulhusna secara berjamaah. Membaca kalimat takbir ketika hari Raya idhul fitri atau idhul adha termasuk pada kegiatan dzikir berjamaah.
      kedua berdzikir (mengingat Allah)dengan aggota tubuh dilakukan dengan berdiri , duduk atau berbaring , sebagaiman disebutkan dalam surat An Nisa ayat 103:"Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring".
      dalam Pelaksanaan shalat termasuk dzikir dengan anggota tubuh. Dzikir dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh untuk berdiri, rukuk, sujud , berjalan atau berlari . Ketika berdiri , rukuk atau sujud diringi dengan membaca doa , ayat Qur’an atau kalimat dzikir yang merupakan pujian atau mengagungkan nama Allah.Shalat merupakan pelaksanaan dzikir dengan seluruh anggota tubuh sebagaiman disebutkan dalam surat Thaha 14: "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku"
      Dalam shalat kita menggerakan anggota tubuh melakukan gerakan rukuk, sujud duduk, dan berdiri sambil membaca doa dan ayat Qur’an.
      ketiga Dzikir didalam hati atau fikiran, merupakan dzikir bathin yang tidak dapat diamati secara fisik. Kegiatan ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja ketika berdiri duduk dan berbaring tanpa diketahui oleh orang lain. Dzikir dengan fikiran disebutkan dalam surat Ali Imran 190-191. Pelaksanaan dzikir dengan hati atau qolbu disebutkan dalam surat al A’Raaf ayat 205;"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai".
      Dzikir bathin ini umumnya dilakukan seorang diri , karena kegiatannya tidak bisa diikuti atau diamati oleh orang lain. Duduk tafakur seorang diri atau I’tikaf di masjid termasuk kedalam kegiatan ini.
      Usahakan dalam kegiatan sehari hari kita tetap melaksanakan berbagai kegiatan dzikir seperti tersebut diatas . Insya Allah dengan kita memperbanyak berdzikir dan senantiasa ingat pada Allah hidup kita akan menjadi aman , nyaman dan mudah. amiien....

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. AGUNG HUDA SAPUTRA
    2021111076
    F

    Assalamualaikum,
    Bagaimana caranya agar kita tetap beristiqomah dalam berdzikir,krena kebanyakan anak muda sekarang kalau setelah sholat itu langsung bergegas pulang dikrenakan ada kesibukan yang lain.......
    jelaskan dan berikan solusinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam,,,
      terimakasih atas pertanyaanyaa,,,
      menurut saya ya itu kembali pada diri kita masing- masing yaa,,, kita harus mempunyai motivasi dan berfikir akan pentingnya kita berdzikir kepada Allah,,
      dan mengetahui keutamaan- keutamaan berdzikir yang diantaranya bisa menentramkan hati serta menambah rezeki,menambahkan keimanan kita,,
      jadi kita harus membiasakan diri untuk menyempatkan berdzikir walaupun hanya dengan membaca dzikir-dzikir yang pendek.

      Hapus
  4. Najmul Karimah 2021111078 F
    Assalamualaikum wrwb
    Mengenai berdzikir, apakah dzikiran itu boleh dengan bahasa lain selain bhs arab?
    terzzzzzzzzzzz Menurut pemakalah bagaimana tugas para malaikat setelah hari kiamat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam wr.wb...
      terimakasih atas pertanyaannya...
      menurut saya kalau dalam hal berdzikir kita menggunakan bahasa selain arab itu tidak apa- apa tetapi lebih baiknya kita menggunakan bahasa arab karena kita tahu bahwa kalimat dzikir yakni tahmid,takbir dll itu sudah biasa kita lafalkan pada saat kita melaksanakan sholat dan berdo'a. adapun yang memang benar- benar ia tidak bisa melafalkan dengan bahasa arab ia boleh memakai bahasa lain dan itu juga kita harus berusaha untuk belajar bahasa arab.
      Truz...
      mengenai tentang tugas Malaikat setelah hari kiamat menurut saya tidak ada tapi kenyataannya itu waallahu'alam.. Tugas para malaikat adalah berdzikir kepada Allah dan mendekatkan dirinya kepada Allah, adapun tugas selain itu anda juga sudah mengetahui yang mana jibril itu menyampaikan wahyu, Mikail itu membagi Rizki dan hujan, israfil meniup sangkakala dll...mungkin ya,,,tentang malaikat yang masih bertugas sampai hari kiamat adalah malaikat Malik (menjaga pintu neraka) dan Ridwan (menjaga pintu Surga)

      Hapus
  5. Nur Latifah
    2021 111 215
    F
    "Hadits ini juga menunjukkan bahwa yang bertanya itu lebih mengetahui daripada yang ditanya, karena hal ini menunjukkan penghormatan kepada yang ditanya, yakni mengingatkan akan kekuasaan- Nya dan kemuliaan kedudukan- Nya." mohon jelaskan aspek tarbawi tersebut!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya...
      menurut saya pada hadits diatas menerangkan keutaman tentang majlis dzikir yang dimana pada saat itu Allah memerintahkan kepada para Malaikat untuk bertugas mengelilingi mencari majlis- majlis tersebut dan setelah selesai para Malaikat tersebut dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka telah di perintahkan oleh Allah. Dan pada saat itu Allah menanyakan kepada para Malaikat tentang segala apa saja yang telah dilihat oleh Malaikat pada saat berkumpul dan mengelilingi majlis tersebut, dan pada hakikatnya Allah sudah mengetahui apa yang telah dilakukan oleh para hambanya, dan disitu yang dimaksud dengan yang bertanya lebih mengetahui dari pada yang ditanya ialah Allah SWT sebenarnya lebih mengetahui dari pada para Malaikat-Nya dan itu dilakukan karena hal ini menunjukkan akan kekuasaan dan kemuliaan kedudukan-Nya...

      Hapus
  6. Lutfia Riska
    2021 111 216
    F

    menurut pemakalah , bagaimana caranya untuk meramaikan majlis dzikir , khususnya mengajak para pemuda zaman sekarang agar bersemangat untuk datang ke majlis dzikir?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya,,,
      terimakasih atas pertanyaanya...
      menurut saya pribadi bagaimana cara kita untuk meramaikan majlis dzikir yakni kita harus sadar diri sebenarnya majlis tersebut itu penting karena itu termasuk salah satu tujuan untuk kita mendekatkan diri kepada sang Pencipta (Allah)dan kita agar selalu mengingat atas nikmat dan kebesarannya...
      truz,, kalau cara kita itu untuk mengajak para pemuda zaman sekarang yakni kita harus berbaur dulu sama mereka, lalu mendekati dan memberi pengertian kepada mereka akan makna kita berdzikir kepada Allah dan kita memberi motivasi kepada mereka yang menjadikan mereka sadar akan pentingnya kita berdzikir kepada Allah dan mengingat akan nikmat yang telah diberikan kepada kita dan untuk harus tetap bersyukur kepda-Nya...

      Hapus
  7. Rizqotul Maula
    2021111265
    F
    Assalamualaikum...
    Menurut pemakalah, apa manfaat dari beriman kepada malaikat, tolong jelaskan.
    Terima kasih atas jawabannya :-)
    Wassalamualaikum,,,

    BalasHapus
  8. wa'alaikumsalam.wr,wb...
    terima kasih atas perytanyaannya...
    manfaat kita berIman kepada malaikat yakni menjadikan manusia berhati-hati dalam tindak-tanduknya karena mereka yakin ada dan akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Iman kepada malaikat mempunyai pengaruh positif dan manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut:
    1.Semakin meyakini kebesaran, kekuatan dan kemahakuasaan Allah SWT.
    2.Bersyukur kepada-Nya, karena telah menciptakan para malaikat untuk membantu kehidupan dan kepentingan manusia dan jin.
    3.Menumbuhkan cinta kepada amal shalih, karena mengetahui ibadah para malaikat
    4.Merasa takut dan selalu berhati- hati dalam melaksanakan aktifitas yakni tidak melakuakan perbuatan bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat sepertimencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di neraka.
    4.Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah SWT, dan karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.
    5.Bekerja dengan kerasnya dalam melaksanakan semua tugas yang ada di depan mata dengan keyakinan bahwa apa yang di kerjakan akan selalu medapatkan ridho dari Allah. Tentunya melaksanakan segala tugas dengan niat yang baik dan karena Allah semata. Kita juga harus selalu memurnikan ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan memantapkan tahid, dan menjauhi tahayul, terutama sifat Syirik.
    6.Sebagai seorang muslim haruslah selalu optimis, tidak boleh ragu-ragu dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah hidup karena kita percaya bahwa ada malaikat yang akan memberikan pertolongan dan bantuan.
    dan lain- lain.

    BalasHapus
  9. bagaimana cara manusia agar tidak takut dengan makhluk metafisik ?

    BalasHapus