Laman

Minggu, 26 Februari 2017

tt2 d3b Hak Bebas Berkehendak QS. An-Naml 27:40

HAK ASASI MANUSIA
Hak Bebas Berkehendak QS. An-Naml, 27: 40

Saeful Arifudin (2021115061)
 Kelas D

FAKULTAS TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Allah SWT  yang telah memberikan hidayah serta taufiq-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Perintah Membaca Belajar Agama guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi , telah terselesaikan.
Sehubungan dengan ditugasinya penulis untuk mengulas materi mengenai Perintah Membaca Belajar Agama, yang sumbernya berasal dari tafsir QS. An-Naml 27:40
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moriil maupun materiil, terutama untuk orang tua, dosen, IAIN Pekalongan, serta teman-teman yang telah mendukung, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Uraian topik dalam makalah ini disusun secara sederhana,praktis dan sistematis sesuai dengan apa yang telah ditentukan. adapun untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada buku buku rujukan, dan buku lain yang dianggap berhubungan dengan pembahasan dalam makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap kekurangan makalah ini sangat diharapkan. semuanya penulis terima sebagai bahan perbaikan pembuatan makalah setelahnya. Akhirnya saran dari semua pihak akan penulis terima dengan baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan penulis pada khususnya.



Pekalongan, Februari 2017
Penulis                       




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang        
                        Bahwasanya Allah SWT memberikan kebebasan terhadap hamba-hambanya akan tetapi Allah juga, memberikan pilihan kepada hamba-hambanya tentang bersyukur atau mengingkari dimana hal tersebut sebagai pembelajaran kepada manusia yang beriman dan berfikir keras siapa yang bersyukur akan ditambah nikmat oleh Allah SWT dan barang siapa yang mengingkari maka Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.
                        Maka, dari pilihan tersebut harus mengrti akan dampak yang harus diketahui. Bersyukur terhadap Allah SWT merupakan suatu hal yang muncul dari hati dan fikiranya dimana ia mengerti akan peran manusia hanya sebagai penerima pilihan dari Allah semata yang mana pilihannya melalaui proses-proses tertentu sebagai jalan ujiannya terhadap Allah SWT. Dari hasil pemikirannya maka muncul bahwa hak bebas berkehendak itu bukan sembarang melakukan sesuatu tanpa memikirkan dampaknya. Kebebasan harus disertai dengan aturan yang baik.
                        Oleh karena itu makalah ini membahas mengenai “Hak Bebas Berkehendak” dengan maksud agar pembaca mampu memahami makna bersyukur kepada Allah SWT, sehingga mampu memilah dan memilih mana yang baik ataupun buruk untuk dirinya sendiri.
B.     Tema Dan Judul
            Makalah ini bertema “Hak Asasi Manusia” dan dengan  judul “Hak Bebas Berkehendak” yang mana seseorang diberikan hak kebebasan dari Allah akan tetapi Allah SWT  memberikan pilihan kepada manusia yaitu bersyukur atau mengingkari. Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.








C.    Nash dan Arti QS. An-Naml 27:40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Artinya :
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml 27:40)[1]

D.    PentingnyaMengkaji Surat An-Naml 27:40
            Penulis membuat makalah yang berisi mengenai tafsir QS. An-Naml ayat 40 karena di dalamnya terdapat suatu pembelajaran yang amat penting yakni mengenai pilihan bersyukur dan ingkar terhadap Allah, yang mana dari dua pilihan tersebut memiliki sisi yang berbeda antara positif dan negatif untuk itu sangat penting mahasiswa-mahasiswi untukmengkaji surat An-Naml ayat 40 sebagai bekal hidupnya agar memperoleh kebaikan jauh dari keburukan yang merugikannya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
            Sebagai seorang manusia tentunya kita memiliki apa yang dinamakan hak. Namun tiap manusia memiliki hak yang berbeda-beda tergantung pada status apa yang telah diberikan olehnya. Yang dimaksud hak ialah seuatu yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Dalam ilmu pendidikan, hak ialah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yan telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak-hak yang dimiliki manusia pada umumnya adalah hak mendapatkan pendidikan yang layak, mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dan lain-lain.
            Pengertian kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Menjadi makhluk yang memiliki kebebasan merupakan kodrat menjadi manusia, contohnya bebas berpikir berbuat, dan berkehendak. Kebebasan seorang manusia dibatasi oleh kebbasan manusia yang lain. Apabila seorang manusia memiliki kebebasan untuk berbuat, maka orang lain pun memiliki kebebasan yang sama. Contohnya memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Dalam menggunakan media sosial, manusia bebas untuk mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat itu juga. Terkadang manusia tidak berpikir jernih tentang apa yang akan dikemukakannya tersebut. Apabila pendapat tersebut mengecilkan porsi kebebasan orang lain maka tanggung jawab dari manusia tersebut akan dipertanyakan.

B.     Tafsir Surat An-Naml Ayat 40
a.      Tafsir Al Azhar
      “Berkatalah seorang yang ada padanya ilmu dari Al Kitab:Aku akan membawa singgasana itu kepada engkau sebelum matamu berkedip”. (pangkal ayat 40)
      Ini lebih cepat lagi. Kalau Ifrit menunggu dahulu baginda Nabi Sulaiman tegak dari majlisnya, entah cepat majlis itu bubar entah lambat, maka orang yang mendapatkan ilmu dari al-Kitab ini lebih cepat lagi. Yaitu singgasana itu akan datang sekejap mata Baginda, sekejap mata saja! Atau pecingkan mata sebentar, lalu buka kembali singgasana itu sudah ada! Dan memang ada sekali dihadapan Nabi Sulaiman, sebentar itu juga.

      Siapa orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab ini? Ada riwayar dari Ibnu Abbas bahwa nama orang itu Ashaf bin Barkhaya. Begitu pula riwayat Muhammad Ishaq yang diterimanya dari Yazid bin Rauman. Kata riwayat itu Ashaf ini adalah Sekretaris Pribadi Nabi Sulaiaman. Tetapi menurut riwayat Mujahid namanya ialah Asthum, yaitu seorang shalih dari Bani Israil. Qatadah dalam satu riwayatnya nama orang itu  Balikha, dari Bani Israil juga, bukan Jin tetapi Manusia juga. Zuhair bin Muhammad meriwayatkan pula namanya ialah zin Nur (yang bercahaya). Abdullah bin Luhai’ah mengatakan bahwa  orang itu Nabi Khidir. Tetapi ada lagi riwayat lain mengatakan bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
      Mana yang benar? Yang benar adalah yang tertulis di dalam al-Quran  itu sendiri, bahwa ada orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab, mungkin dari Luh Mahfud, sanggup memindahkan singgasana itu dalam sekejap mata. Adapun nama orangnya siapa, tidaklah penting. Sebaab itu al-Quran tidak mementingkan nama itu. Sebab iyu adalah semata-mata kelebihan yang diberikan kepada hambaNya. Tentang yang menyebut Nabi Khidir tidaklah kita salah kalau riwayat ini tidak kita pegang betul, sebab riwayat tentang hidupnya Nabi Khidir itu sendiripun tidaklah ada kekuatannya.
      Tentang Ashaf bin Barkhaya dapat juga ditolak. Masakah Ashaf lebih hebat ilmu pengetahuannya dari pda Nabi Sulaiman sendiri?.
      Ar-Razi dalam tafsirnya leebih condong kepada pendapat bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
      Tentang perkataan bahwa singgasana itu akan hadir dalam sekejap mata, meurut Ar-Razi itu adalah semata-mata pemakian bahsa semata. Ar-Razi dalam hal ini memegang pendapat dari tafsiran Mujahid. Dalam pemakian bahasa kalau orang bercakap misalanua:”tunggulah sekejap” artinya ialah tidak lama!.u
      “maka tatkala dilihatnya sunggasana itu telah terletak dihadapanya, berkatalah dia,”Ini karena dari karunia tuhanku, untuk menguji aku, bersyukurkah aku atau aku mengingkari, dan barang siapa yang bersyukur, maka kesyukuranya itu itu adalah untuk diri sendiri.” (pangkal ayat 40). Beginilah ucapan Nabi Sulaiman a.s setelah singgasana itu berdiri dihadapanya, yang telah hadir tidak berapa lama sesudah hal itu diperbincangkan. Menilik isi doa cenderunglah ar-Razi menguatkan bahwa manusia yang diberi ilmu dari al-Kitab itu memang Nabi Sulaiman sendiri. Dia hendak menunjukan kelak kepada Ratu Balqis itu bahwa dia bukan semata-mata  seorang raja, bahkan lebih dari itu, dia adalah seorang Nabi Allah dan RasulNya, yang sewaktu-waktu diberi perbantuan oleh Tuhan dengan Mu’jizat. Setelah dimohonkanya kepada Allah, dalam sekejap mata hadirlah singgsana itu. Sebab itu dengan sangat terharu dia mengakui bahwa itu adalah semata-mata karunia Tuhan ke atas dirinya. Kalau dia sendiri, tidaklah  sanggup mengerjakannya. Dan patutlah dia bersyukur, dan patutlah dia berterimakasih kepada Ilahi. Sebab itu Mu’jizat yang amat luar biasa ini, bahkan dia sendiri pun tercengang, tidak menyangka permohonannya akan terkabul begitu cepat, merasa bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya sendiri, bersyukurlah dia atau kufur, melupakan jaza tuhan atas dirinya ”Dan barangsiapa yang mengingkari, maka sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Kaya Lagi Maha Mulia”(ujung ayat 40)[2]

b.      Tafsir Al Maraghi
      Sulaiman berkata kepada Ifrit seraya menyebut-nyebut nikmat dan keagungan karunia Allah yang telah dilimpahkan kepadanya, “aku dapat melakukan apa yang tidak dapat kamu lakukan. Aku akan mendatangkan dalam waktubyang sesingkat-singkatnya, aku dapat mendatangkanya sebelum kamu mengedipkan matamu.”
Apa yang dikatakan Nabi Sulaiman itu benar terjai:
      Tatkala Sulaiman melihat singgasana Balqis itu berada tetap dalam keadaanya, tidak ada perubahan sedikitpun padanya, tidak pula letaknya, Sulaiman berkata “ini adalah karunia Allah semata tanpa ada andil kekuatan dariku, ataukah aku ingkar lalu tidak bersyukur dan malah menyadarkan perbuatan itu perbuatan kepada diriku.”
      Sesungguhnya seluruh nikmat jasmaniah, ruhiah, aqliah adalah pemberian Allah, yang dengan itu Dia hendak menguji para hambaNya. Maka, barang siapa mensyukurinya, berarti dia telah selamat. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Berikut :
      Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya faidah syukur itu kembali kepada dirinya sendiri, karena hal tersebut dapat mengekalkan nimat. Tetapi barang siapa ingkar dan tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari para hamba dan ibadah mereka, Maha Pemurah kepada mereka dengan melimpahkan nikamat kepada mereka, sekalipun tidak menyembahNya. Hal ini  ditegaskan oleh Allah didalam FirmanNya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri” (QS. fushshilat 41:46).

Dan FirmanNya :
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. Ibrahim, 14:8)[3]

c.       Tafsir Al Mishbah
      Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan jin untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba’ dalam tempo setengah hari. Ayat itu tidak mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman as. Atas ucapan sang ‘Ifrit. Rupanya ada tanggapan spontan dari seorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya dan yang dianugrahi oleh Allah  swt. Ilmu. Ayat di atas menjelaskan bahwa:”berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari al-Kitab: aku akan datang kepadamu  dengannya yaknidengan membawa singgasana itu kemari sebelum matamu berkedip” maka serta-merta, tanpa menunggu tanggapan dari siapapun, singgasanaitu hadir dihadapan Nabi Sulaiman as. Dan tatkala dia melihatnya terletak dan benar-benar mantap  dihadapannya bukan berada jauh darinya, diapun berkata:”ini  yakni kehadiran singgasana sesuai keinginanku termasuk karunia Tuhanku  dari sekian banyak karunia yang dilimpahkanNya kepadaku. Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersyukur dengan mengakuinya sebagai anugrah atau kufur yakni mengingkari nikmatNya, dengan menduga bahwa ia memang hakku atau merupakan usahaku sendiri tanpa bantuan Allah. Dan barang siapa yang besyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia bersyukur  untuk kebaikan dirinyasendiri dan barang siapa yang kufurmaka  itu adalah bencana buat dirinya. Allah tidak bertambah kaya dengan kesyukuran hambaNya tidak pula disentuh kekurangan dengan kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan  pemelihara dan Pembimbingku Maha Kaya Lagi Maha Mulia”.
      Kata tharfka terambil dari kata tharf yaitu gerakan kelopak mata dalam bentuk membukanya untuk melihat sesuatu, sedang kata irtadda terambil dari kata radda yang berarti mengenbalikan, dalam konteks ayat ini adalah tertutupnya kembali kelopak mata itu setelah sebelumnya terbuka.[4]

d.      Tafsir Ibnu Katsir
      “berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu darial-Kitab” Ibnu Abbas berkata “orang ini bernama Ashif. Dia sekretaris Sulaiman. Dia orang yang jujur dan mengetahui nama Allah Yang Maha Agung.” Aku akan membawa singgasa itu kepadamu terkedip “ maka sebelum Sulaiman sadar, singgasana Balqis sudah berada dihadapan Sulaiman. “maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya, diapun berkata,’ Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari. Dan barang siapa yang bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri’” Yakni, inilah sebagian dari nikmat Allah yang dianugrahkan kepadaku agar Dia mengujiku, apakah aku akan mensyukuri nikmat atau mengingkarinya.
      Firman Allah Ta’ala, “ Dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya Lagi Maha Mulia.” Yakni, Dia tidak membutuhkan hamba dan penghambaanya. Dia Maha Mulia ZatNya, walaupun hamba tidak menyembahNya itu tidak tergantung kepada seorang pun. Hal ini sebagaimana ucapan Nabi Musa a.s, “jika kamu sekalian dan seluruh orang yang ada dibumi kafir, maka sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim 8)[5]






e.       Tafsir Jalailain
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab yang diturunkan, ia bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang asma Allah Yang Agung, yaitu suatu asama apabila pipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan. “aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”jika kamu tunjukan pandanganmu itu kepada sesuatu. Maka ashif berkata padanya “coba liat langit itu” , maka Nabi Sulaiman pun menunjukan pandangannya kelangit, setelah itu ia mengembalikan pandanganya kearah  semula sebebagaimana biasanya, tiba-tiba ia menjumapai singgasana Ratu Balqis itu telah ada dihadapanya. Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya kelangit, pada sat itu Ashif berdoa dengan mengucap kan Ismu A’zam, seraya meminta kepada Allah supaya Dia mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkanya permintaan Ashif itu oleh Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada dibawah bumi, lalu dimunculkanNya dibawah singgasana Nabi Sulaiman maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak telah berada dihadapannya, ia pun berkata “ ini yakni didatangkan singgasana itu untukku termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku untuk menguji diriku apakah aku  bersyukur mensyukuri nikmat atau mengingkari nikmat Nya dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri  artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar akan nikmatNya maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya tidak membutuhkan kesyukurannya lagi Maha Mulia yakni tatap memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmatNya.[6]


C.    Aplikasi Dalam Kehidupan
            Dari semua tafsir diatas dapat diambil untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita sebagai manusia tidak ada daya upaya apapun yang kita lakukan, semua hanya karunia Allah semata. Maka, bersyukurlah terhadapNya karena dengan kita bersyukur maka syukur tersebut membawa keselamatan untuk diri kita sendiri dan kita harus menghindari kekufuran karena kekufuran mendatangkan celaka atau dosa buat diri kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur.
D.    Aspek Tarbawi
            Adapun pelajaran yang dapat diambil dari tafsir surat An-Naml Ayat 40 yaitu :
1.      Hidup didunia ini sebegai ujian dari Allah SWT.
2.      Dengan bersyukur akan membawa kebaikan atau keselamatan buat diri sendiri.
3.      Dengan bersyukur akan menguatkan ketaatan kepada Allah SWT.
4.      Kekufuran akan mendatangkan keburukan sehingga kita dapat menjauhinya.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
      hak ialah seuatu yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Dalam ilmu pendidikan, hak ialah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir.
      kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Menjadi makhluk yang memiliki kebebasan merupakan kodrat menjadi manusia.
      Maka hak bebas berkehendak dikaitan dengan surat yang terdapat diatas adalah manusia diberi kebebasan oleh Allah. Akan tetapi, dari kebebasan itu muncul tanggung jawab dari pilihanya itu, barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya faidah syukur itu kembali kepada dirinya sendiri, karena hal tersebut dapat mengekalkan nimat. Tetapi barang siapa ingkar dan tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari para hamba dan ibadah mereka, Maha Pemurah kepada mereka dengan melimpahkan nikamat kepada mereka, sekalipun tidak menyembahNya.



Daftar Pustaka

                 Al-Mahalli, Imam Jalaludin, dkk. Terjemah Tafsir Jalalalain Berikut Asbabun Nuzul, 2010
                 Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa.Terjemah Tafsir Al-Maraghiy Juz XIX.  Semarang: CV Karya Toha Putra, 1993

                  Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XIX. Jakarta: Citra Serumpun Padi, 2003
                  Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier III. Depok: Gema Insani , 2006

                  Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2004

                  QS. An-Naml  27 ; 40





Profil Pemakalah

Nama                           : Saeful Arifudin
Tempat, Tgl Lahir       : Pemalang, 08 Desember 1995
Alamat                                    : Jln. Impres Raya Widodaren Rt. 33 Rw. 04
Kec. Petarukan Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan   : Lulus dari SDN 01 Widodaren, SMPN 06 Petarukan, MA Wahid Hasyim Petarukan dan sekarang masih melanjukan study S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan.




                [1]QS. Surat An-Naml 27;40
                [2]Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XIX, (Jakarta: Citra Serumpun Padi  2003) hlm. 214-215
                [3]Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy Juz XIX, (Semarang: CV KaryaToha Putra, 1993) hlm. 244-245

                [4]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Ciputat: Lentera Hati 2004) hlm. 225-226

                [5]Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier III (Jakarta: Gema Insani 2006) hlm. 634-635
                [6]Imam Jalaludin Al-Mahalli, Imam Jalaludin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2 (Bandung:Sinar Baru Algensindo 2010) hlm. 360-361

Tidak ada komentar:

Posting Komentar