HAK
ASASI MANUSIA
Hak
Bebas Berkehendak QS. An-Naml, 27: 40
Saeful Arifudin (2021115061)
Kelas D
FAKULTAS TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan hidayah serta taufiq-Nya kepada penulis sehingga makalah yang
berjudul Perintah Membaca Belajar Agama guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir
tarbawi , telah terselesaikan.
Sehubungan dengan ditugasinya
penulis untuk mengulas materi mengenai Perintah Membaca Belajar Agama, yang
sumbernya berasal dari tafsir QS. An-Naml 27:40
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik moriil maupun materiil, terutama untuk
orang tua, dosen, IAIN Pekalongan, serta teman-teman yang telah mendukung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Uraian topik dalam makalah ini
disusun secara sederhana,praktis dan sistematis sesuai dengan apa yang telah
ditentukan. adapun untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat
mengadakan kajian pada buku buku rujukan, dan buku lain yang dianggap
berhubungan dengan pembahasan dalam makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap
kekurangan makalah ini sangat diharapkan. semuanya penulis terima sebagai bahan
perbaikan pembuatan makalah setelahnya. Akhirnya saran dari semua pihak akan
penulis terima dengan baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya, dan penulis pada khususnya.
Pekalongan, Februari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahwasanya
Allah SWT memberikan kebebasan terhadap hamba-hambanya akan tetapi Allah juga,
memberikan pilihan kepada hamba-hambanya tentang bersyukur atau mengingkari
dimana hal tersebut sebagai pembelajaran kepada manusia yang beriman dan
berfikir keras siapa yang bersyukur akan ditambah nikmat oleh Allah SWT dan
barang siapa yang mengingkari maka Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.
Maka, dari pilihan
tersebut harus mengrti akan dampak yang harus diketahui. Bersyukur terhadap
Allah SWT merupakan suatu hal yang muncul dari hati dan fikiranya dimana ia
mengerti akan peran manusia hanya sebagai penerima pilihan dari Allah semata
yang mana pilihannya melalaui proses-proses tertentu sebagai jalan ujiannya
terhadap Allah SWT. Dari hasil pemikirannya maka muncul bahwa hak bebas
berkehendak itu bukan sembarang melakukan sesuatu tanpa memikirkan dampaknya. Kebebasan
harus disertai dengan aturan yang baik.
Oleh karena itu makalah ini membahas mengenai “Hak
Bebas Berkehendak” dengan maksud agar pembaca mampu memahami makna bersyukur
kepada Allah SWT, sehingga mampu memilah dan memilih mana yang baik ataupun
buruk untuk dirinya sendiri.
B. Tema Dan Judul
Makalah ini bertema “Hak
Asasi Manusia” dan dengan judul “Hak
Bebas Berkehendak” yang mana seseorang diberikan hak kebebasan dari Allah akan
tetapi Allah SWT memberikan pilihan kepada
manusia yaitu bersyukur atau mengingkari. Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.
C.
Nash dan Arti QS. An-Naml 27:40
قَالَ
الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ
إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ
رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Artinya :
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang
siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml 27:40)[1]
D.
PentingnyaMengkaji Surat An-Naml 27:40
Penulis membuat makalah yang berisi mengenai tafsir
QS. An-Naml ayat 40 karena di dalamnya terdapat suatu pembelajaran yang amat
penting yakni mengenai pilihan bersyukur dan ingkar terhadap Allah, yang mana
dari dua pilihan tersebut memiliki sisi yang berbeda antara positif dan negatif
untuk itu sangat penting mahasiswa-mahasiswi untukmengkaji surat An-Naml ayat
40 sebagai bekal hidupnya agar memperoleh kebaikan jauh dari keburukan yang
merugikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Sebagai
seorang manusia tentunya kita memiliki apa yang dinamakan hak. Namun tiap manusia
memiliki hak yang berbeda-beda tergantung pada status apa yang telah diberikan
olehnya. Yang dimaksud hak ialah seuatu yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
masyarakat. Dalam ilmu pendidikan, hak ialah segala sesuatu yang harus di
dapatkan oleh setiap orang yan telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak-hak
yang dimiliki manusia pada umumnya adalah hak mendapatkan pendidikan yang
layak, mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dan lain-lain.
Pengertian
kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Menjadi
makhluk yang memiliki kebebasan merupakan kodrat menjadi manusia, contohnya
bebas berpikir berbuat, dan berkehendak. Kebebasan seorang manusia dibatasi
oleh kebbasan manusia yang lain. Apabila seorang manusia memiliki kebebasan
untuk berbuat, maka orang lain pun memiliki kebebasan yang sama. Contohnya
memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Dalam menggunakan media sosial,
manusia bebas untuk mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat itu
juga. Terkadang manusia tidak berpikir jernih tentang apa yang akan
dikemukakannya tersebut. Apabila pendapat tersebut mengecilkan porsi kebebasan
orang lain maka tanggung jawab dari manusia tersebut akan dipertanyakan.
B. Tafsir Surat An-Naml
Ayat 40
a.
Tafsir Al Azhar
“Berkatalah seorang yang ada padanya ilmu
dari Al Kitab:Aku akan membawa singgasana itu kepada engkau sebelum matamu
berkedip”. (pangkal ayat 40)
Ini lebih cepat lagi. Kalau Ifrit menunggu
dahulu baginda Nabi Sulaiman tegak dari majlisnya, entah cepat majlis itu bubar
entah lambat, maka orang yang mendapatkan ilmu dari al-Kitab ini lebih cepat
lagi. Yaitu singgasana itu akan datang sekejap mata Baginda, sekejap mata saja!
Atau pecingkan mata sebentar, lalu buka kembali singgasana itu sudah ada! Dan
memang ada sekali dihadapan Nabi Sulaiman, sebentar itu juga.
Siapa orang
yang mendapat ilmu dari al-Kitab ini? Ada riwayar dari Ibnu Abbas bahwa nama
orang itu Ashaf bin Barkhaya. Begitu pula riwayat Muhammad Ishaq yang
diterimanya dari Yazid bin Rauman. Kata riwayat itu Ashaf ini adalah Sekretaris
Pribadi Nabi Sulaiaman. Tetapi menurut riwayat Mujahid namanya ialah Asthum,
yaitu seorang shalih dari Bani Israil. Qatadah dalam satu riwayatnya nama orang
itu Balikha, dari Bani Israil juga,
bukan Jin tetapi Manusia juga. Zuhair bin Muhammad meriwayatkan pula namanya
ialah zin Nur (yang bercahaya). Abdullah bin Luhai’ah mengatakan bahwa orang itu Nabi Khidir. Tetapi ada lagi
riwayat lain mengatakan bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
Mana yang
benar? Yang benar adalah yang tertulis di dalam al-Quran itu sendiri, bahwa ada orang yang mendapat
ilmu dari al-Kitab, mungkin dari Luh Mahfud, sanggup memindahkan singgasana itu
dalam sekejap mata. Adapun nama orangnya siapa, tidaklah penting. Sebaab itu
al-Quran tidak mementingkan nama itu. Sebab iyu adalah semata-mata kelebihan
yang diberikan kepada hambaNya. Tentang yang menyebut Nabi Khidir tidaklah kita
salah kalau riwayat ini tidak kita pegang betul, sebab riwayat tentang hidupnya
Nabi Khidir itu sendiripun tidaklah ada kekuatannya.
Tentang
Ashaf bin Barkhaya dapat juga ditolak. Masakah Ashaf lebih hebat ilmu
pengetahuannya dari pda Nabi Sulaiman sendiri?.
Ar-Razi
dalam tafsirnya leebih condong kepada pendapat bahwa orang itu ialah Nabi
Sulaiman sendiri.
Tentang
perkataan bahwa singgasana itu akan hadir dalam sekejap mata, meurut Ar-Razi
itu adalah semata-mata pemakian bahsa semata. Ar-Razi dalam hal ini memegang
pendapat dari tafsiran Mujahid. Dalam pemakian bahasa kalau orang bercakap
misalanua:”tunggulah sekejap” artinya ialah tidak lama!.u
“maka
tatkala dilihatnya sunggasana itu telah terletak dihadapanya, berkatalah
dia,”Ini karena dari karunia tuhanku, untuk menguji aku, bersyukurkah aku atau
aku mengingkari, dan barang siapa yang bersyukur, maka kesyukuranya itu itu
adalah untuk diri sendiri.” (pangkal ayat 40). Beginilah ucapan Nabi Sulaiman
a.s setelah singgasana itu berdiri dihadapanya, yang telah hadir tidak berapa
lama sesudah hal itu diperbincangkan. Menilik isi doa cenderunglah ar-Razi
menguatkan bahwa manusia yang diberi ilmu dari al-Kitab itu memang Nabi
Sulaiman sendiri. Dia hendak menunjukan kelak kepada Ratu Balqis itu bahwa dia
bukan semata-mata seorang raja, bahkan
lebih dari itu, dia adalah seorang Nabi Allah dan RasulNya, yang sewaktu-waktu
diberi perbantuan oleh Tuhan dengan Mu’jizat. Setelah dimohonkanya kepada
Allah, dalam sekejap mata hadirlah singgsana itu. Sebab itu dengan sangat
terharu dia mengakui bahwa itu adalah semata-mata karunia Tuhan ke atas
dirinya. Kalau dia sendiri, tidaklah
sanggup mengerjakannya. Dan patutlah dia bersyukur, dan patutlah dia
berterimakasih kepada Ilahi. Sebab itu Mu’jizat yang amat luar biasa ini,
bahkan dia sendiri pun tercengang, tidak menyangka permohonannya akan terkabul
begitu cepat, merasa bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya sendiri,
bersyukurlah dia atau kufur, melupakan jaza tuhan atas dirinya ”Dan
barangsiapa yang mengingkari, maka sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Kaya Lagi
Maha Mulia”(ujung ayat 40)[2]
b.
Tafsir Al Maraghi
Sulaiman berkata kepada
Ifrit seraya menyebut-nyebut nikmat dan keagungan karunia Allah yang telah
dilimpahkan kepadanya, “aku dapat melakukan apa yang tidak dapat kamu lakukan.
Aku akan mendatangkan dalam waktubyang sesingkat-singkatnya, aku dapat
mendatangkanya sebelum kamu mengedipkan matamu.”
Apa yang dikatakan Nabi
Sulaiman itu benar terjai:
Tatkala Sulaiman melihat singgasana Balqis itu berada tetap
dalam keadaanya, tidak ada perubahan sedikitpun padanya, tidak pula letaknya,
Sulaiman berkata “ini adalah karunia Allah semata tanpa ada andil kekuatan
dariku, ataukah aku ingkar lalu tidak bersyukur dan malah menyadarkan perbuatan
itu perbuatan kepada diriku.”
Sesungguhnya seluruh nikmat jasmaniah, ruhiah, aqliah adalah
pemberian Allah, yang dengan itu Dia hendak menguji para hambaNya. Maka, barang
siapa mensyukurinya, berarti dia telah selamat. Inilah yang dimaksud dengan
firman Allah Berikut :
Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya faidah syukur itu
kembali kepada dirinya sendiri, karena hal tersebut dapat mengekalkan nimat.
Tetapi barang siapa ingkar dan tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya dari para hamba dan ibadah mereka, Maha Pemurah kepada mereka dengan
melimpahkan nikamat kepada mereka, sekalipun tidak menyembahNya. Hal ini ditegaskan oleh Allah didalam FirmanNya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
“Barang
siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri” (QS.
fushshilat 41:46).
Dan
FirmanNya :
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ
جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan
Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.(QS.
Ibrahim, 14:8)[3]
c. Tafsir Al Mishbah
Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan jin
untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba’ dalam tempo setengah hari. Ayat itu
tidak mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman as. Atas ucapan sang ‘Ifrit. Rupanya
ada tanggapan spontan dari seorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya
dan yang dianugrahi oleh Allah swt.
Ilmu. Ayat di atas menjelaskan bahwa:”berkatalah seseorang yang memiliki
ilmu dari al-Kitab: aku akan datang kepadamu
dengannya yaknidengan membawa singgasana itu kemari sebelum
matamu berkedip” maka serta-merta, tanpa menunggu tanggapan dari siapapun,
singgasanaitu hadir dihadapan Nabi Sulaiman as. Dan tatkala dia melihatnya
terletak dan benar-benar mantap dihadapannya bukan berada jauh darinya, diapun
berkata:”ini yakni kehadiran
singgasana sesuai keinginanku termasuk karunia Tuhanku dari sekian banyak karunia yang dilimpahkanNya
kepadaku. Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersyukur dengan
mengakuinya sebagai anugrah atau kufur yakni mengingkari nikmatNya,
dengan menduga bahwa ia memang hakku atau merupakan usahaku sendiri tanpa
bantuan Allah. Dan barang siapa yang besyukur kepada Allah maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan
dirinyasendiri dan barang siapa yang kufurmaka itu adalah bencana buat dirinya. Allah tidak
bertambah kaya dengan kesyukuran hambaNya tidak pula disentuh kekurangan dengan
kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan pemelihara dan Pembimbingku Maha Kaya Lagi
Maha Mulia”.
Kata tharfka terambil dari kata tharf yaitu
gerakan kelopak mata dalam bentuk membukanya untuk melihat sesuatu, sedang kata
irtadda terambil dari kata radda yang berarti mengenbalikan, dalam
konteks ayat ini adalah tertutupnya kembali kelopak mata itu setelah sebelumnya
terbuka.[4]
d. Tafsir Ibnu Katsir
“berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu darial-Kitab” Ibnu
Abbas berkata “orang ini bernama Ashif. Dia sekretaris Sulaiman. Dia orang yang
jujur dan mengetahui nama Allah Yang Maha Agung.” Aku akan membawa singgasa itu
kepadamu terkedip “ maka sebelum Sulaiman sadar, singgasana Balqis sudah berada
dihadapan Sulaiman. “maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak
dihadapannya, diapun berkata,’ Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari. Dan barang siapa yang bersyukur untuk
kebaikan dirinya sendiri’” Yakni, inilah sebagian dari nikmat Allah yang
dianugrahkan kepadaku agar Dia mengujiku, apakah aku akan mensyukuri nikmat
atau mengingkarinya.
Firman Allah Ta’ala, “ Dan barang siapa yang ingkar maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya Lagi Maha Mulia.” Yakni, Dia tidak membutuhkan
hamba dan penghambaanya. Dia Maha Mulia ZatNya, walaupun hamba tidak
menyembahNya itu tidak tergantung kepada seorang pun. Hal ini sebagaimana
ucapan Nabi Musa a.s, “jika kamu sekalian dan seluruh orang yang ada dibumi
kafir, maka sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim 8)[5]
e. Tafsir Jalailain
Berkatalah seorang yang
mempunyai ilmu dari Al-Kitab yang diturunkan, ia
bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang
asma Allah Yang Agung, yaitu suatu asama apabila pipanjatkan doa niscaya doa
itu dikabulkan. “aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip”jika kamu tunjukan pandanganmu itu kepada sesuatu. Maka ashif
berkata padanya “coba liat langit itu” , maka Nabi Sulaiman pun menunjukan
pandangannya kelangit, setelah itu ia mengembalikan pandanganya kearah semula sebebagaimana biasanya, tiba-tiba ia
menjumapai singgasana Ratu Balqis itu telah ada dihadapanya. Ketika Nabi
Sulaiman mengarahkan pandangannya kelangit, pada sat itu Ashif berdoa dengan
mengucap kan Ismu A’zam, seraya meminta kepada Allah supaya Dia mendatangkan
singgasana tersebut, maka dikabulkanya permintaan Ashif itu oleh Allah.
Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada dibawah bumi, lalu
dimunculkanNya dibawah singgasana Nabi Sulaiman maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak telah berada dihadapannya, ia pun
berkata “ ini yakni didatangkan singgasana itu untukku termasuk karunia
Tuhanku untuk mencoba aku untuk menguji diriku apakah aku bersyukur mensyukuri nikmat atau
mengingkari nikmat Nya dan barang siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri dan
barang siapa yang ingkar akan nikmatNya maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya tidak membutuhkan kesyukurannya lagi Maha Mulia yakni tatap
memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmatNya.[6]
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan
Dari semua tafsir diatas dapat diambil untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa kita sebagai manusia tidak ada
daya upaya apapun yang kita lakukan, semua hanya karunia Allah semata. Maka,
bersyukurlah terhadapNya karena dengan kita bersyukur maka syukur tersebut
membawa keselamatan untuk diri kita sendiri dan kita harus menghindari kekufuran
karena kekufuran mendatangkan celaka atau dosa buat diri kita. Semoga kita
termasuk orang-orang yang bersyukur.
D. Aspek Tarbawi
Adapun pelajaran yang dapat diambil dari tafsir surat An-Naml Ayat 40 yaitu
:
1. Hidup didunia ini
sebegai ujian dari Allah SWT.
2. Dengan bersyukur akan
membawa kebaikan atau keselamatan buat diri sendiri.
3. Dengan bersyukur akan
menguatkan ketaatan kepada Allah SWT.
4. Kekufuran akan
mendatangkan keburukan sehingga kita dapat menjauhinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
hak ialah seuatu yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
masyarakat. Dalam ilmu pendidikan, hak ialah segala sesuatu yang harus di
dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir.
kebebasan adalah
kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Menjadi makhluk yang
memiliki kebebasan merupakan kodrat menjadi manusia.
Maka hak bebas
berkehendak dikaitan dengan surat yang terdapat diatas adalah manusia diberi
kebebasan oleh Allah. Akan tetapi, dari kebebasan itu muncul tanggung jawab
dari pilihanya itu, barang siapa bersyukur,
maka sesungguhnya faidah syukur itu kembali kepada dirinya sendiri, karena hal
tersebut dapat mengekalkan nimat. Tetapi barang siapa ingkar dan tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari para hamba dan ibadah mereka,
Maha Pemurah kepada mereka dengan melimpahkan nikamat kepada mereka, sekalipun
tidak menyembahNya.
Daftar Pustaka
Al-Mahalli,
Imam Jalaludin, dkk. Terjemah Tafsir Jalalalain Berikut Asbabun Nuzul,
2010
Al-Maraghiy,
Ahmad Musthafa.Terjemah Tafsir Al-Maraghiy Juz XIX. Semarang: CV Karya Toha Putra, 1993
Hamka. Tafsir
Al-Azhar Juz XIX. Jakarta: Citra Serumpun Padi, 2003
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsier III. Depok: Gema Insani , 2006
Shihab M. Quraish,
Tafsir Al-Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2004
QS.
An-Naml 27 ; 40
Profil Pemakalah
Nama : Saeful
Arifudin
Tempat, Tgl Lahir :
Pemalang, 08 Desember 1995
Alamat :
Jln. Impres Raya Widodaren Rt. 33 Rw. 04
Kec. Petarukan
Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan
: Lulus dari SDN 01 Widodaren, SMPN 06 Petarukan, MA Wahid Hasyim
Petarukan dan sekarang masih melanjukan study S1 di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Pekalongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar