Laman

Rabu, 22 Maret 2017

tt2 b6e “HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL” ( Q.S. Al-Isra’ Ayat 7 )

INVESTASI AMAL SHOLEH
“HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL”
( Q.S. Al-Isra’ Ayat 7 )

Alfiana Izzati    (2021115144) 
KELAS : B

PENDIDIKAN  AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan ridho-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Atas segala dorongan dan do’a dari keluarga tercinta terutama kedua orang tua dalam memotivasi dan penyemangat, penulis ucapan syukur Alhamdulillah yang tidak terhingga.
Dengan terselesainya makalah yang berjudul: “ Hukum Kekekalan Aksi Reaksi Amal”, dengan tulus ikhlas penulis menyampaikan banyak terimakasih atas segala bantuan dari berbagai pihak, khususnya kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu Tafsir Tarbawi II dan teman-temanku semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran serta koreksi dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaar bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pekalongan, 23 Maret 2017

Penulis


Alfiana Izzati
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di dalam Al-Qur’an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi dan pola pikir orang-orang beriman. Keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah untuk mendapatkan ridha-Nya kepercayaan mereka yang gantungkan kepada Allah, Al-Qur’an juga bertutur mengenai kehidupan orang beriman.
Waktu yang berharga tidaklah disia-siakan bagi orang-orang yang beriman untuk meningkatkan kualitas keimanan dan amal mereka untuk menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Kehidupan di dunia hanya sementara untuk itu lebih memanfaatkan kehidupan ini berperilaku positif.
B.     Nash dan arti QS. Al-Isra’: 7

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۚ  وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهاَ ۚ فَاِﺫَجَآءَ وَعْدُالاٰخِرَةِ لِيَسُٓؤٗا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا المَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّاراُوْاماَ عَلَواْتَتْبِيْرًا

Artunya:
“Jika kamu berbuat baik adalah kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka itupun untuk (claka) kamu juga. Maka jika datang (pula) janji yang akhir, niscaya akan masuk pula mereka memburukan muka-muka kamu dan mereka akan masuk lagi kemasjid, sebagaimana mereka masuki dia pertama kali (dahulu) dan supaya mereka hancurkan kamu, selagi mereka berkuasa, sehancur-hancurnya
C.     Arti penting dikaji
Dalam surat Al-Isra’ ayat 7 penting dikaji karena berkaitan dengan perbuatan yang kita lakukan sehari-hari. Dunia ini hanya bersifat sementara dan akhirat bersifat kekal untuk itu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya waktu di dunia dengan melakukan hal-hal yang positif, karena perbuatan yang di lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

A.    TEORI
Pengertian Amal
Secara bahasa amal berasal dari bahasa arab yang berarti perbuatan atau tindakan,
Sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.
Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik (setiap hal yang mengajak dan membawa pada ketaatan kepada Allah swt, baik perbuatan lahir maupun batin) yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
 Jika memperbanyak amal sholeh berarti memperbanyak jalan untuk mencapai hal yang halal. Orang yang melakukan amal sholeh akan teguh imannya, terciptanya ketenangan dan kenyamanan dalam menjalani hidup dan meningkatkan keimanan kepada Allah swt.[1]
Akhlak mulia yang digambarkan Al-Qur’an memberi petunjuk tentang sikap dan sifat ketundukan manusia kepada seruan Tuhan.
Dalam kehidupan manusia terdapat kewajiban berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk yang bersifat universal dan merupakan keharusan moral. Berdasarkan itu manusia mengerti segala kewajibannya sebagai perintah Tuhan.
Jika kebaikan merupakan dikategorikan sebagai sebuah akhlak, Al-Ghazali mengklasifikasikan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi diri yakni orang dengan dirinya dan Tuhan seperti ibadah, shalat, dimensi sosial yakni masyarakat, perintah dan pergaulannya dengan sesama, dan dimensi metafisis yakni aqidah dan pegangan dasarnya.[2]

A.    Tafsir dari buku
1. Tafsir Al-Lubab
Ayat 7 mengingatkan Bani Israil bahwa: “jika kamu berbuat baik yakni taat serta mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka itu berarti kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka buahnya buat diri kamu sendiri  juga.
Ayat ini mengingatkan bahwa bila datang saat hukuman bagi kejahatan kedua yang mereka lakukan, Allah datangkan orang-orang menindas dan membunuh mereka sehingga menyuramkan wajah mereka akibat kesedihan dan penderitaan yang mereka atau keluarga mereka alami. Mereka yang menindas itu termasuk ke dalam masjid, yakni Bait al-Maqdis, dimana tempat terdapat bangunan peribadatan yang diselesaikan bangunannya oleh Nabi Sulaiman as. Mereka memasukinya, sebagaimana musuh-musuh mereka yang memasukinya. Mereka memorak porandakan dan membinasakan apa yang terdapat di sana dengan pembinasaan sempurna.[3]
2. Tafsir Al-Azhar
Jelasnya jaminan yang diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi lama kelamaan janji-janji mereka dengan Tuhan satu demi satu mereka mungkiri: “ayat-ayat Allah mereka tolak, Nabi-nabi mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terangan mengaku: “Hati kami sudah tertutup!”
Imam sejati sudah hilang, tinggal sedikit sekali. Kemudian setelah Allah menunjukkan kekayaan-Nya dengan membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam dengan tuduhan amat hina. Dituduhnya Isa almasih anak zina karena beliau dilahirkan Allah tidak menurut yang beradat, yaitu berbapak. Padahal Zakanya, seorang Rasul Allah dan penghulu Baitul Maqdis jadi saksi atas kesucian Maryam, itu pun tidak mereka percayai. Akhirnya Isa Almasih diutus Tuhan mengajak mereka kembali kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak seruan Almasih itu, bahkan sampai mereka fitnah beliau kepada penguasa Romawi. Mereka usulkan supaya Isa Almasih disalibkan sebagai orang jahat.
Karena deskan mereka itu, maka Pilatus, prnguasa Romawi itu mengabulkan permintaan mereka. Tetapi pertolongan Allah datang. Nabi Isa terpelihara dari disalib. Yan disalib ialah muridnya yang menghianati dia. Judas Eskhariut. Tetapi mereka, Bani Israil berkeras mrngatakan bahwa memang Isa telah mati mereka salib. Tuhan mengatakan “Tidak” mereka mengatakan “Ya”.
Inilah kerusakan hebat kedua kali yang dibawa Bani Israil, yang membawa perpecahan yang paling hebat dalam sejarah agama. Karena bencinya kepada Nabi Issa dan ibunya, mereka tuduh dengan tuduhan hina.
Maka pengikut-pengikut Isa, karena dari terlalu sayang kepada Isa, menentang tuduhan itu dengan memandan Isa Almasih pula sebagai Tuhan atau anak Allah!
Dengan keras dan penuh kebencian mereka mengatakan Nabi Isa memang tekah mati karena mereka salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun dengan penuh cinta menyatakan bahwa di hari yang ketiga beliau telah bangun dari kubur, dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemdian tampillah seseorang Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa, mendakwakan dirinya telah diangkta Nabi Isa menjadi Rasul, namanya Paulus. Dia membawa pula ajaran-ajaran yang sama sekali  berbeda dari ajaran Nabi Isa a.s. dikatakannya ajaran itulah  ajaran Isa yang sebenarnya, yaitu bahwa Tuhan adalah satu, tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang Sang Bapa, itulah Allah sendiri. Sang Putera, itulah Isa Almasih dan Ruhul Qudus. Inilah kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama, yang sampai sekaang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun sesudah Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah Yang tahu, maka bangsa Romawi yang menguasai Jerusalem itu, meresmikan menerima agama Kristen ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma. Sejak itu jarusalem mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan berlaku lagilah tindasan kepada orang Yahudi, pengusiran dan sebagainya. Dan hilanglah untuk selamanya kebesaran Bani Israil.
Hancurlah meeka sehancur-hancurnya,sebagaimana yang diancamkan Tuhan tersebut di Surat Ayat 7 ini. Maka terpecah brlahlah Bani Israil dibawa nasib ke mana-mana, ke Mesir, Spanyol, india dan lain-lain.  Setengahnya lagi berdiam di Tanah Arab di Khaibar, Yastrib (Madinah), yang terdiri dari bani Nadhir, bani Qainuqa’, bani Quraizhah. Tetapi pengharapan merka akan bangun kembali masih ada. Sebab di dalam Tauratdan kitab Nabi-nabi disebut bahwa seorang Nabi akhir zaman akan bangkit. Mereka namai messias. Dan pengharapan ini kerap kali mereka terangkan kepada orang-orang Arab di Yastrib. Tetapi Nabi itu rupanya tidaklah timbul di kalangan Bani Israil lagi melainkan di kalangan Bani ismail yaitu Muhammad.
Dari orang-orang Arab yang diceritai tentang akan datangnya Nabi itu oleh orang Yahudi itu, dengan sembunyi-sembunyi telah datang menemui Nabi itu ke mMakkah dan telah percaya. Mala terjadiah Isra’ dan Mi’raj dekat masa Nabi akan Hijrah ke Madinah. Sebagai hikmat tertinggi dari Allah. Nabi Muhammad saw Isra’ ke masjid  al- aqsha dalam Mi’raj beliau ke langit. Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengn resmi dipindahkanlah kiblat ke masjid yang lebih tua, yang didirikan nabi Ibrahim, dari Baitul Maqdis yang didirikan oleh Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah nubuwwat bani Israil. Adapun terhadap Bani Israil yang berdiam di Tanah Arab, khususnya di Madinah.[4]
3. Tafsir Jalalain
Kemudian Kami katakanاِنْ اَحْسَنْتُمْ   (jika kalian berbuat baik) dengan mengerjakan ketaatan اَحْسَنْتتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ (berarti kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri) karena sesungguhnya pahala kebaikan itu untuk diri kalian sendiri              وَاِنْ اَسَأْتُمْ  (dan jika kalian berbuat jahat) dengan menimbulkan kerusakan فَلَهاَ (maka kejahatan itu bagi diri kalian sendiri) sebagai pembalasan atas kejahatan kalian.      فَاِﺫَجَآءَ وَعْدُ (dan apabila datang saat hukuman) bagi kejahatan yang  الاٰخِرَةِ ( kedua) maka Kami kembali mengutus mereka  لِيَسُٓؤٗا وُجُوْهَكُمْ     (untuk menyuramkan muka-muka kalian) untuk membuat kalian sedih, karena terbunuh dan tertawan, hingga pengaruh kesedihan itu dapat terbaca dari roman muka kalian         وَلِيَدْخُلُوا المَسْجِدَ (dan mereka masuk ke dalam masjid) yakni Baitul Muqaddas untuk menghancurkannya        كَمَا دَخَلُوْهُ (sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya) dan menghancurkannya اَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّاراَ   pada kali pertama dan untuk menghancurkan) untuk mengadakan pembinasaan            ماَ عَلَو (terhadap apa saja ysng mereka kuasai) yang dapat mereka kalahkan تَتْبِيْرًا (dengan penghancuran habis-habisan) dengan pembinasaan yang sehabis-habisnya. Ternyata mereka melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, yaitu dengan membunuh Nabi Yahya. Maka Allah mengirimkan untuk membinasakan mereka raja Bukhtanashar. Raja bukhtanashar akhirnya membunuh ribuan orang dari kalangan mereka dan menahan anak cucu mereka, serta memporak-porandakan Baitul Muqaddas.[5]

B.     Aplikasi dalam kehidupan
a.       Senantiasa selalu bersyukur terhadap nikmat yang di berikan Allah SWT.
b.      Berbuat amar ma’ruf nahi mungkar
c.       Berbuat Amal sholeh dengan ikhlas tanpa pamrih
C.    Aspek tarbawi
a.       Mengharuskan meneladani dalam hal-hal yang baik
b.      Yang berbuat baik buah kebaikannya untuk dirinya sendiri, demikian juga yang berbuat jahat
c.       Mendekatkan diri kepada Allah SWT



















BAB III
PENUTUP

jika kamu berbuat baik yakni taat serta mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya,maka itu berarti kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka buahnya buat diri kamu sendiri  juga.
Ayat ini mengingatkan bahwa bila datang saat hukuman bagi kejahatan kedua yang mereka lakukan, Allah datangkan orang-orang menindas dan membunuh mereka sehingga menyuramkan wajah mereka akibat kesedihan dan penderitaan yang mereka atau keluarga mereka alami.













DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Sayyid Huwati.2006. Menuju Kesempurnaan Akhlak.Jakarta : Darul Haq

Jalaluddin Imam al-mahalliy dan As-suyuthi. 1190.Terjemah tafsir jalalain berikut asbabun nuzul.Bandung : Sinar baru bandung
Muchsan.2010.Aqidah dan Akhlak.Semarang : Yudistira
Prof.Dr hamka.1984. Tafsir al-azhar .Jakarta : PT. Pustaka Manjimas

Shihab,M.Quraish.2012. Al-lubab Makna tujuan dan penjelasan dari surah-surah Al-qur’an. Tanggerang : Lentara Hati















PROFIL PEMAKALAH


Nama                           :  ALFIANA IZZATI
Nim                             : 2021115144
TTL                             : PEKALONGAN, 30 NOVEMBER 1996
Alamat                        : KARANGANYAR TIRTO PEKALONGAN
Riwayat Pendidikan   : 1.MI KARANGANYAR O1
2. MTS S NU KARANGANAYAR
3. SMK MA’ARIF NU TIRTO
4. IAIN Pekalongan Tahun 2015 sampai sekarang





[1] Muchsan, Aqidah dan Akhlak, (Semarang : Yudistira, 2010), hlm 130
[2]  Sayyid Ibrahim Huwati, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Jakarta : Darul Haq, 2006), hlm 253
[3]  M quraish shihab, Al-lubab Makna tujuan dan penjelasan dari surah-surah Al-qur’an, (Tanggerang : Lentara Hati, 2012), hlm 215
[4]  Prof.Dr hamka, Tafsir al-azhar, (Jakarta : PT. Pustaka Manjimas,1984), hlm 25-27
[5]  Imam jalaluddin al-mahalliy dan As-suyuthi, Terjemah tafsir jalalain berikut asbabun nuzul, (Bandung : Sinar baru bandung, 1990), hlm 1130-1131)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar