INVESTASI AMAL SHOLEH
“HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL”
( Q.S. Al-Isra’ Ayat 7 )
Alfiana
Izzati (2021115144)
KELAS
: B
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Alhamdulillah dengan memanjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan ridho-Nya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar, sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas makalah
ini. Atas segala dorongan dan do’a dari keluarga tercinta terutama kedua orang
tua dalam memotivasi dan penyemangat, penulis ucapan syukur Alhamdulillah yang
tidak terhingga.
Dengan terselesainya makalah yang
berjudul: “ Hukum Kekekalan Aksi Reaksi Amal”, dengan tulus ikhlas penulis
menyampaikan banyak terimakasih atas segala bantuan dari berbagai pihak,
khususnya kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu Tafsir
Tarbawi II dan teman-temanku semua.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran serta
koreksi dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaar bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pekalongan, 23 Maret 2017
Penulis
Alfiana Izzati
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam Al-Qur’an, Allah memaparkan
dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi dan pola pikir orang-orang
beriman. Keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah
untuk mendapatkan ridha-Nya kepercayaan mereka yang gantungkan kepada Allah,
Al-Qur’an juga bertutur mengenai kehidupan orang beriman.
Waktu yang berharga tidaklah
disia-siakan bagi orang-orang yang beriman untuk meningkatkan kualitas keimanan
dan amal mereka untuk menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Kehidupan di
dunia hanya sementara untuk itu lebih memanfaatkan kehidupan ini berperilaku
positif.
B.
Nash dan
arti QS. Al-Isra’: 7
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۚ وَاِنْ
اَسَأْتُمْ فَلَهاَ ۚ فَاِﺫَجَآءَ وَعْدُالاٰخِرَةِ لِيَسُٓؤٗا وُجُوْهَكُمْ
وَلِيَدْخُلُوا المَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ
وَلِيُتَبِّاراُوْاماَ عَلَواْتَتْبِيْرًا
Artunya:
“Jika
kamu berbuat baik adalah kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka itupun untuk (claka) kamu juga. Maka jika datang (pula)
janji yang akhir, niscaya akan masuk pula mereka memburukan muka-muka kamu dan
mereka akan masuk lagi kemasjid, sebagaimana mereka masuki dia pertama kali (dahulu)
dan supaya mereka hancurkan kamu, selagi mereka berkuasa, sehancur-hancurnya
C. Arti penting dikaji
Dalam surat Al-Isra’
ayat 7 penting dikaji karena berkaitan dengan perbuatan yang kita lakukan
sehari-hari. Dunia ini hanya bersifat sementara dan akhirat bersifat kekal
untuk itu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya waktu di dunia dengan
melakukan hal-hal yang positif, karena perbuatan yang di lakukan di dunia akan
dipertanggung jawabkan di akhirat.
A. TEORI
Pengertian Amal
Secara bahasa amal berasal dari
bahasa arab yang berarti perbuatan atau tindakan,
Sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut.
Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik
(setiap hal yang mengajak dan membawa pada ketaatan kepada Allah swt, baik
perbuatan lahir maupun batin) yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia
dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Jika memperbanyak amal sholeh berarti
memperbanyak jalan untuk mencapai hal yang halal. Orang yang melakukan amal
sholeh akan teguh imannya, terciptanya ketenangan dan kenyamanan dalam
menjalani hidup dan meningkatkan keimanan kepada Allah swt.[1]
Akhlak mulia yang digambarkan Al-Qur’an memberi petunjuk tentang sikap
dan sifat ketundukan manusia kepada seruan Tuhan.
Dalam kehidupan manusia
terdapat kewajiban berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk yang bersifat
universal dan merupakan keharusan moral. Berdasarkan itu manusia mengerti
segala kewajibannya sebagai perintah Tuhan.
Jika kebaikan merupakan dikategorikan sebagai sebuah akhlak, Al-Ghazali
mengklasifikasikan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi diri yakni orang dengan
dirinya dan Tuhan seperti ibadah, shalat, dimensi sosial yakni masyarakat,
perintah dan pergaulannya dengan sesama, dan dimensi metafisis yakni aqidah dan
pegangan dasarnya.[2]
A.
Tafsir dari buku
1.
Tafsir Al-Lubab
Ayat
7 mengingatkan Bani Israil bahwa: “jika kamu berbuat baik yakni taat serta
mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka itu berarti kamu berbuat baik bagi
diri kamu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka buahnya buat diri kamu
sendiri juga.
Ayat
ini mengingatkan bahwa bila datang saat hukuman bagi kejahatan kedua yang
mereka lakukan, Allah datangkan orang-orang menindas dan membunuh mereka
sehingga menyuramkan wajah mereka akibat kesedihan dan penderitaan yang mereka
atau keluarga mereka alami. Mereka yang menindas itu termasuk ke dalam masjid,
yakni Bait al-Maqdis, dimana tempat terdapat bangunan peribadatan yang
diselesaikan bangunannya oleh Nabi Sulaiman as. Mereka memasukinya, sebagaimana
musuh-musuh mereka yang memasukinya. Mereka memorak porandakan dan membinasakan
apa yang terdapat di sana dengan pembinasaan sempurna.[3]
2.
Tafsir Al-Azhar
Jelasnya
jaminan yang diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi lama kelamaan janji-janji mereka
dengan Tuhan satu demi satu mereka mungkiri: “ayat-ayat Allah mereka tolak,
Nabi-nabi mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terangan
mengaku: “Hati kami sudah tertutup!”
Imam
sejati sudah hilang, tinggal sedikit sekali. Kemudian setelah Allah menunjukkan
kekayaan-Nya dengan membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam
dengan tuduhan amat hina. Dituduhnya Isa almasih anak zina karena beliau
dilahirkan Allah tidak menurut yang beradat, yaitu berbapak. Padahal Zakanya,
seorang Rasul Allah dan penghulu Baitul Maqdis jadi saksi atas kesucian Maryam,
itu pun tidak mereka percayai. Akhirnya Isa Almasih diutus Tuhan mengajak
mereka kembali kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak
seruan Almasih itu, bahkan sampai mereka fitnah beliau kepada penguasa Romawi.
Mereka usulkan supaya Isa Almasih disalibkan sebagai orang jahat.
Karena
deskan mereka itu, maka Pilatus, prnguasa Romawi itu mengabulkan permintaan
mereka. Tetapi pertolongan Allah datang. Nabi Isa terpelihara dari disalib. Yan
disalib ialah muridnya yang menghianati dia. Judas Eskhariut. Tetapi mereka,
Bani Israil berkeras mrngatakan bahwa memang Isa telah mati mereka salib. Tuhan
mengatakan “Tidak” mereka mengatakan “Ya”.
Inilah
kerusakan hebat kedua kali yang dibawa Bani Israil, yang membawa perpecahan
yang paling hebat dalam sejarah agama. Karena bencinya kepada Nabi Issa dan
ibunya, mereka tuduh dengan tuduhan hina.
Maka
pengikut-pengikut Isa, karena dari terlalu sayang kepada Isa, menentang tuduhan
itu dengan memandan Isa Almasih pula sebagai Tuhan atau anak Allah!
Dengan
keras dan penuh kebencian mereka mengatakan Nabi Isa memang tekah mati karena
mereka salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun
dengan penuh cinta menyatakan bahwa di hari yang ketiga beliau telah bangun
dari kubur, dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemdian tampillah
seseorang Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa,
mendakwakan dirinya telah diangkta Nabi Isa menjadi Rasul, namanya Paulus. Dia
membawa pula ajaran-ajaran yang sama sekali
berbeda dari ajaran Nabi Isa a.s. dikatakannya ajaran itulah ajaran Isa yang sebenarnya, yaitu bahwa Tuhan
adalah satu, tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang
Sang Bapa, itulah Allah sendiri. Sang Putera, itulah Isa Almasih dan Ruhul
Qudus. Inilah kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama,
yang sampai sekaang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun
sesudah Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah Yang
tahu, maka bangsa Romawi yang menguasai Jerusalem itu, meresmikan menerima
agama Kristen ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma. Sejak itu
jarusalem mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan berlaku lagilah tindasan
kepada orang Yahudi, pengusiran dan sebagainya. Dan hilanglah untuk selamanya
kebesaran Bani Israil.
Hancurlah
meeka sehancur-hancurnya,sebagaimana yang diancamkan Tuhan tersebut di Surat
Ayat 7 ini. Maka terpecah brlahlah Bani Israil dibawa nasib ke mana-mana, ke
Mesir, Spanyol, india dan lain-lain.
Setengahnya lagi berdiam di Tanah Arab di Khaibar, Yastrib (Madinah),
yang terdiri dari bani Nadhir, bani Qainuqa’, bani Quraizhah. Tetapi
pengharapan merka akan bangun kembali masih ada. Sebab di dalam Tauratdan kitab
Nabi-nabi disebut bahwa seorang Nabi akhir zaman akan bangkit. Mereka namai
messias. Dan pengharapan ini kerap kali mereka terangkan kepada orang-orang
Arab di Yastrib. Tetapi Nabi itu rupanya tidaklah timbul di kalangan Bani Israil
lagi melainkan di kalangan Bani ismail yaitu Muhammad.
Dari
orang-orang Arab yang diceritai tentang akan datangnya Nabi itu oleh orang
Yahudi itu, dengan sembunyi-sembunyi telah datang menemui Nabi itu ke mMakkah
dan telah percaya. Mala terjadiah Isra’ dan Mi’raj dekat masa Nabi akan Hijrah
ke Madinah. Sebagai hikmat tertinggi dari Allah. Nabi Muhammad saw Isra’ ke
masjid al- aqsha dalam Mi’raj beliau ke
langit. Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengn resmi dipindahkanlah
kiblat ke masjid yang lebih tua, yang didirikan nabi Ibrahim, dari Baitul
Maqdis yang didirikan oleh Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah
nubuwwat bani Israil. Adapun terhadap Bani Israil yang berdiam di Tanah Arab,
khususnya di Madinah.[4]
3.
Tafsir Jalalain
Kemudian
Kami katakanاِنْ
اَحْسَنْتُمْ
(jika kalian berbuat baik) dengan mengerjakan ketaatan اَحْسَنْتتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ (berarti kalian berbuat baik bagi diri
kalian sendiri) karena sesungguhnya pahala kebaikan itu untuk diri kalian
sendiri وَاِنْ اَسَأْتُمْ (dan
jika kalian berbuat jahat) dengan menimbulkan kerusakan فَلَهاَ (maka kejahatan
itu bagi diri kalian sendiri) sebagai pembalasan atas kejahatan kalian. فَاِﺫَجَآءَ وَعْدُ (dan apabila datang saat hukuman) bagi kejahatan yang الاٰخِرَةِ ( kedua) maka Kami kembali mengutus mereka لِيَسُٓؤٗا وُجُوْهَكُمْ (untuk menyuramkan muka-muka kalian) untuk membuat kalian
sedih, karena terbunuh dan tertawan, hingga pengaruh kesedihan itu dapat
terbaca dari roman muka kalian وَلِيَدْخُلُوا المَسْجِدَ (dan mereka masuk ke dalam masjid) yakni
Baitul Muqaddas untuk menghancurkannya كَمَا دَخَلُوْهُ (sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya) dan
menghancurkannya اَوَّلَ
مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّاراَ pada kali pertama dan
untuk menghancurkan) untuk mengadakan pembinasaan ماَ عَلَو (terhadap apa saja ysng mereka kuasai) yang
dapat mereka kalahkan تَتْبِيْرًا (dengan
penghancuran habis-habisan) dengan pembinasaan yang sehabis-habisnya. Ternyata
mereka melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, yaitu dengan membunuh Nabi
Yahya. Maka Allah mengirimkan untuk membinasakan mereka raja Bukhtanashar. Raja
bukhtanashar akhirnya membunuh ribuan orang dari kalangan mereka dan menahan
anak cucu mereka, serta memporak-porandakan Baitul Muqaddas.[5]
B.
Aplikasi dalam kehidupan
a. Senantiasa selalu bersyukur terhadap
nikmat yang di berikan Allah SWT.
b. Berbuat amar ma’ruf nahi mungkar
c. Berbuat Amal sholeh dengan ikhlas tanpa
pamrih
C.
Aspek tarbawi
a. Mengharuskan meneladani dalam hal-hal
yang baik
b. Yang berbuat baik buah kebaikannya untuk
dirinya sendiri, demikian juga yang berbuat jahat
c. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
BAB
III
PENUTUP
jika
kamu berbuat baik yakni taat serta mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya,maka
itu berarti kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, maka buahnya buat diri kamu sendiri
juga.
Ayat
ini mengingatkan bahwa bila datang saat hukuman bagi kejahatan kedua yang
mereka lakukan, Allah datangkan orang-orang menindas dan membunuh mereka
sehingga menyuramkan wajah mereka akibat kesedihan dan penderitaan yang mereka
atau keluarga mereka alami.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim Sayyid Huwati.2006. Menuju Kesempurnaan
Akhlak.Jakarta : Darul Haq
Jalaluddin
Imam al-mahalliy dan As-suyuthi. 1190.Terjemah tafsir jalalain berikut asbabun
nuzul.Bandung : Sinar baru bandung
Muchsan.2010.Aqidah
dan Akhlak.Semarang : Yudistira
Prof.Dr hamka.1984. Tafsir al-azhar .Jakarta : PT.
Pustaka Manjimas
Shihab,M.Quraish.2012. Al-lubab Makna tujuan dan
penjelasan dari surah-surah Al-qur’an. Tanggerang : Lentara Hati
PROFIL
PEMAKALAH
Nama : ALFIANA IZZATI
Nim : 2021115144
TTL : PEKALONGAN, 30
NOVEMBER 1996
Alamat : KARANGANYAR TIRTO
PEKALONGAN
Riwayat
Pendidikan : 1.MI KARANGANYAR O1
2. MTS S NU KARANGANAYAR
3. SMK MA’ARIF NU TIRTO
4. IAIN Pekalongan Tahun 2015 sampai sekarang
[2] Sayyid Ibrahim Huwati, Menuju
Kesempurnaan Akhlak, (Jakarta : Darul Haq, 2006), hlm 253
[3] M quraish shihab, Al-lubab Makna
tujuan dan penjelasan dari surah-surah Al-qur’an, (Tanggerang : Lentara Hati, 2012),
hlm 215
[5] Imam jalaluddin al-mahalliy dan As-suyuthi,
Terjemah tafsir jalalain berikut asbabun nuzul, (Bandung : Sinar baru bandung,
1990), hlm 1130-1131)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar