Laman

Rabu, 22 Maret 2017

tt2 c6E “HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL” Q.S AL-ISRA’ [17]:7

INVESTASI AMAL SHALIH
HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL
Q.S AL-ISRA’ [17]:7

Qonita Lutfia (2021115155) 
Kelas C

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR

         Assalamu’alaikum Wr. Wb
         Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penasih lagi Maha Penyayang saya panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul tentang “INVESTASI AMAL SHALIH” dengan sub pembahasan “HUKUM KEKEKALAN AKSI REAKSI AMAL”. Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada:
         Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II, Orang Tua saya yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada saya dala menuntut ilmu. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, apabila ada kekuangan mohon dimaafkan. Oleh karena itu apabila ada kekurangan atau kesalahan dari makalah saya, saya sangat senang menerima kritik dan saran dari rekan-rekan semua.
         Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih.
         Wassalamu’alaikum Wr. Wb





Pekalongan, Maret 2017
Penulis

Qonita Lutfia
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                     1
DAFTAR ISI                                                                                                   2
BAB I
PENDAHULUAN                                                                                           3
BAB II
PEMBAHASAN                                                                                             5
BABIII
PENUTUP                                                                                                      9
DAFTAR PUSTAKA                                                                                     10
DATA DIRI PENULIS                                                                                   11



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR ABELAKANG
            Sebelumnya tela dijelaskan bagaimana Allah mengabarkan Bani Israil telah dua kali berbuat kerusakan di muka bumi. Dan setiap kali berbuat kerusakan Allah menjadikan kaum yang lebih kuat menguasai mereka. Kaum ini menghancurkan rumah dan tanah pertanian mereka. Ayat ini kembali mengulangi singgungan Allah sebelumnya.
            Ayat menyebutkan, Dunia yang di tinggali adalah dunia aksi dan reaksi. Bila kalian berbuat baik, niscahya kebaikan pula yang akan kalian saksikan dan bila keburukan yang kalian lakukan, maka keburukan pula yang akan kalian terima. Kalian telah berbuat atu kerusakan di muka bumi dan akibatnya telah kalian rasakan, namun sayangnya kalian tidak mengmbil pelajaran dan kembali berbuat kerusakan. Oleh karena itu kalian harus menanti kali ini sebuah kaum akan mengalahkan dan membuat kalian terhina. Kaum tersebut akan mengambil kembali masjidul Aqsa dan menguasai kalian.

B.      JUDUL
Investasi Amal Shalih “Hukum Kekekalan Aksi Reaksi Amal”

C.      NASH
اِنْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ وَاِنْ اَسَاْتُمْ فَلَهَا فَاِذَا جَاءَ وَعْدُ الاخِرَةِ لِيَسُوءُا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوْا المَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوْا مَاعَلَوْا تَتْبِيْرًا



D.      ARTI
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua,(kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk kedalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

E.      ARTI PENTING YANG DI KAJI
            Surat Al-Isra’ ayat 7 menjelaskan bahwa jika seseorang itu berbuat suatu kebaikan kapada orang lain apapun bentuknya baik harta, tenaga, maupun ilmu, maka mereka sama saja dengan menghargai atau berbuat baik bagi dirinya sendiri.
Karena sesungguhnya perbuatan baik atau buruknya seseorang itu merupakan suatu perwujudan bagaimana seseorang itu dapatmenghargai dirinya sendiri.
Tetapi sebaliknya apabila seseorang manusia itu berbuat suatu kejahatan atau suatu keburukan kepada orang lain, maka sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri sehingga ia tidak bisa menghargai dirinya sendiri dihadapan orang laindan Allah SWT, karena sesungguhnya oleh Allah SWT. Segala sesuatu kebaikan atau keburukan seseorang segala pahala, konsekuensi dan akibatnya di tanggung oleh dirinya sendiri dan bukan oleh orang lain.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Teori
Amal shaleh maksudnya adalah berusaha melakukan perbuatan baik, berupaya membantu saudanya yang ditimpa musibah dan meringankan persoalan yang terjadi. Amal shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana frman Allah : Yang artinya : “dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”. (QS AL-Baqarah : 82)[1]

B.  TAFSIR
a.      Tafsir Jalalain

اِنْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ وَاِنْ اَسَاْتُمْ فَلَهَا فَاِذَا جَاءَ وَعْدُ الاخِرَةِ لِيَسُوءُا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوْا المَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوْا مَاعَلَوْا تَتْبِيْرًا
       Kemudian Kami katakan: - اِنْ اَحْسَنْتُمْ - (jika kalian berbuat baik) dengan mengerjakan ketaan - اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ - (berarti kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri) karena sesungguhnya pahala kebaikan itu untuk diri kalian sendiri -  وَاِنْ اَسَاْتُمْ – ( dan jika kalian berbuat jahat) dengan menimbulkan kerusakan - فَلَهَا – (maka kejahatan itu bagi diri kalian sendiri) sebagai pembalasan atas kejahatan kalian.- فَاِذَا جَاءَ وَعْدُ – (dan apabila datang saat hukuman) bagi kejahatan yang - الاخِرَةِ – (keadaan) maka Kami kembali mengutus mereka - لِيَسُوءُا وُجُوْهَكُمْ – (untuk menyuramkan muka-muka kalian) untuk membuat kalian ssedih karena terbunuh dan tertawan, sehingga pengaruh kesedihan itu dapat terbaca dari roman muka kalian - وَلِيَدْخُلُوْا – (dan mereka masuk kedalam masjid ) yaitu baitul Muqaddas untuk menghancurkannya - كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ – (sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya) dan menghancurkannya
 - اَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوْا – (pada yang pertama kali dan untuk menghancurkan) untuk mengadakan pembinasaan - مَاعَلَوْا – (terhadap apa saja yang mereka kuasai) yang dapat mereka kalahkan - تَتْبِيْرًا – (dengan penghancuran habis-habisan) dengan pembinasaan yang sehabis-habisnya. Ternyata mereka melakukan kerusakan yntuk kedua kalinya, yaitu dengan membunuh Nabi Yahya. Maka Allah mengiimkan Raja Bukhtanasar untuk membinasakan mereka. Raja Bukhtanasar akhirnya membunuh ribuan orang dari kalangan mereka, menahan anak cucu mereka, dan memporak-porandakan Baitul Muqaddas.[2]

b.     Tafsir Al-Mishbah
Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan ketetapan Alla, yakni kebinasaan akan dialami oleh yang durhaka dengan melakukan kezaliman,dan kemenangan akan diraih yang taat dan yang patuh, maka disiniditegaskan-Nya kepada mereka, bahwa: jika kamu berbuat baik, yakni taat serta mengikuti tuntunan Allah dan Rosul-Nya, maka itu berartikamu berbuat baik bagi dirimu sendiri juga, dan apabila datang saat hukuman bagi kejahatan yang kedua yang kamju lakukan dari kedua kejahatan yang telah Kami tetapkan dalam al-Kitab itu, Kami datangkan orang-orang lain untuk menyiksa, membunuh, dan menghina kamu sehingga akhirnya bekas dan dampak buruk apa yang mereka lakukan itu menyeramkan wajah-wajah kamu akibat kesedihan dan oenderitaan yang kamu dan atau keluarga kamu alami dan mereka masuk ke dalam masjid yaitu Bait al- Maqdis dimana terdapat banguna peribadatan yang diselesaikan bangunannya oleh Nabi Sulaiman a. s. Mereka memasukinya sebagaimana mereka yaki musuh-musuh kamu memasukinya pada kali pertama guna menghancukan dan menyiksa kamu akibat kejahatan pertama dan akibatnya mereka membinasakan apa yang terdapat disana dengan pembinasaan sempurna yakni menghancurkan sampai habis. Mudah-mudahan Tuhan dan pemelihara kamu yang selama ini telah berbuatbaik kepada kamu akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu setelah kali yang kedua itu, dan sekiranya kamu kembali kepada durhakaan dan membangkang tuntunan Kami, niscahya Kami pun kembali menyiksa kamu dalam kehidupan dunia ini dan kelak di hari kemusian Kami jadikan Neraka Jahannam sebagai penjara dan tahanan yang meliputi, atau hamparan tempat duduk bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosul siapapun mereka itu.[3]
c.      Al-Maraghi
Jika kalian berbuat baik, taat kepada Allah dan sensntiasa melakukan perintah serta meninggalkan larangan-Nya, berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Karena dengan demikian, kamu memberi manfaat kepada dirimu di dunia dan di akhirat. Di dunia, Allah Ta’ala mencegah kalian dari penganiayan orang yang hendak menyusahkan kamu, dan megembalikan tipu dayanya kepada pundak mereka sendiri. Dan Allah mengembangkan harta kalian, bahkan menambahi kekuatan pada kekuatan mu yang ada. Adapun di akhirat, Allah memberi pahala kepada kalian berupa surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sunga, serta meridhoi kalian dengan keridhaan dari Allah yang maha besar.
Dan kalau kalian bermaksiat kepada Tuhanmu dan melakukan apa yang Dia larang, berarti kalian menyusahkan diri sendiri. Karena, kamu membuat murka Allah sehingga Dia memberi kekuasaan kepada musuh-musuhmu untuk mengalahkan kamu di dunia, dam memberi kesempatan untuk mencelakakan kamu kepada orang yang ingin menyusahkan kalian, seang di khirat Dia akan menimpakan kepada kamu azab yang menghinakan.[4]

C.  Aplikasi dalam Kehidupan
Manusia apabila ia berbuat baik atau berbuat kebaikan, maka kebaikannya ini akan dirasakannya, baik di dunia maupun di akhirat dan begitupun sebaliknya.
D.  Aspek Tarbawi
1.     Perbuatan buruh dan baik yang telah kita lakukan tidak akan menguntungkan atau merugikan Allah dan perlu dicamkan, bahwa hasilnya akan kembali kepada diri kita sendiri
2.     Sunnah illahi tetap ada konstan terkait sejarah dan masyarakat. Setiap orang yang melakukan kerusakan bakal binasa.
3.     Senantiasa berbuat baik kepada sesama
4.     Menjalankan Perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
5.     Ikhlas dalam berbuat kebaikan




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

       Surat Al-Isra’ ayat 7 menjelaskan bahwa jika seseorang itu berbuat suatu kebaikan kapada orang lain apapun bentuknya baik harta, tenaga, maupun ilmu, maka mereka sama saja dengan menghargai atau berbuat baik bagi dirinya sendiri.
Karena sesungguhnya perbuatan baik atau buruknya seseorang itu merupakan suatu perwujudan bagaimana seseorang itu dapatmenghargai dirinya sendiri.
Tetapi sebaliknya apabila seseorang manusia itu berbuat suatu kejahatan atau suatu keburukan kepada orang lain, maka sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri sehingga ia tidak bisa menghargai dirinya sendiri dihadapan orang laindan Allah SWT, karena sesungguhnya oleh Allah SWT. Segala sesuatu kebaikan atau keburukan seseorang segala pahala, konsekuensi dan akibatnya di tanggung oleh dirinya sendiri dan bukan oleh orang lain.




DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Musthofa Al- Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, PT.Karya Toha Putra,1998)
Imam Jalaluddin Al-Mahali , Tafsir Jalalain, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2004)





PROFILE



Nama                                      : Qonita Lutfia
NIM                                        : 2021115155
Tempat Tanggal Lahir          : Pekalongan, 12 Oktober 1997
Alamat: Capgawen Selatan Kedungwuni Pekalongan
Jenis Kelamin                         : Perempuan
Agama                                    : Islam
Riwayat Pendidikan              : - TK Muslimat NU Kedungwuni
-        SD N 06 Kedungwuni
-        MTsN Buaran Pekalongan
-        Ma. K. H. Syafi’i Buaran Pekalongan
-        Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an Buaran Pekalongan
-        Institut Agama Islam Negeri Pekalongan





[1] Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap, di akses pada hari, Kamis, 23 Maret 2017, pukul 18:53
[2] Imam Jalaluddin Al-Mahali , Tafsir Jalalain, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009)
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2004).hlm.415
[4] Ahmad Musthofa Al- Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, PT.Karya Toha Putra,1998)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar