Laman

Selasa, 02 Mei 2017

TT2 D12e “Kepemimpinan membangun peradaban baru” (QS.al-Baqoroh 2:124)

PENDIDIKAN SOSIAL UNIVERSAL
“Kepemimpinan membangun peradaban baru”
(QS.al-Baqoroh 2:124)
Nisfa Dwi Riyanti (2021114218) 
Kelas : D

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) PEKALONGAN
2017




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati &menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik
B.     Judul
Kepemimpinan membangun peradaban baru
C.     Nash dan arti QS.Al-baqoroh ayat 124

۞ وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ
وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
(Firman-Nya) yakni Allah Taala, ("Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi manusia.") Artinya contoh dan ikutan dalam keagamaan. (Kata Ibrahim, "Aku mohon juga dari keturunanku!") maksudnya dari anak cucuku dijadikan imam-imam. (Firman-Nya, "Janji-Ku ini tidak mencapai) untuk dijadikan imam (orang-orang yang aniaya") yakni orang-orang yang ingkar di antara mereka. Sebaliknya bagi orang yang tidak aniaya, tidak tertutup kemungkinan untuk diangkat sebagai imam.
D.    Arti penting pengkajian Materi
Penulis membuat makalah yang berisi mengenai Qs. Al-Baqoroh ayat 124 karena Ayat ini meneruskan lagi cabaaan Allah kepada mereka yaitu menjadi imam bagi manusia. imam ialah orang yang diikut, orang yang menjdi pelopor, yang patut ditiru diteladan, baik berkenaan dengan agama dan ibadaht, atau akhlak.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
Ujian merupakan sunah ilahi yang pasti menimpa seluruh manusia. Ujian itu diberlakukan ke atas manusia agar mereka mengetahui betapa Allah Maha Mengetahui segalanya. Ujian-ujian ini untuk mengetahui seluruh potensi, baik dan buruk manusia. Dengan diharapkan dapat menjadi jelas bahwa apa yang dipilih oleh setiap manusia berdasarkan kebebasan memilih yang telah Allah berikan kepadanya. Atas dasar ini manusia diberi balasan berupa pahala atau siksaan dari tindakan tersebut.
Di dalam ayat ini maksud dari "kalimat" adalah rentetan tanggung jawab berat yang telah Allah panggulkan kepundak Nabi Ibrahim. Beliau menjalankan semua tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan sebagian dari tanggung jawab .
Kedudukan Imamah lebih tinggi dari kedudukan risalah. Rasul ditugaskan menyampaikan hukum-hukum ilahi dan pemberi petunjuk manusia, tetapi Imam penaggung jawab atas terealisasinya hukum-hukum tersebut dan pelaksanaan keadilan sosial di antara masyarakat.
Imamah adalah janji dan amanat ilahi yang tidak akan diperoleh oleh orang-orang zalim. bahwa Imam seperti halnya Nabi harus maksum. Siapa saja yang telah berbuat syirik dan dosa, maka ia tidak layak menduduki jabatan Imamah.
imam/Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk  mempengaruhi  orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
 Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas
B.     Tafsir
1.      Tafsir Al-Maraghi
Pada ayat sebelumnya Allah membantah orang kafir dan menjelaskan kekafiran mereka terhadap nabi yang selama ini mereka tunggu-tunggu lantaran kitab mereka menjelaskan demikian. Di sini Allah menjelaskan pokok-pokok yang dijadikan landasan agama islam, dan keturunan yang dihormati para ahli kitab dan musyrikin arab, yakni Nabi Ibrahim dan keturunan yang dihormati para ahli kitab dan musyrikin arab, yakni Nabi Ibrahim dan keturunanya. Dengan demikian kaum yahudi tidaklah sebagai kaum yang mulia disbanding orang-orang Arab. Sebab semuanya berasal dari satu agama dan keturunan, yakni nabi Ibrahim
      Al-Qur’an juga membantah pendapat ahli kitab dan meluruskan agama mereka yang telah banyak bercampur dan berubah bahkan ada yang sampai terlupakan. Al-Qur’an juga menetapkan ajaran tauhid dan mensucikan Allah dari hal-hal yang mereka sangka.setelah itu, Al-Quran membantah perbuatan kaum musrik yang selalu berupaya menghapuskan islam. Dalam bantahanya ini, Al-Qur’an memakai argumentasi secara logis, dan terkadang menggunakan bukti-bukti nyata dan ada di alam semesta ini. Bantahan Al-Qur’an terhadap akidah mereka terdapat pada banyak Ayat, terutama pada surat-surat yang turun di Makkah. [1]

2.      Tafsir Al-Azhar
Setelah menyampaikan peringatan-peringatan yang semacam itu, yang 82 ayat banyaknya terlebih dikhusukan kepada Bani Israil, yang diharapkan moga-moga ada perhatian mereka menerima ajaran kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, disamping pengharapan kepada kaum musyrikin Arab sendiri, tetapi tidak juga lepas pertalianya dengan Bani Israil, maka dengan ayat yang akan datang ini, diantara bani israil, (Arab) dipertemukan dengan Bani Israil pada pokok asal, yaitu Nabi Ibrahim AS. Sebab orang Arab sendiri mengakui, terutama Arab Adnan, atau Arab musta’ribah mengakui dan membangkakan bahwa mereka adalah keturunan Ibrahim AS dan Ismail AS diikuti oleh Arab yang lain (Qahthan).
  “Dan (ingatlah)tatkala telah diuji Ibrahim oleh TuhaNya denga  berapa kalimat” (pangkal ayat 124). Dengan ini diperingatkan kembali siapa Ibrahim a.s.. yang dibanggakan oleh kedua suku bangsa bani israil dan Bani Ismail sebagai nenek moyang mereka. Itulah seorang besar yang telah lulus dari berbagai ujian. Tuhan telah mengujinya dengan beberapa kalimat, artinya beberapa ketentuan dari Tuhan. Dia telah diuji ketika menentang orang negrinya dan ayahnya sendiri yang menyembah berhala. Dia telah diuji sampai dibakar orang. Dia telah diuji, apakah kampong halaman yang lebih dikasihaninya atau keyakinanya? Dia telah tinggalkan kampung halaman karena menegakan keyakinan. Dia telah diuji karena sampai tua tidak beroleh putra. Dan setelah dia tua mendapatkan putra yang diharapkan, maka diuji pula, disuruh menyembelih putranya yang dicintainya itu, dan berbagai ujian yang lain. “ maka telah dipenuhi semuanya.”
Artinya, telah dipenuhinya sekalian ujian itu, telah dilaluinya dengan selamat dan jaya.
  Diriwayatkan oleh ibnu Ishaq dan Abi Hatim dari Ibnu Abbas: “kalimat-kalimat yang diujikan kepadanya itu, dan telah dipenuhi semuanya. Dia telah memisahkan dari kaumnya karena Allah memerintahkanya memisahkan diri. Perdebatanya dengan raja Nambrudz tentang kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan. Kesabaran hatinya tatkala dia dilemparkan kedalam api bernyala;tidak lain karena mempertahankan pendirianya tentang keesaan Allah. Setelah itu dia hujrah dari kampung halamanya, karena Tuhan yang menyuruh. Ujian Tuhan kepadanya seketika dia didatangi tetamu (seketika tetamu itu singgah kepadanya dalam perjalanan membawa azab kepada kaum luth), dan ujian kepadanya dengan menyuruh menyembelih putranya.
  Didalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari al-Hasan, ia berkata: “Ibrahim a.s. telah diuji dengan kelap-kelipnya bintang, diapun lulus. Dia diuji dengan bulan, diapun lulus. Kemudian diuji dengan matahari, itupun dia lulus. Diuji dengan hijrah, diapun lulus. Diuji pula dengan menyuruh menyembelih anak kandungnya sendiri, itupun dia lulus. Padahal waktu itu usianya telah 80 tahun.”
Menjadi Imam Sesudah Lulus Ujian
Setelah dilaluinya segala ujian itu dan dipenuhinya dengan sebaik-baiknya.
قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
"Diapun berfrman : Sesungguhnya Aku hendak menjadtkan engkau Imam bagi manusia. "
Disini kita mendapat suatu pelajaran yang dalam sekali, tentang jabatan yang begitu mulia yang dianugerahkan Tuhan kepada seorang di antara RasulNya. Setelah beliau lulus dalam berbagai ragam ujian yang berat itu dan diatasinya segala ujian itu dengan jaya, barulah Tuhan memberikan jabatan kepadanya, yaitu menjadi Imam bagi manusia. Imam, ialah orang yang diikut, orang yang menjadi pelopor, yang patut ditiru diteladan, baik berkenaan dengan agama dan ibadat , atau akhlak . Setelah jabatan Imam itu diberikan Tuhan, Ibrahimpun mengemukakan permohonan:

قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ "Dan Juga dari antara anak-cucuku."
Sebagai seorang ayah atau nenek yang besar yang bercita-cita jauh, Ibrahim a.s. memohonkan supaya jabatan Imam itupun diberikan pula kepada orang-orang yang dipilih Tuhan dari kalangan anak-cucunya. Moga-moga timbullah kiranya orang-orang yang akan menyambung usahanya. Permohonan itu disambut oleh Tuhan:

قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِيْن
"Tidaklah akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim. " (ujung ayat 124).
Permohonannya dikabulkan Tuhan, bahwasanya dalam kalangan anak-cucu keturunannya memang akan ada yang dijadikan Imam pula, sebagai pelanjut dari usahanya. Akan ada Imam, tetapi janji itu tidak akan berlaku pada anak-cucunya yang zalim. Keutamaan budi, ketinggian agama dan ibadat bukanlah didapat karena keturunan. Yang akan naik hanyalah orang yang sanggup menghadapi ujian, sebagaimana Ibrahim a.s. juga. Ibrahim a.s. telah memenuhi segala ujian dengan selamat; baru diangkat menjadi Imam. Bagaimana anak­ cucunya akan langsung saja menjadi Imam, kalau mereka tidak lulus dalam ujian atau zalim di dalam hidup. Imam yang dimaksud disini adalah Imamat Agama, bukan kerajaan clan bukan dinasti yang dapat diturunkan kepada anak. Sebab itu keturunan Ibrahim a.s. tidaklah boleh membanggakan diri karena mereka keturunan Imam Besar. Malahan kalau mereka zalim, bukanlah kemuliaan yang akan didapat lantaran mereka keturunan Ibrahim a. s., melainkan berlipat gandalah dosa yang akan mereka pikul, kalau mereka yang terlebih dahulu melanggar apa yang dianjurkan oleh amanat nenek-moyangnya.Ingatlah betapa beratnya ujian itu semuanya. Bukanlah perkara yang ringan menegakkan paham dan keyakinan sendiri, yang bententangan dengan pendirian ayah kandungnya. Ayahnya Azar tukang membuat berhala, sedang dia sendiri menegakkan Tauhid. Dan untuk itu Ibrahim a.s. bersedia dibakar. Dan ketika akan masuk pembakaran, Malaikat Jibril bertanya: Apakah dia memerlukan pertolongan ? Ibrahim a.s. menjawab dengan tegas: "Kepada engkau tidak." Kemudian ujian lagi karena sampai tua tidak beranak. Kemudian ujian lagi, karena disuruh menyembelih anaknya yang tertua Ismail a.s.,yang telah lama diharap-harapkannya.
Oleh sebab itu maka jabatan Imam yang diberikan Allah kepadanya, adalah hal yang wajar. Imamat yang sejati tidaklah mudah didapat oleh sembarang orang. Kekayaan harta bisa diwariskan kepada anak. Pangkat jabatan jadi Raja boleh diturunkan; tetapi Imamat yang sejati haruslah melalui ujian.
Di dalam Surat 32, as-Sajdah, ayat 34, Tuhan menjelaskan pula bahwa di antara pengikut-pengikut Nabi Musa ada yang diangkat Tuhan menjadi Imam, diberi pula petunjuk dan pimpinan, setelah ternyata betapa keteguhan hati, ketabahan mereka dan sabar mereka menempuh berbagai ujian hidup.
Keturunan Ibrahim a.s. terbagi dua, yaitu Bani Ismail dan Bani Israil. Pada kedua cabang turunan ini, terdapatlah beberapa orang Imam ikutan orang banyak. Terakhir sekali Muhammad s.a.w Imam dunia dari keturunan Ismail.[2]
3.      Tafsir Al-Misbah
Diatas dalam pengantar kelompok telah dikemukakan hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dapat dihubungkan dengan kisah manusia pada ayat 30 surat ini.kata dan pada awal ayat ini dapat dihubungkan kesana. Seakan-akan setelah selesai kisah kejadian manusia, ayat ini berkata, dan ingatlah pula kisah berikut yaitu, ketika Ibrahim diuji diperlakukan oleh Tuhan Pemelihara dan pembimbingnya serupa dengan perlakuan seorang yang menguji. Ia diuji dengan beberapa kalimat, maka Ibrahim menunaikanya dengan sempurna. Karena itu Allah berfirman kepadanya sebagai tanda kelulusanya dalam ujian itu,”sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam telatadan bagi seluruh manusia” sebagaimana Adam menjadi patron bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata”Dan saya mohon kiranya dari keturunanku engkau jadikan juga teladan.”Allah berfirman”Aku akan berbuat baik kepada keturunanmu, membimbing dan mengarahkan mereka tetapi “janji-Ku yang kujanjikan untukmu ini tidak mendapatkan orang-orang yang dzolim.”
      Nabi Ibrahim digelar dengan Khalilullah atau kekasih Allah. Sementara ulama menyatakan bahwa nama tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata ab yang berarti Ayah dan Rohim yang berarti penuh kasih. Beliau adalah Ayah yang penuh kasih. Betapa tidak ! beliau baru memperoleh Anugrah Anak diusia tua dan setelah menantikanya sedemikian lama. Ada juga yang berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari bahasa Ibrani Abram yang bermakna Ayah kelompok manusia yang banyak. Sementara sejarahwan berpendapat seperti dikemukakan oleh Thahir ibn Asyur bahwa beliau lahir disuatu daerah diwilayah Kasdim atau Kaldan tahun sekitar 4000 tahun lalu yakni pada 1996 sebelum masehi, kemudian pindah bersama ayahnya ke Harran atau Hauran, suatu dataran tinggi disebelah selatan Damaskus Suriah sekarang. Selanjutnya mereka berkunjung ke Mesir. Disana beliau mendapatkan kehormatan dari penguasa mesir setelah melihat keutamaanya dan istri beliau yang bernama sarah diberi oleh penguasa tersebut seorang budak wanita yang bernama Hajar dan yang kemudian menjadi istri nabi Ibrahim As sekaligus ibu dari anaknya yakni Ismail As. Nabi Ibrahim wafat tahun 1773 SM.
      Ayat diatas juga mengisaratkan bahwa kepemimpinan dan keteladanan harus berdasarkan kepada keimanan dan ketakwaan, pengetahuan, dan keberhasilan dalam aneka ujian. Karena itu kepemimpinan tidak akan dapat dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang yang dzalim, yakni berlaku aniaya.
      Apa yang digarikan oleh ayat ini, merupakan salah satu perbedaan yang menunjukan cirri pandangan islam tentang kepemimpinan, dan perbedaanya dengan pandangan-pandangan yang lain. Islam menilai bahwa kepemimpinan bukan hanya sekedar kontrak sosial, yang melahirkan janji dari pemimpin untuk melayani yang dipimpin sesuai kesepakatan bersama, serta janji ketaatan dari yang dipimpin kepada pemimpin, tetapi juga dalam pandangan ayat ini harus terjalin hubungan yang harmonis antara yang diberi wewenang memimpin dengan tuhan, yaitu berupa janji untuk menjalankan kepemimpin sesuai dengan nilai-nilai yang diamanatkaNya. Dari sini, dipahami bahwa ketaan kepada pemimpin tidak dibenarkan, jika ketaan itu bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.
      Wajar pula dicatat bahwa firmanya لا ينال عهد ي الظّا لمين 
 Laa yanaalu ‘abdi azh-zhaalimiin /janji-Ku (ini) tidak mendapatkan orang-orang yang zalim,menunjukan bahwa perolehan kepemimpinan lebih banyak merupakan anugrah, bukan upaya manusia. itulah sebabnya, ayat tersebut tdiak menyatakan janjiKu tidak diperoleh/tidapatkan oleh orang-orang zalim, dalam arti bahwa mereka yang aktif mencarinya, tetapi justru janji yang menjadi pelaku (subjek), yang tidak menemui atau mendapatkan mereka.
      Ayat-ayat tersebut dilanjutkan dengan pembicaraan tentang Ka’bah yang dibangun (kembali oleh Nabi Ibrahim dan putranya Ismail AS. Ka’bah adalah tempat termulia dipermukaan bumi ini, sekaligus bersama terdapat bekas-bekas yang nyata lagi “hidup”, yang menjadi saksi kehadiran kedua Nabi Mulia itu.[3]
C.    Aplikasi dalam kehidupan
·         Baik buruknya seorang pemimpin menurut pandangan masyarakat adalah dinilai dari tidaknya janji-janji yang telah disampaikanya.
·         Memberikan petunjuk (solusi)dengan berdasarkan wahyu/hukum Allah Ajaran Ilahi adalah merupakan pedoman-pedoman dan tatanan hidup dan kehidupan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga sampai dalam urusan bernegara.
·         Selanjutnya mampu mentuangkan makna sholat dalam aktualisasi kehidupan sosial. Berbangsa dan bernegara
D.    Aspek Tarbawi

1.      Setiap individu manusia meempunyai potensi menjadi seorang pemimpin yang baik
2.      Seorang pemimpin harus dapat meningkatkan, memajukan, membangun peradaban setiap Negara yang dipimpinya
3.      Seorang penguasa atau pemimpin harus mempunyai akhlaq bijaksana yang dapat menjadi panutan setiap yang dipimpinnya.
4.      Seorang pemimpin mampu menyesaikan masalah dan ujian setiap permasalahannya yang di pimpinnya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dengan demikian jika kita menjadi seorang pemimpin, baik dalam skala kecil keluarga ataupun sampai pemimpin Negara kita mesti memegang tangguhdan merealisasikan apa-apa kebijakan yang kita ikarkan selanjutnya mendasarkan segala persoalan hidup kita baik prifasi maupun kolektifkepada ajaran ilahi yang telah secara lengkap menjawab berbagai masalah kidup kita baik kini dan mendatang.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa AL-maraghi. 1987. Tafsir Al-Maraghi. semarang:Pt.Karya Toha Putra.
M. Quraish Sihab. 2002.tafsir Al-Misbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an.Jakarta:lentera
Sayyid Quthb. 1992. Fi zhilail-Qur’an. Jakarta:gema insani
Prof.Dr.Hamka. 1982. tafsir AL-AZHAR JUS 1. Jakarta:pustaka panjimas.




[1]AL-maraghi Musthafa Ahmad, Tafsir Al-Maraghi,(semarang:Pt.Karya Toha Putra semarang,1987),hlm.380.
[2] Hamka, tafsir AL-AZHAR JUS 1 (Jakarta:pustaka panjimas, 1982), hlm.381-382
[3] Sihab, M. Quraish, tafsir Al-Misbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an(Jakarta:lentera Hati, 2002)hlm316-318

Tidak ada komentar:

Posting Komentar