PENDIDIKAN SOSIAL UNIVERSAL
“Kepemimpinan membangun peradaban
baru”
(QS.al-Baqoroh 2:124)
Nisfa Dwi
Riyanti (2021114218)
Kelas : D
JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) PEKALONGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup,manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
&menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relative pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik
B.
Judul
Kepemimpinan membangun peradaban baru
C. Nash dan arti
QS.Al-baqoroh ayat 124
۞
وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ
وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah
berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
(Firman-Nya) yakni Allah Taala, ("Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu sebagai imam bagi manusia.") Artinya contoh dan ikutan dalam
keagamaan. (Kata Ibrahim, "Aku mohon juga dari keturunanku!")
maksudnya dari anak cucuku dijadikan imam-imam. (Firman-Nya, "Janji-Ku ini
tidak mencapai) untuk dijadikan imam (orang-orang yang aniaya") yakni
orang-orang yang ingkar di antara mereka. Sebaliknya bagi orang yang tidak
aniaya, tidak tertutup kemungkinan untuk diangkat sebagai imam.
D. Arti penting pengkajian Materi
Penulis membuat makalah yang berisi
mengenai Qs. Al-Baqoroh ayat 124 karena Ayat
ini meneruskan lagi cabaaan Allah kepada
mereka yaitu menjadi imam bagi manusia. imam
ialah orang yang diikut, orang yang menjdi pelopor, yang patut ditiru
diteladan, baik berkenaan dengan agama dan ibadaht, atau akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Ujian merupakan sunah
ilahi yang pasti menimpa seluruh manusia. Ujian itu diberlakukan ke atas
manusia agar mereka mengetahui betapa Allah Maha Mengetahui segalanya.
Ujian-ujian ini untuk mengetahui seluruh potensi, baik dan buruk manusia.
Dengan diharapkan dapat menjadi jelas bahwa apa yang dipilih oleh setiap
manusia berdasarkan kebebasan memilih yang telah Allah berikan kepadanya. Atas
dasar ini manusia diberi balasan berupa pahala atau siksaan dari tindakan
tersebut.
Di dalam ayat ini
maksud dari "kalimat" adalah rentetan tanggung jawab berat yang telah
Allah panggulkan kepundak Nabi Ibrahim. Beliau menjalankan semua tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya dan sebagian dari tanggung jawab .
Kedudukan Imamah lebih
tinggi dari kedudukan risalah. Rasul ditugaskan menyampaikan hukum-hukum ilahi
dan pemberi petunjuk manusia, tetapi Imam penaggung jawab atas terealisasinya
hukum-hukum tersebut dan pelaksanaan keadilan sosial di antara masyarakat.
Imamah adalah janji
dan amanat ilahi yang tidak akan diperoleh oleh orang-orang zalim. bahwa Imam
seperti halnya Nabi harus maksum. Siapa saja yang telah berbuat syirik dan
dosa, maka ia tidak layak menduduki jabatan Imamah.
imam/Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
Kepemimpinan
adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal
untuk menyelesaikan tugas
B. Tafsir
1. Tafsir
Al-Maraghi
Pada ayat sebelumnya Allah membantah orang kafir dan
menjelaskan kekafiran mereka terhadap nabi yang selama ini mereka tunggu-tunggu
lantaran kitab mereka menjelaskan demikian. Di sini Allah menjelaskan
pokok-pokok yang dijadikan landasan agama islam, dan keturunan yang dihormati
para ahli kitab dan musyrikin arab, yakni Nabi Ibrahim dan keturunan yang
dihormati para ahli kitab dan musyrikin arab, yakni Nabi Ibrahim dan
keturunanya. Dengan demikian kaum yahudi tidaklah sebagai kaum yang mulia
disbanding orang-orang Arab. Sebab semuanya berasal dari satu agama dan
keturunan, yakni nabi Ibrahim
Al-Qur’an
juga membantah pendapat ahli kitab dan meluruskan agama mereka yang telah
banyak bercampur dan berubah bahkan ada yang sampai terlupakan. Al-Qur’an juga
menetapkan ajaran tauhid dan mensucikan Allah dari hal-hal yang mereka
sangka.setelah itu, Al-Quran membantah perbuatan kaum musrik yang selalu
berupaya menghapuskan islam. Dalam bantahanya ini, Al-Qur’an memakai
argumentasi secara logis, dan terkadang menggunakan bukti-bukti nyata dan ada
di alam semesta ini. Bantahan Al-Qur’an terhadap akidah mereka terdapat pada
banyak Ayat, terutama pada surat-surat yang turun di Makkah. [1]
2. Tafsir
Al-Azhar
Setelah menyampaikan peringatan-peringatan
yang semacam itu, yang 82 ayat banyaknya terlebih dikhusukan kepada Bani
Israil, yang diharapkan moga-moga ada perhatian mereka menerima ajaran
kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, disamping pengharapan kepada kaum
musyrikin Arab sendiri, tetapi tidak juga lepas pertalianya dengan Bani Israil,
maka dengan ayat yang akan datang ini, diantara bani israil, (Arab)
dipertemukan dengan Bani Israil pada pokok asal, yaitu Nabi Ibrahim AS. Sebab
orang Arab sendiri mengakui, terutama Arab Adnan, atau Arab musta’ribah mengakui
dan membangkakan bahwa mereka adalah keturunan Ibrahim AS dan Ismail AS diikuti
oleh Arab yang lain (Qahthan).
“Dan
(ingatlah)tatkala telah diuji Ibrahim oleh TuhaNya denga berapa kalimat” (pangkal ayat 124).
Dengan ini diperingatkan kembali siapa Ibrahim a.s.. yang dibanggakan oleh
kedua suku bangsa bani israil dan Bani Ismail sebagai nenek moyang mereka.
Itulah seorang besar yang telah lulus dari berbagai ujian. Tuhan telah
mengujinya dengan beberapa kalimat, artinya beberapa ketentuan dari Tuhan. Dia
telah diuji ketika menentang orang negrinya dan ayahnya sendiri yang menyembah
berhala. Dia telah diuji sampai dibakar orang. Dia telah diuji, apakah kampong
halaman yang lebih dikasihaninya atau keyakinanya? Dia telah tinggalkan kampung
halaman karena menegakan keyakinan. Dia telah diuji karena sampai tua tidak
beroleh putra. Dan setelah dia tua mendapatkan putra yang diharapkan, maka
diuji pula, disuruh menyembelih putranya yang dicintainya itu, dan berbagai
ujian yang lain. “ maka telah dipenuhi semuanya.”
Artinya, telah dipenuhinya sekalian ujian
itu, telah dilaluinya dengan selamat dan jaya.
Diriwayatkan
oleh ibnu Ishaq dan Abi Hatim dari Ibnu Abbas: “kalimat-kalimat yang diujikan
kepadanya itu, dan telah dipenuhi semuanya. Dia telah memisahkan dari kaumnya
karena Allah memerintahkanya memisahkan diri. Perdebatanya dengan raja Nambrudz
tentang kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan. Kesabaran hatinya tatkala
dia dilemparkan kedalam api bernyala;tidak lain karena mempertahankan
pendirianya tentang keesaan Allah. Setelah itu dia hujrah dari kampung
halamanya, karena Tuhan yang menyuruh. Ujian Tuhan kepadanya seketika dia
didatangi tetamu (seketika tetamu itu singgah kepadanya dalam perjalanan
membawa azab kepada kaum luth), dan ujian kepadanya dengan menyuruh menyembelih
putranya.
Didalam riwayat
yang dikeluarkan oleh Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari
al-Hasan, ia berkata: “Ibrahim a.s. telah diuji dengan kelap-kelipnya bintang,
diapun lulus. Dia diuji dengan bulan, diapun lulus. Kemudian diuji dengan
matahari, itupun dia lulus. Diuji dengan hijrah, diapun lulus. Diuji pula
dengan menyuruh menyembelih anak kandungnya sendiri, itupun dia lulus. Padahal
waktu itu usianya telah 80 tahun.”
Menjadi
Imam Sesudah Lulus Ujian
Setelah
dilaluinya segala ujian itu dan dipenuhinya dengan sebaik-baiknya.
قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
"Diapun
berfrman : Sesungguhnya Aku hendak menjadtkan engkau Imam bagi manusia. "
Disini
kita mendapat suatu pelajaran yang dalam sekali, tentang jabatan yang begitu
mulia yang dianugerahkan Tuhan kepada seorang di antara RasulNya. Setelah
beliau lulus dalam berbagai ragam ujian yang berat itu dan diatasinya segala
ujian itu dengan jaya, barulah Tuhan memberikan jabatan kepadanya, yaitu
menjadi Imam bagi manusia. Imam, ialah orang yang diikut, orang yang menjadi
pelopor, yang patut ditiru diteladan, baik berkenaan dengan agama dan ibadat ,
atau akhlak . Setelah jabatan Imam itu diberikan Tuhan, Ibrahimpun mengemukakan
permohonan:
قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ "Dan Juga dari antara anak-cucuku."
Sebagai
seorang ayah atau nenek yang besar yang bercita-cita jauh, Ibrahim a.s.
memohonkan supaya jabatan Imam itupun diberikan pula kepada orang-orang yang
dipilih Tuhan dari kalangan anak-cucunya. Moga-moga timbullah kiranya
orang-orang yang akan menyambung usahanya. Permohonan itu disambut oleh Tuhan:
قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِيْن
"Tidaklah
akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim. " (ujung
ayat 124).
Permohonannya
dikabulkan Tuhan, bahwasanya dalam kalangan anak-cucu keturunannya memang akan
ada yang dijadikan Imam pula, sebagai pelanjut dari usahanya. Akan ada Imam,
tetapi janji itu tidak akan berlaku pada anak-cucunya yang zalim. Keutamaan
budi, ketinggian agama dan ibadat bukanlah didapat karena keturunan. Yang akan
naik hanyalah orang yang sanggup menghadapi ujian, sebagaimana Ibrahim a.s. juga.
Ibrahim a.s. telah memenuhi segala ujian dengan selamat; baru diangkat menjadi
Imam. Bagaimana anak cucunya akan langsung saja menjadi Imam, kalau mereka
tidak lulus dalam ujian atau zalim di dalam hidup. Imam yang dimaksud disini
adalah Imamat Agama, bukan kerajaan clan bukan dinasti yang dapat diturunkan
kepada anak. Sebab itu keturunan Ibrahim a.s. tidaklah boleh membanggakan diri
karena mereka keturunan Imam Besar. Malahan kalau mereka zalim, bukanlah
kemuliaan yang akan didapat lantaran mereka keturunan Ibrahim a. s., melainkan
berlipat gandalah dosa yang akan mereka pikul, kalau mereka yang terlebih
dahulu melanggar apa yang dianjurkan oleh amanat nenek-moyangnya.Ingatlah
betapa beratnya ujian itu semuanya. Bukanlah perkara yang ringan menegakkan
paham dan keyakinan sendiri, yang bententangan dengan pendirian ayah
kandungnya. Ayahnya Azar tukang membuat berhala, sedang dia sendiri menegakkan
Tauhid. Dan untuk itu Ibrahim a.s. bersedia dibakar. Dan ketika akan masuk
pembakaran, Malaikat Jibril bertanya: Apakah dia memerlukan pertolongan ?
Ibrahim a.s. menjawab dengan tegas: "Kepada engkau tidak." Kemudian
ujian lagi karena sampai tua tidak beranak. Kemudian ujian lagi, karena disuruh
menyembelih anaknya yang tertua Ismail a.s.,yang telah lama diharap-harapkannya.
Oleh
sebab itu maka jabatan Imam yang diberikan Allah kepadanya, adalah hal yang
wajar. Imamat yang sejati tidaklah mudah didapat oleh sembarang orang. Kekayaan
harta bisa diwariskan kepada anak. Pangkat jabatan jadi Raja boleh diturunkan;
tetapi Imamat yang sejati haruslah melalui ujian.
Di dalam
Surat 32, as-Sajdah, ayat 34, Tuhan menjelaskan pula bahwa di antara
pengikut-pengikut Nabi Musa ada yang diangkat Tuhan menjadi Imam, diberi pula
petunjuk dan pimpinan, setelah ternyata betapa keteguhan hati, ketabahan mereka
dan sabar mereka menempuh berbagai ujian hidup.
Keturunan
Ibrahim a.s. terbagi dua, yaitu Bani Ismail dan Bani Israil. Pada kedua cabang
turunan ini, terdapatlah beberapa orang Imam ikutan orang banyak. Terakhir
sekali Muhammad s.a.w Imam dunia dari keturunan Ismail.[2]
3. Tafsir Al-Misbah
Diatas dalam pengantar kelompok telah
dikemukakan hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Ayat ini dan ayat-ayat
berikutnya dapat dihubungkan dengan kisah manusia pada ayat 30 surat ini.kata
dan pada awal ayat ini dapat dihubungkan kesana. Seakan-akan setelah selesai
kisah kejadian manusia, ayat ini berkata, dan ingatlah pula kisah berikut yaitu,
ketika Ibrahim diuji diperlakukan oleh Tuhan Pemelihara dan pembimbingnya
serupa dengan perlakuan seorang yang menguji. Ia diuji dengan beberapa kalimat,
maka Ibrahim menunaikanya dengan sempurna. Karena itu Allah berfirman kepadanya
sebagai tanda kelulusanya dalam ujian itu,”sesungguhnya aku akan menjadikanmu
imam telatadan bagi seluruh manusia” sebagaimana Adam menjadi patron bagi
seluruh manusia. Ibrahim berkata”Dan saya mohon kiranya dari keturunanku engkau
jadikan juga teladan.”Allah berfirman”Aku akan berbuat baik kepada keturunanmu,
membimbing dan mengarahkan mereka tetapi “janji-Ku yang kujanjikan untukmu ini
tidak mendapatkan orang-orang yang dzolim.”
Nabi
Ibrahim digelar dengan Khalilullah atau kekasih Allah. Sementara ulama
menyatakan bahwa nama tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata ab
yang berarti Ayah dan Rohim yang berarti penuh kasih. Beliau adalah
Ayah yang penuh kasih. Betapa tidak ! beliau baru memperoleh Anugrah Anak
diusia tua dan setelah menantikanya sedemikian lama. Ada juga yang berpendapat
bahwa nama tersebut berasal dari bahasa Ibrani Abram yang bermakna Ayah
kelompok manusia yang banyak. Sementara sejarahwan berpendapat seperti
dikemukakan oleh Thahir ibn Asyur bahwa beliau lahir disuatu daerah diwilayah
Kasdim atau Kaldan tahun sekitar 4000 tahun lalu yakni pada 1996 sebelum
masehi, kemudian pindah bersama ayahnya ke Harran atau Hauran, suatu dataran
tinggi disebelah selatan Damaskus Suriah sekarang. Selanjutnya mereka
berkunjung ke Mesir. Disana beliau mendapatkan kehormatan dari penguasa mesir
setelah melihat keutamaanya dan istri beliau yang bernama sarah diberi oleh
penguasa tersebut seorang budak wanita yang bernama Hajar dan yang kemudian
menjadi istri nabi Ibrahim As sekaligus ibu dari anaknya yakni Ismail As. Nabi
Ibrahim wafat tahun 1773 SM.
Ayat diatas
juga mengisaratkan bahwa kepemimpinan dan keteladanan harus berdasarkan kepada
keimanan dan ketakwaan, pengetahuan, dan keberhasilan dalam aneka ujian. Karena
itu kepemimpinan tidak akan dapat dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang
yang dzalim, yakni berlaku aniaya.
Apa yang
digarikan oleh ayat ini, merupakan salah satu perbedaan yang menunjukan cirri
pandangan islam tentang kepemimpinan, dan perbedaanya dengan
pandangan-pandangan yang lain. Islam menilai bahwa kepemimpinan bukan hanya
sekedar kontrak sosial, yang melahirkan janji dari pemimpin untuk melayani yang
dipimpin sesuai kesepakatan bersama, serta janji ketaatan dari yang dipimpin
kepada pemimpin, tetapi juga dalam pandangan ayat ini harus terjalin hubungan
yang harmonis antara yang diberi wewenang memimpin dengan tuhan, yaitu berupa
janji untuk menjalankan kepemimpin sesuai dengan nilai-nilai yang
diamanatkaNya. Dari sini, dipahami bahwa ketaan kepada pemimpin tidak
dibenarkan, jika ketaan itu bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.
Wajar pula
dicatat bahwa firmanya لا ينال عهد ي الظّا لمين
Laa yanaalu
‘abdi azh-zhaalimiin /janji-Ku (ini) tidak mendapatkan orang-orang yang zalim,menunjukan bahwa perolehan kepemimpinan
lebih banyak merupakan anugrah, bukan upaya manusia. itulah sebabnya, ayat
tersebut tdiak menyatakan janjiKu tidak diperoleh/tidapatkan oleh orang-orang
zalim, dalam arti bahwa mereka yang aktif mencarinya, tetapi justru janji yang
menjadi pelaku (subjek), yang tidak menemui atau mendapatkan mereka.
Ayat-ayat tersebut dilanjutkan dengan
pembicaraan tentang Ka’bah yang dibangun (kembali oleh Nabi Ibrahim dan
putranya Ismail AS. Ka’bah adalah tempat termulia dipermukaan bumi ini,
sekaligus bersama terdapat bekas-bekas yang nyata lagi “hidup”, yang menjadi
saksi kehadiran kedua Nabi Mulia itu.[3]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
·
Baik buruknya seorang pemimpin menurut pandangan
masyarakat adalah dinilai dari tidaknya janji-janji yang telah disampaikanya.
·
Memberikan petunjuk (solusi)dengan berdasarkan
wahyu/hukum Allah Ajaran Ilahi adalah merupakan pedoman-pedoman dan tatanan
hidup dan kehidupan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga sampai dalam urusan
bernegara.
·
Selanjutnya mampu mentuangkan makna sholat dalam
aktualisasi kehidupan sosial. Berbangsa dan bernegara
D.
Aspek Tarbawi
1.
Setiap individu manusia meempunyai potensi menjadi
seorang pemimpin yang baik
2.
Seorang pemimpin harus dapat meningkatkan, memajukan,
membangun peradaban setiap Negara yang dipimpinya
3.
Seorang penguasa atau pemimpin harus mempunyai akhlaq
bijaksana yang dapat menjadi panutan setiap yang dipimpinnya.
4.
Seorang pemimpin mampu menyesaikan masalah dan ujian
setiap permasalahannya yang di pimpinnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan
demikian jika kita menjadi seorang pemimpin, baik dalam skala kecil keluarga
ataupun sampai pemimpin Negara kita mesti memegang tangguhdan merealisasikan
apa-apa kebijakan yang kita ikarkan selanjutnya mendasarkan segala persoalan
hidup kita baik prifasi maupun kolektifkepada ajaran ilahi yang telah secara
lengkap menjawab berbagai masalah kidup kita baik kini dan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Musthafa AL-maraghi. 1987. Tafsir Al-Maraghi. semarang:Pt.Karya Toha
Putra.
M. Quraish
Sihab. 2002.tafsir Al-Misbah:pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an.Jakarta:lentera
Sayyid
Quthb. 1992. Fi zhilail-Qur’an. Jakarta:gema insani
Prof.Dr.Hamka. 1982. tafsir AL-AZHAR
JUS 1. Jakarta:pustaka panjimas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar