Laman

Rabu, 27 September 2017

SBM A 5-b “ Student Center”

 Model Pembelajaran
“ Student Center”
  

M. Zainul Hasan
2023116071
KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017


Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi  Maha Penyayang, Kami panjatkan  puja dan puji syukur atas  kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul “student center” ini dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kami termasuk umat beliau yang mendapat syafaatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya, semoga dalam makalah ini dapat menambah wawasan kepada pembaca. Kami selaku penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam meyelesaikan makalah dan apabila masih ditemukan kesalahan kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Terimaksih.



Pekalongan , 26 September 2017


Muhammad Zainul Hasan

BAB I
PENDAHULUAN


A. Tema:
Model pembelajaran
B. Sub tema:
Studen center
C. Mengapa penting Dikaji?
Kondisi global saat ini mengalami perubahan antara lain meningkatnya persaingan, persyaratan kerja,   perubahan orientasi membutuhkan perlunya peningkatan kompetensi lulusan dan juga perubahan paradigma pengetahuan tentang belajar dan mengajar   berdampak pada perlunya perubahan kurikulum, perubahan perilaku pembelajaran yang bertujuan untuk peningkatan mutu lulusan.
Perubahan Paradigma Pembelajaran dari pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi , yang tinggal dipindahkan (ditransfer) dari dosen ke mahasiswa  menjadi pengetahuan adalah hasil konstruksi (bentukan) atau hasil tranformasi seseorang yang belajar  dan juga perubahan paradigma tentang belajar dari belajar adalah menerima pengetahuan (pasif-reseptif)  menjadi belajar adalah mencari dan mengkonstruksi (membentuk ) pengetahuan aktitif dan spesifik caranya. Perubahan paradigma mengajar yang berupa penyampaian pengetahuan menjadi membelajarkan dengan berpartisipasi dengan mahasiswa membentuk pengetahuan dan menjalankan insrtuksi yang telah dirancang bergeser pada paradigma  menjalankan berbagai strategi untuk membantu mahasiswa untuk dapat belajar.
Belajar yang sama dengan menerima pengetahuan dimana siswa pasif reseptif sering dinamakan pengajaran Teacher Centered Learning (TCL). Belajar adalah berubah dan ada nilai tambah, mencari pengetahuan dengan berbagai strategi  mahasiswa aktif dan spesifik sering dinamakan pembelajaran Student  Centered Learning (SCL).
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Student Center
Pengertian student centered Learning  (SCL) adalah  proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk belajar. Aktifitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun pemahaman (construcivism approach).[1]
Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri (Karsen, 2008).
B.     Metode-metode dalam student center
1.      Metode diskusi
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai narasumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.[2]
2.      Metode simulasi
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi  adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tujuan Metode simulasi
1.      Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,
2.      Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
3.      Melatih memecahkan masalah,
4.      Meningkatkan keaktifan belajar,
5.      Memberikan motivasi belajar kepada siswa,
6.      Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
7.      Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
8.      Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
3.      Metode tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya dan murid-murid menjawab bahan materi yang diperolehnya.
Metode ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa dalam bentuk guru bertanya dan pelajar menjawab atau dengan sebaliknya.
Metode Tanya jawab dilakukan :
1) Sebagai ulangan pelajran yang telah diberikan.
2) Sebagai selingan dalam pembicaraan.
3) Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
4) Untuk mengarahkan proses berfikir.
Proses Tanya jawab terjadi apabila ada ketidak tahuan atau ketidak fahaman peserta didik akan suatu peristiwa, adapun tujuan dari metode Tanya jawab sebagai berikut:
1) Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang dikuasai.
2) Membri kesempatan kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum difahami.
3) Memotivasi dan menimbulkan kompetensi belajar.
4) Melatih anak didik untuk berfikir dan berbicara secara sitematis berdasarkan pemikiran yang orisinil.[3]
4.      Metode Kerja Kelompok
Metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu grup atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama karena itu guru dituntut untuk menyediakan bahan-bahan pelajaran yang sacara manipulasi mampu melibat aktifkan anak berkerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.
Penerapan metode kerja kelompok menuntut guru untuk dapat me-ngelompokkan peserta didik secara arif dan proposional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada: (a) fasilitas yang tersedia; (b) perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar; (c) jenis pekerjaan yang diberikan; (d) wilayah tempat tinggal peserta didik; (e) jenis kelamin; (f) memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok; dan (g) berdasarkan pada lotre/random.
Selanjutnya, pembagian kelompok sebaiknya heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok tidak terkesan berat sebelah yaitu ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah.
Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para peserta didik;
Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan dan;
Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara berimbang.[4]
C . unsur-unsur strategi belajar
Pembuatan strategi pembelajaranmeliputi keseluruhan penggunaan informasi yang telah anda kumpulkan dan menghasilkan suatu rencana yang efektif untuk menyajikan pengajaran bagi pesertadidik. Pada titik ini anak harus mampu menggabungkan pengetahuan tentang teori dan disen pembelajaran dengan pengalaman anda mengenai peserta didik dan tujuan pembelajaran. Membuat suatu strategi tidak benar-benar sama dengan mengembangakan bahan ajar tujuan menciptakan strategi sebelum mengembangkan bahan ajar adalah untuk menjelaskan bagemana kegiatan pembelajaran akan berhubungan dengan pencapean tujuan (gagne,1988).hal ini akan memberikan rencana yang jelas untuk mengembangkan selanjudnya. Dick dan carey  menjelaskan 4 elemen strategi pembelajaran (1) rangkean atau keurutan dan pengelompokan konten (2) komponen belajar (3) pengelompokan peserta didik dan (4) pemilihan media dan sistem pengajar.  [5]











Penutup
Kesimpulan
Student centered Learning  (SCL) adalah  proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk belajar.
Metode-metode dalam student center yaitu Metode diskusi,Metode simulasi,Metode tanya jawab,Metode Kerja Kelompok
unsur-unsur strategi belajar
Pembuatan strategi pembelajaranmeliputi keseluruhan penggunaan informasi yang telah anda kumpulkan dan menghasilkan suatu rencana yang efektif untuk menyajikan pengajaran bagi pesertadidik

  
Daftar pustaka


Ghufron, M.Nur. 2012. Gaya Belajar. Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR.
Majid, Abdul. 2013. strategi Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Eggen, Paul. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran.Jakarta Barat:PT. Indeks.
Sanjaya, Wina. 2008.  Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta:Karisma Putra Pertama.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.



Data diri


Nama : muhammad zainul hasan
Alamat : karangdadap pagumenganmas Rt 04 Rw 02
Riwayat pendidikan
·         Ra pertiwi pagumenganmas
·         SDN pagumenganmas
·         Mts ribatul muta’allimin
·         Ma ribatul muta’allimin




[1] M.Nur Ghufron. Gaya Belajar, (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,2012)hlm. 104
[2]Abdul Majid, strategi Pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2013)hlm.160
[3] Paul Eggen, Strategi dan Model Pembelajaran, (Jakarta Barat:PT. Indeks,2012)hlm.403
[4] Wina Sanjaya,  Perencanaan dan Desain Pembelajaran, (Jakarta:Karisma Putra Pertama,2008)hlm.70
[5] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung:PT Remaja Rosda Karya,2014)hlm.  47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar