Laman

Jumat, 27 Oktober 2017

sbm D 8-c “METODE PEMBELAJARAN INKONVENSIONAL”

METODE PEMBELAJARAN
“METODE PEMBELAJARAN INKONVENSIONAL”

Dian Sugiati
NIM   : 2023116121 
KELAS D

JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, karunianya, dan hidayahnya, sehingga kita masih diberi kesehatan untuk dapat belajar bersama dalam mata kulia Strategi Belajar Mengajar ini. dan tak lupa sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, yang membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman peneranganan ini . dan yang kita tunggu syafaatnya fiilyaumil qiyamah, amin....
 Dengan ini saya bersyukur sekali akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. , dengan judul”Metode Pembelajaran Inkonvensional”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam menyusun makalah ini, penulis berusaha sebaik mukin mencari sumber-sumber informasi dari buku yang telah direkomendasikan. Tetapi karena keterbatasan pengetahuan kami, jika terdapat kekurangan, kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah berikutnya. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.







BAB I
PENDAHULUAN

A. TEMA
 METODE PEMBELAJARAN
B. SUB TEMA
 METODE PEMBELAJARAN INKONVENSIONAL
C. PENTING DIKAJI
Strategi Belajar Mengajar merupakan mata kulia yang wajib dipelajari, apalagi bagi seorang pendidik maupun calon pendidik karena itu akan membantu dalam kita menyampaikan pembelajaran yang baik. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi edukatif yang dijalani antara guru dan siswanya. Dalam pembelajaran memerlukan sebuah cara untuk kita dapat berinteraksi dengan peserta didik dalam penyampaian materi agar dapat dipahami, dimengerti. Yaitu dengan kita mempelajari metode, dan menerapkannya pada kelas agar pembelajaran berjalan dengan efektif. Makalah ini akan membahas mengenai metode inkonvensional. Bagaimana metodenya dan seperti apa penyampaiannya, mari kita simak bersama.








BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT METODE
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode cerama dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya   relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
B. MACAM-MACAM METODE
Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu, metode mengajar konvensional dan metode mengajar inkonvensional, metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Sedangkan metode inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum. Masih merupakan metode yang baru  dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.  
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen, seperti metode pengajaran modul, pengajaran berprogarm, pengajaran unit, metode CBSA(Cara Belajar Siswa Aktif) dan lain sebagainya.
1. Metode Pengajaran Modul
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasna tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.dalam formatnya modul meliputi: pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes awal, pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir.
Untuk guru inisiator hendaknya memperhatikan format tersebut apabila menggunakan modul dalam pengajarannya. Guru perlu apersepsi dalam pendahuluan, perlu adanya tes awal sebagai persiapan belajar siswa, pelaksanaan pengajaran yang interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sumber belajar meliputi berbagai macam (tidak hanya guru), dan dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan guru.
Modul adalah bentuk pengajaran yang bersifat individual, siswa dapat belajar tanpa kehadiran guru atau tidak melalui tatap muka secara langsung. Jadi modul merupakan salah satu alternatif jawaban yang dianggap tepat oleh para ahli dan memecahkan masalah pendidikan dan pengajaran yang sangat kompeks dewasa ini.
a. Tujuan pembelajaran modul:
    Menurut S.Nasution menyebutkan ada 4 tujuan pengajaran modul yaitu
Pertama, modul memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Para ahli beranggapan bahwa siswa mempunyai kesanggupan yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu dan berbeda-beda pula dalam penggunaan waktu belajarnya.
Kedua, modul memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara mereka masing-masing. Sebab mereka memiliki cara atau teknik yang berbeda satu dengan lainnya dalam memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaannya sendiri-sendiri.
            Ketiga, dalam pengajaran modul terdapat alternatif atau pilihan dari sejumlah         topik bidang studi yang atau disiplin ilmu lainnya.
              Keempat, pengajaran modul memberikan kesempatan terhadap murid untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya, dan merbaiki kelemahan mereka melalui remedial, ulangan atau variasi dalam belajar.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Modul
Modul mempunyai beberapa karakteristik pengajaran yang khas, dan agak jauh berbeda dengan pengajaran individual lainnya, yakni:
1. Prinsip fleksibilitas, yakni dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa yang menyangkut dalam kecepatan belajar mereka, gaya belajar, dan bahan pelajaran.
2. Prinsip balikan(feetback), yakni memberikian balikan segera sehingga dapat mengetahui kesalahan dan memperbaiki kesalahannya dengan segera.
3. Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), yakni siswa belajar secara tuntas dan mendapat kesempatan memperoleh nilai setinggi-tingginya tanpa membandingkan dengan prestasi siswa lainnya.
4. Prinsip remedial, artinya siswa diberi kesempatan untuk segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ditemukan mereka itu sendiri berdasarkan evaluasi secara kontiniu.
5. Prinsip motivasi dan kerja sama, yani pengajaran modul dapat membimbing siswa secara teratur dengan langkah-langkah tertentu dan dapatpula menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar dengan giat.
6. Prinsip pengayaan,  yakni siswa dapat menyelesaikan dengan cepat belajarnya akan mendapat kesempatan untuk mendengarkan cerama dari guru atau pelajaran tambahan sebagaipengayaan.
c. Karakteristik Pembelajaran dengan Modul
1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
2. Modul merupakan pembelajaran individual.
3. Membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran efektif, efisien, serta aktif.
4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis.
5. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik.
2. Metode Pengajaran Berprogram
Metode pengajaran Berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam pengajaran ini siswa mempelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan (yang biasanya tertulis pula), dan atas jawaban tersebut siswa segera mendapat umpan balik.
Sebagai contoh metode ini adalah pengajaran dengan menggunakan alat tape recorder, film, radio, komputer, internet dan lain-lainnya. Namun demikian, bukan berarti guru tidak berfungsi atau tidak dipakai lagi, alat tersebut hanya sebagai pembantu guru untuk lebih mudah dan cepat memahamkan siswanya. Disinilah guru inisiator hendaknya melengkapi diri dengan media pengajaran yang representatif.
a. Karakteristik Pengajaran Berprogram
      Pengajaran berprogarm bercirikan sebagai berikut
1. Pelajaran dipecah-pecah menjadi sejumlah unit kecil yang disebut frame tersebut bermacam-macam mulai dari berbagai kalimat sampai dengan berbagai paragraf kecil.
2. Tiap bagian dari frame menuntut beberapa respon dari siswa. Mereka harus menjawab suatu pertanyaan atau mengisi suatu jawaban pada tempat kosong yang telah disediakan. Siswa dituntut agar belajar aktif, dan harus mempertunjukkan dapat pemahamannya terhadap bahan pelajaran.
3. Siswa dapat disediakan penguatan umpan balik secara langsung. Mereka harus menjelaskan besar atau menjelaskan besar atau tidaknya jawabannya secara langsung. Koreksi yang mereka lakukan sendiri menjadi semacam ganjaran daan penguatan dalam situasi belajar mereka. Unit-unit tadi disusun secara teliti dan dikemnbangkan sesuai dengan langkah-langkah belajar yang teratur. Cara ini membimbing siswa kearah tercapainya tujuan yang diinginkan.
4. Programnya harus memiliki tujuan yang dirumuskan secara khusus. Kekhususan ini berpengaruh terhadap siswa dalam rangka menilai tujuan itu. Lebih telitih dan lebih khusus tentu akan lebih baik.
5. Revisi siswa menentukan perubahan akibat adanya respon dari siswa karna tingkah laku siswa dapat dicatat pada setiap frase. Perubahan itu dilakukan setelah melihat hasil belajar siswa apakah banyak terjadi kesalahan atau tidak.
6. Program itu sendiri harus sesuai dengan tingkat abilitas siswa. Pengajaran dan program menggunakan pendekatan berpusat pada siswa (student centered).
7. Siswa biasanya bebas melakukan macam-macam beljar susuai dengan kecepatannya masing-masing. Ada yang belajar lebih cepat atau lambat. Kecepatan belajar mereka tidak sama.
b. Jenis-jenis program
              Ada 2 jenis program dan masing-masing program bergantung pada respon         yang dituntut terhadap siswa.
1. Program dengan jawaban yang dikonstruksikan (contructed response    program).
             Dalam tipe ini, siswa dituntut menuliskan jawaban yang disediakan oleh         programmer. Dan pertannyaannya berbentuk terbuka sehingga jawabannya bergantung pada kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali (recall) data yang dimilikinya.
2.  Program dengan pilihan berganda (multiple-choice program).
Dalam tipe ini siswa dituntut untuk memilih salah satu jawaban dari sejumlah jawaban yang disediakan dan kemampuan mengenali kembali (recognize) data yang ada.

3.  Metode Pengajaran Unit
Metode ini juga disebut metode proyek yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit adalah suatu sistem pengajaran yang terpusat pada suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan sehingga mempunyai arti. Untuk guru inisiator perlu memperluas wawasan dalam menggunakan metode unit tersebut. Karena bagaimanapun siswa menjadi pusat pembelajaran ketika dihadapkan pada suatu masalah (pelajaran) untuk dapat dipecahkan dalam berbagai sudut pandang.
a. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini mempunyai kriteria:
  adanya tujuan yang luas dan menyeluruh, perencanaan bersama, terpusat pada    suatu masalah, dan berpusat pada siswa.
b. Pada tingkat Sekolah Dasar, metode unit ini misalnya dikembangkan sebagai berikut:
1. Dipilih unit yang menarik bagi siswa dengan jalan memungut suara terbanyak     di antara mereka.
2. Dibentuk suatu panitia yang terdiri dari beberapa siswa untuk mempersiapkan      percakapan dalam bahasa ibu mereka.
3. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang diajarkan dengan menekankanpada bahasanya.
4. Siswa mempelajari kata-kata yang digunakan dalam situasi melalui tes itu. Misalnya situasi perjalanan, membeli tiket, di atas kereta api, dan sebagainya.
5. Dibuatkan suatu daftar untuk bentuk-bentuk tata bahasanya.
6. Kata itu dipelajari dalam hubungan situasi pemakaiannya.
7. Ungkapan dan kalimat, terutama yang mengandung unsur tata bahasa baru, diajarkan berulang-ulang kepada para siswanya dan mereka disuruh menghafalnya.
8. Guru selalu memperhatikan apakah siswa sudah menguasai aturan tata bahasa yang diajarkan atau belum.
9. Situasi percakapan didramatisikan sebagaimana mestinya.
10. Kata-kata itu kemudian dipelajari dengan jalan menyuruh para siswa untuk mengarang bebas, menerjemahkan, latihan mengisi, atau membaca. 

4. Metode CBSA(Cara Belajar Siswa Aktif)
Perkembangan pengajaran oleh para ahli dewasa ini lebih banyak diarahkan dan dititik beratkan bagaimana upaya mengaktifkan siswa dalam bekajar. Salah satu pendekatan yang dipakai untuk hal tersebut adalah mengenalkan dan menerapkan Konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yang merupakan jawaban mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar. CBSA pada hakikatnya adalah suatu konsep dalam mengembangkan proses belajar mengajar baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dalam CBSA tampak jelas adanya guru aktif mengajar di satu pihak dan siswa aktif belajar di pihak lain. Konsep ini bersumber pada teori kurikulum “child centered currikulum”.  
a. Kadar CBSA dalam pengajaran dapat diidentifikasikan dari ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses belajar-mengajar dan evaluasi,
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, atau membentuk sikap,
3. Adanya keikut-sertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk kelangsungan proses belajar-mengajar.
4. Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar atau instruktur yang mendominasi kegiatan kelas,
5. Biasanya menggunakan bermacam-macam metode atau teknik secara bervariasi, di samping penggunaan alat dan media secara terencana dan terintegrasi dalam pengajaran.
b. Prinsip-prinsip CBSA yang terlihat pada kondisi belajar mengajar:
1. Situasi belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar guru dan siswa secara intim dan harmonis,
2. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar siswa.
Bila dianalisa lebih lanjut situasi belajar mengajar tersebut, yang menjadi kunci keberhasilan dalam penciptaan sistim lingkungan terletak pada dimensi guru. Oleh sebab itu guru harus benar-benar memahami kondisi siswa, guru tidak hanya sekedar mengetahui minat dan intelegensi siswa tetapi juga tentang kepribadian, sifat, karakter sebagai pribadiyang utuh, dengan menyikapi dan memperlakukan mereka sesuai dengan kodrat dan kemampuan yang ada pada masing-masing individu.
c. Untuk dapat melaksanakan semua prinsip-prinsip yang berdimensi CBSA, harus diperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kemampuan guru memahami dan menyikapi siswa dan memperlakukannya secara positif,
2. Situasi dan kondisi belajar-mengajar yang diharapkan mampu mewujudkan proses belajar-mengajar yang memuaskan,
3. Kemampuan menyajikan dan ketrampilan berkomunikasi dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut bukan berarti metode ekpositori (cerama/kulia) dilupakan, hal ini tergantung pada karakteristik materi, siswa, dan tujuan yang akan dicapai.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Sebaiknya bagi Seorang pendidik harus mengetahui, memahami, serta menerapkannya dalam proses pembelajaran. Menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi peserta didik. Metode yang dipilih dalam mengajar, bukan asal saja melainkan dipilih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Ini adalah salah satu faktor pendukung terlaksanaannya tujuan pembelajaran adalah metode belajar mengajar.


























DAFTAR PUSTAKA



Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: IAIN Pekalongan Press.


Sanjaya, Wina.  2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


Subana, M & Sunarti. 2011. Strategi Belajar dan Metode Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka.

Suwarno, Wiji. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


Usman, M. Basyiruddin. 2002. Metode Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.





PROFIL PENULIS


Nama: DIAN SUGIATI
TTL: 27 Oktober 1997
Alamat: DS. WONOKERTO KULON RT. 24/05 KEC. WONOKERTO
Cita-cita: Guru
Riwayat Pendidikan:
RA Muslimat Pantai rejo
SDN 04 Wonokerto kulon
SPM Islam FQ


- MA FQ Wonokerto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar