Laman

Sabtu, 11 November 2017

sbm A 11-c “CARA MERENCANAKAN MANAJEMEN KELAS”

TEKNIK PENGELOLAAN KELAS
“CARA MERENCANAKAN MANAJEMEN KELAS”
Zulfa Munasifah
2023116187
Kelas A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTHIDAIYYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
201
 7




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat serta hidyahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Cara Merancang Manajemen Kelas” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, Muhammad Ghufron, M.S.I yang telah membimbing saya dalam belajar. Keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya hingga terselesaikannya makalah ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai karakter Allah sebagai pendiddik. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dimakalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, sya berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga, makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurng berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapt bermanfaat bagi semua pihak , khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah Swt meridhoi dan dicatat sebgai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.
Pekalongan, 10 November 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tema
Teknik Pengelolaan Kelas
B.     Sub Tema
Cara Merancag Manajemen Kelas
C.     Mengapa Penting Dikaji
Tema ini sangat penting untuk dikaji karena seorang guru akan menghadapi berbagai keragaman dalam pembelajaran, keberagaman itu dapat meliputi keberagaman latar budaya, ras suku, agama, etnik, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan banyak hal lagi.
Perlu kita sadari bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan manajaemen kelas, tidak bisa bertindak seperti juru masak dengan buku resep masakannya. Suatau masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara dan saat tertentu. Akan tetapi, cara tersebut mungkin tidak dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang sama pada waktu yang berbeda terhadap seorang atau sekelompok peserta didik lainnya. Oleh karena itu, keterampilan pendidik untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting agar yang dilakukan tepat guna. Dengan adanya manajemen kelas yang baik, peserta didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual maupun kelompok karena kelas mempunyai peran dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif.
Keberhasilan aktivitas manusia berganatung pada manajemen yang diterapkannya. Manajemen kelas merupakan gambaran miniatur dalam manajemen sekolah. Ketika manajemen sekolah tidak baik, pendidik juga tidak dapat mengelola atau mengorganisasikan kelas dengan baik, demikian pula sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Kelas
Secara terminologi, manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu: manajemen dan kelas, yang berarti pengaturan ruang kelas. Sementara itu, menurut istilah, Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan manajemen kelas sebagai suatu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, menurut Jamil Suprihatiningrum, manajemen kelas adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk mewujudkan atmosfer pembelajaran yang optimal. Mnajemen kelas merujuk pada penyediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar peserta didik yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan. Sementara itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menjelaskan bahwa manajemen kelas adalah keterampilan pendidik menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa manajemen kelas merupakan suatu usaha sengaja yang dilakukan oleh guru dengan maksud agar dapat dicapai suatu kondisi yang optimal sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Dengan kata lain, manajemen kelas adalah kegiatan untuk mewujudkan dan mempertahankan proses pembelajaran yang optimal.[1]
Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.
Ada beberapa variabel yang perlu dikelola oleh guru, sebagai berikut:
1.   Ruang kelas, menunjukkan batasan lingkungan belajar.
2.   Usaha guru, tuntutan adanya dinamika kegiatan guru dalam menyiasati segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan belajar.
3.   Kondisi belajar, merupakan batasan aktivitas yang harus diwujudkan.
4.   Belajar yang optimal, merupakan ukuran kualitas proses yang mendorong  mutu sebuah produk belajar.
      Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya. Komponen utama adalah guru dan siswa, sedangkan komponen pendukung adalah sarana dan prasarana yang mendukung terwujudnya proses pembelajaran.[2]

B.     Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas secara umum adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas. Dengan demikian, adanya fasilitas yang tersedia itu memungkinkan peserta didik untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana disiplin, dan perkembangan intelektual, emosional, sikap sekaligus apresiasi pada peserta didik.
Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kelas bertujuan agar setiap peserta didik di dalam kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien. Ketercapaian tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
a.    Setiap peserta didik terus bekerja. Hal ini berarti bahwa tidak ada peserta didik yang mengalami kendala dalam proses pembelajaran karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan.
b.   Setiap peserta didik terus melaksanakan kegiatan belajar tanpa membuang waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peserta didik akan bekerja secepatnya agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan cepat.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dipaparkan bahwa tujuan manajemen kelas adalah untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran di dalam kelas yang berfungsi untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.[3]

C.     Fungsi Manajemen Kelas
Fungsi manajemen kelas dalam proses pembelajaran sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi pengelolaan tingkah lakupeserta didik dalam kelas, penciptaan iklim sosio-emosional, dan pengaturan proses pembelajaran kelompok.
Secara umum, fungsi manajemen kelas di tinjau dari analisis masalah adalah sebagai berikut:
a.     Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas
b.      Memelihara agar tugas-tugas guru dapat berjalan dengan lancar.
Fungsi diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa tugas yang harus diklakukan guru dalam kegiatan manajemen kelas, yang meliputi:
a)      Membantu kelompok dalam membagi tugas
b)      Membantu pembentukan kelompok
c)      Membantu kerja sama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi
d)     Membantu individu agar dapat bekerja sama dalam kelompok atau kelas
e)      Membantu prosedur kerja
f)       Mengubah kondisi kelas
Dengan demikian manajemen kelas pada akhirnya bermuara pada pengaturan peserta didik, dan produk-produk yang dihasilkan dalam manajemen kelas harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.[4]

D. Pengaturan Ruang Kelas
Kenyamanan ruang kelas merupakan faktor pendukung kenyamanan dalam belajar. Ruang kelas merupakan salah satu tempat dilangsungkannya pembelajaran, tempat dimana terjadi interaksi antarindividu, dan tempat di mana siswa mengalami perkembangan fisik, mental, intelektual, perasaan, dan keterampilan lainnya. Kesan ruang kelas yang baik, tenang, aman, dan menyenangkan akan menimbulkan semangat belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas antara lain:
a.    Kerapihan, kebersihan,kenyamanan, dan kelembapan
b.   Cahaya matahari dan sinar lampu yang cukup terang
c.    Sirkulasi udara yang lancar
d.   Jumlah perabot yang cukup dan terawat dengan baik
e.    Susunan meja dan kursi tertata rapi dan dapat diubah sewaktu-        waktu
f.    Tersedia alat peraga atau media yang cukup
g.   Susunan meja dan kursi memungkinkan siswa untuk dapat bergerak dengan tenang dan nyaman
h.   Masih adanya ruang terbuka untuk guru dan siswa menampilkan diri di depan kelas.[5]
Penataan ruang kelas terkait dengan pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata cahaya.
1.   Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keaddan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan tenang.
Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pembelajarannya itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pembelajarannya ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Sudirman (1991: 318) mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris ke belakang.[6]
Menurut Santrock, ada lima gaya penataan kelas dengan kombinasi yang cukup banyak. Penataan kelas standar dapat terdiri dari model auditorium, tatap muka, off-set, seminar, klaster. Strategi penataan kelas ini memerhatikan:
a.    Aksesibilitas: murid dapat menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia.
b.   Mobilitas: murid dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
c.    Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antar guru murid maupun antar murid.
d.   Variasi kerja murid: memungkinkan murid bekerja sama secara perorangan,berpasangan, atau kelompok.

Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar efektif. Meskipun tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang memungkinkan anak belajar sesuai dengan tujuan tujuan pembelajaran (Santrock, 2013).
1)   Gaya auditorium
Pada penataan kelas gayaa ini, semua murid duduk menghadap guru.
Penataan ini membatasi kontak tatap muka antar murid dan guru bebaas bergerak ke mana saja. Penataan ini sering digunakan ketika guru mengajar atau seseorang memberikan presentasi di kelas.
Susunan berbentuk V atau U mengurangi jarak antar para murid namun memungkinkan melihat murid lain bila dibandingkan berbaris lurus, tanpa teerus-menerus bertatapan muka frontal antara satu murid dengan murid lainnya. Dalam susunan ini, tempat yang menjadi pusat perhatian adalah di tengah depan.
2)   Gaya tatap muka (face to face)
Pada penataan kelas gaya tatap muka, murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini dibandingkan dengan susunan auditorium.
3)   Gaya Off-set
Pada penataan gaya off-set, sejumlah murid, yang biasanya tiga atau empat anak, duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit dibandingkan gaya tatap muka dan dapat lebih efektif untuk kegiatan pembelajaranyang kooperatif.
Susunan ini tepat untuk setiap murid mengerjakan tugas seperti mengoperasikan komputer, mesin, atau melakukan kerja laboratorium setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong teman belajar menempatkan dua murid pada tempat yang sama tetapi tidak saling berhadapan. Posisi ini tepat untuk lingkungan laboratorium tertentu, yang sering disebut dengan workstation.
4)   Gaya seminar
Pada penataan kelas gaya seminar, sejumlah besar murid, yang biasanya 10 murid, duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Varian lainnya adalah meja konferensi menggunakan meja persegi panjang yang besar. Susunan ini dapat menjadi lebih formal jika guru ada di ujung meja.
5)   Gaya klaster
Pada penataan kelas gaya klaster, sejumlah murid, yang biasanya empat sampai delapan anak, bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.[7]
6)   Pengaturan alat-alat pembelajaran
Di antara alat-alat pembelajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a. Perpustakaan kelas
b.Alat-alat peraga media pembelajaran
c. Papan tulis, kapur tulis, dan lain-lain
d.            Papan presensi siswa
7)   Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.    Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, misalnya seperti burung garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan, parapahlawan, peta/globe.
b.   Penempatan lemari
c.    Pemeliharaan kelas
8)   Ventilasi dan tata cahaya
a.    Ada ventilasi yang sesuai dengan ruang kelas
b.   Sebaiknya tidak merokok
c.    Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
d.   Cahaya yang masuk harus cukup
e.    Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.[8]
Donal P. Kauchak (Rosyada, 2004: 129) menyarankan agar pengelolaan kelas oleh guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Ciptakan ruang kelas yang meltidimensional, dan juga buatlah kemampuan belajar tersebut. Kelas multidimensional bukan berkonotasi fisik, tetapi rancangan pembelajarannya.
b.   Buatlah rancangan waktu yang fleksibel namun tetap dalam koridor satuan waktu yang ditetapkan kurikulum.
c.    Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuannya.
d.   Persiapan strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dengan strategi yang tidak saja akan mengantarkan mereka memahami tugas-tugasnya, tetapi juga akan mampu meningkatkan kemampuan belajar mereka.
e.    Gunakan tutorial sebaya (peer teaching) dan belajar bersama untuk menambah kemampuan dan pengalaman mereka masing-masing.[9]


E.  Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
1.   Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modification opproach)
Perubahan berdasarkan perubahan tingkah laku ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a.    Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b.   Didalam proses belajar terdapat proses psikologi yang fundamental berupa penguatan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negatif.
2.   Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
a.    Iklim sosial dan emosional yang baik aalah adanya hubungan antarpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
b.   Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,yang disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
3.   Pendekatan proses kelompok
Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Dasar dari group-process approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut:
a.    Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b.   Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif.















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan adalah mengelola kelas. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
                



















DAFTAR PUSTAKA

Mustakim,Zaenal. 2017.  Strategi dan Metode Pembelajaran. cet. Ke-5. Pekalongan: IAIN Press.

Suprihatiningrum,Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran.  cet. Ke-2. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.      

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.

Tung,Khoe Yao. 2015.Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. cet. Ke-1. Jakarta: PT Indeks.

Sumani,Mukhlas. 2015. Belajar dan Pembelajaran. cet. Ke-5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.




















[1]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, cet. Ke-5, (Pekalongan: IAIN Press, 2017), hlm.204.
                [2]Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, cet. Ke-2 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 309-310. 
                [3]Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 205.
                [4]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: IAIN Pekalongan Press, 2017), hlm.205-206.
                [5]Jamil Suprihatiningrum, op.cit., hlm. 313-314.
                [6] Nunuk Suryani & Leo Agung,Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm.202-203. 
                [7]Khoe Yao Tung, Pembelajaran dan Perkembangan Belajar, cet. Ke-1,(Jakarta: PT Indeks, 2015), hlm. 384-387.
                [8]Nunuk Suryani & Leo Agung, op.cit., hlm. 203-204
                [9]Mukhlas Sumani, Belajar dan Pembelajaran, cet. Ke-5, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 236. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar