TEKNIK
PENGELOLAAN KELAS
“CARA
MERENCANAKAN MANAJEMEN KELAS”
Zulfa Munasifah
2023116187
Kelas A
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTHIDAIYYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
201
7
7
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidyahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Cara Merancang Manajemen Kelas” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Nabi Agung Muhammad saw,
yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tak
lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar, Muhammad Ghufron, M.S.I yang telah membimbing saya dalam belajar.
Keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya hingga
terselesaikannya makalah ini.
Saya
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai karakter Allah sebagai pendiddik. Saya menyadari
sepenuhnya bahwa dimakalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, sya berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga,
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurng berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan para pembaca
yang budiman demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga
makalah ini dapt bermanfaat bagi semua pihak , khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Semoga Allah Swt meridhoi dan dicatat sebgai ibadah di
sisi-Nya. Aamiin.
Pekalongan,
10 November 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Tema
Teknik Pengelolaan Kelas
B. Sub Tema
Cara Merancag Manajemen
Kelas
C. Mengapa Penting Dikaji
Tema
ini sangat penting untuk dikaji karena seorang guru akan menghadapi berbagai
keragaman dalam pembelajaran, keberagaman itu dapat meliputi keberagaman latar
budaya, ras suku, agama, etnik, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan banyak hal
lagi.
Perlu
kita sadari bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya
dengan kegiatan manajaemen kelas, tidak bisa bertindak seperti juru masak
dengan buku resep masakannya. Suatau masalah yang timbul mungkin dapat berhasil
diatasi dengan cara dan saat tertentu. Akan tetapi, cara tersebut mungkin tidak
dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang sama pada waktu yang berbeda
terhadap seorang atau sekelompok peserta didik lainnya. Oleh karena itu,
keterampilan pendidik untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting agar
yang dilakukan tepat guna. Dengan adanya manajemen kelas yang baik, peserta
didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat, dan energinya pada tugas-tugas
individual maupun kelompok karena kelas mempunyai peran dan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif.
Keberhasilan
aktivitas manusia berganatung pada manajemen yang diterapkannya. Manajemen
kelas merupakan gambaran miniatur dalam manajemen sekolah. Ketika manajemen
sekolah tidak baik, pendidik juga tidak dapat mengelola atau mengorganisasikan
kelas dengan baik, demikian pula sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kelas
Secara
terminologi, manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu: manajemen dan kelas,
yang berarti pengaturan ruang kelas. Sementara itu, menurut istilah, Syaiful
Bahri Djamarah mendefinisikan manajemen kelas sebagai suatu upaya memberdayakan
potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi
edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Selain
itu, menurut Jamil Suprihatiningrum, manajemen kelas adalah upaya yang
dilakukan pendidik untuk mewujudkan atmosfer pembelajaran yang optimal.
Mnajemen kelas merujuk pada penyediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan
belajar peserta didik yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual di dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang
membelajarkan. Sementara itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menjelaskan
bahwa manajemen kelas adalah keterampilan pendidik menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi hambatan dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan
definisi para ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa manajemen kelas merupakan
suatu usaha sengaja yang dilakukan oleh guru dengan maksud agar dapat dicapai
suatu kondisi yang optimal sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana
seperti yang diharapkan. Dengan kata lain, manajemen kelas adalah kegiatan
untuk mewujudkan dan mempertahankan proses pembelajaran yang optimal.[1]
Kelas
merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran secara
kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kekuatan
individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas
merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi
belajar yang optimal.
Ada
beberapa variabel yang perlu dikelola oleh guru, sebagai berikut:
1. Ruang kelas, menunjukkan batasan
lingkungan belajar.
2. Usaha guru, tuntutan adanya dinamika
kegiatan guru dalam menyiasati segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan
belajar.
3. Kondisi belajar, merupakan batasan
aktivitas yang harus diwujudkan.
4. Belajar yang optimal, merupakan ukuran
kualitas proses yang mendorong mutu
sebuah produk belajar.
Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya
merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen
utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya. Komponen utama adalah guru dan
siswa, sedangkan komponen pendukung adalah sarana dan prasarana yang mendukung
terwujudnya proses pembelajaran.[2]
B. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan
manajemen kelas secara umum adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual di dalam kelas. Dengan demikian, adanya fasilitas yang tersedia itu
memungkinkan peserta didik untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana
disiplin, dan perkembangan intelektual, emosional, sikap sekaligus apresiasi
pada peserta didik.
Menurut
Suharsimi Arikunto, manajemen kelas bertujuan agar setiap peserta didik di
dalam kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efesien. Ketercapaian tersebut dapat ditunjukkan
dengan beberapa indikator sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
a. Setiap peserta didik terus bekerja. Hal
ini berarti bahwa tidak ada peserta didik yang mengalami kendala dalam proses
pembelajaran karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat
mengerjakan tugas yang diberikan.
b. Setiap peserta didik terus melaksanakan
kegiatan belajar tanpa membuang waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap
peserta didik akan bekerja secepatnya agar dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan cepat.
Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas, dapat dipaparkan bahwa tujuan manajemen kelas
adalah untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran di dalam kelas yang berfungsi
untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan maksimal.[3]
C. Fungsi Manajemen Kelas
Fungsi
manajemen kelas dalam proses pembelajaran sangat mendasar sekali karena
kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi pengelolaan tingkah lakupeserta
didik dalam kelas, penciptaan iklim sosio-emosional, dan pengaturan proses
pembelajaran kelompok.
Secara
umum, fungsi manajemen kelas di tinjau dari analisis masalah adalah sebagai
berikut:
a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala
macam tugas
b. Memelihara agar tugas-tugas guru dapat
berjalan dengan lancar.
Fungsi
diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa tugas yang harus diklakukan guru dalam
kegiatan manajemen kelas, yang meliputi:
a) Membantu kelompok dalam membagi tugas
b) Membantu pembentukan kelompok
c) Membantu kerja sama dalam menemukan
tujuan-tujuan organisasi
d) Membantu individu agar dapat bekerja
sama dalam kelompok atau kelas
e) Membantu prosedur kerja
f) Mengubah kondisi kelas
Dengan
demikian manajemen kelas pada akhirnya bermuara pada pengaturan peserta didik,
dan produk-produk yang dihasilkan dalam manajemen kelas harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.[4]
D. Pengaturan Ruang Kelas
Kenyamanan
ruang kelas merupakan faktor pendukung kenyamanan dalam belajar. Ruang kelas
merupakan salah satu tempat dilangsungkannya pembelajaran, tempat dimana
terjadi interaksi antarindividu, dan tempat di mana siswa mengalami
perkembangan fisik, mental, intelektual, perasaan, dan keterampilan lainnya.
Kesan ruang kelas yang baik, tenang, aman, dan menyenangkan akan menimbulkan
semangat belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas
antara lain:
a. Kerapihan, kebersihan,kenyamanan, dan
kelembapan
b. Cahaya matahari dan sinar lampu yang
cukup terang
c. Sirkulasi udara yang lancar
d. Jumlah perabot yang cukup dan terawat
dengan baik
e. Susunan meja dan kursi tertata rapi dan
dapat diubah sewaktu- waktu
f. Tersedia alat peraga atau media yang
cukup
g. Susunan meja dan kursi memungkinkan
siswa untuk dapat bergerak dengan tenang dan nyaman
h. Masih adanya ruang terbuka untuk guru
dan siswa menampilkan diri di depan kelas.[5]
Penataan
ruang kelas terkait dengan pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata
cahaya.
1. Pengaturan tempat duduk
Tempat
duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak
terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai
dengan keaddan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan tenang.
Ada
beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Apabila pembelajarannya itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi,
maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika
pembelajarannya ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya
berderet memanjang ke belakang. Sudirman (1991: 318) mengemukakan beberapa
contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah
lingkaran, dan posisi berbaris ke belakang.[6]
Menurut
Santrock, ada lima gaya penataan kelas dengan kombinasi yang cukup banyak.
Penataan kelas standar dapat terdiri dari model auditorium, tatap muka,
off-set, seminar, klaster. Strategi penataan kelas ini memerhatikan:
a. Aksesibilitas: murid dapat menjangkau
alat atau sumber belajar yang tersedia.
b. Mobilitas: murid dan guru mudah bergerak
dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
c. Interaksi: memudahkan terjadi interaksi
antar guru murid maupun antar murid.
d. Variasi kerja murid: memungkinkan murid
bekerja sama secara perorangan,berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan
fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar efektif. Meskipun tidak ada
satupun bentuk ruang kelas yang ideal, ada beberapa pilihan yang dapat diambil
sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang memungkinkan anak
belajar sesuai dengan tujuan tujuan pembelajaran (Santrock, 2013).
1) Gaya auditorium
Pada penataan kelas
gayaa ini, semua murid duduk menghadap guru.
Penataan
ini membatasi kontak tatap muka antar murid dan guru bebaas bergerak ke mana
saja. Penataan ini sering digunakan ketika guru mengajar atau seseorang
memberikan presentasi di kelas.
Susunan
berbentuk V atau U mengurangi jarak antar para murid namun memungkinkan melihat
murid lain bila dibandingkan berbaris lurus, tanpa teerus-menerus bertatapan
muka frontal antara satu murid dengan murid lainnya. Dalam susunan ini, tempat
yang menjadi pusat perhatian adalah di tengah depan.
2) Gaya tatap muka (face to face)
Pada penataan kelas
gaya tatap muka, murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih
besar pada susunan ini dibandingkan dengan susunan auditorium.
3) Gaya Off-set
Pada
penataan gaya off-set, sejumlah murid, yang biasanya tiga atau empat anak,
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan
dalam gaya ini lebih sedikit dibandingkan gaya tatap muka dan dapat lebih
efektif untuk kegiatan pembelajaranyang kooperatif.
Susunan
ini tepat untuk setiap murid mengerjakan tugas seperti mengoperasikan komputer,
mesin, atau melakukan kerja laboratorium setelah didemonstrasikan. Tempat
berhadapan mendorong teman belajar menempatkan dua murid pada tempat yang sama
tetapi tidak saling berhadapan. Posisi ini tepat untuk lingkungan laboratorium
tertentu, yang sering disebut dengan workstation.
4) Gaya seminar
Pada penataan kelas
gaya seminar, sejumlah besar murid, yang biasanya 10 murid, duduk di susunan
berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Varian lainnya adalah meja
konferensi menggunakan meja persegi panjang yang besar. Susunan ini dapat
menjadi lebih formal jika guru ada di ujung meja.
5) Gaya klaster
Pada penataan kelas
gaya klaster, sejumlah murid, yang biasanya empat sampai delapan anak, bekerja
dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran
kolaboratif.[7]
6) Pengaturan alat-alat pembelajaran
Di antara alat-alat
pembelajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a.
Perpustakaan
kelas
b.Alat-alat peraga media pembelajaran
c.
Papan
tulis, kapur tulis, dan lain-lain
d.
Papan
presensi siswa
7) Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.
Hiasan
dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran,
misalnya seperti burung garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan,
parapahlawan, peta/globe.
b.
Penempatan
lemari
c.
Pemeliharaan
kelas
8) Ventilasi dan tata cahaya
a. Ada ventilasi yang sesuai dengan ruang
kelas
b. Sebaiknya tidak merokok
c. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
d. Cahaya yang masuk harus cukup
e. Masuknya dari arah kiri, jangan
berlawanan dengan bagian depan.[8]
Donal
P. Kauchak (Rosyada, 2004: 129) menyarankan agar pengelolaan kelas oleh guru
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ciptakan ruang kelas yang
meltidimensional, dan juga buatlah kemampuan belajar tersebut. Kelas
multidimensional bukan berkonotasi fisik, tetapi rancangan pembelajarannya.
b. Buatlah rancangan waktu yang fleksibel
namun tetap dalam koridor satuan waktu yang ditetapkan kurikulum.
c. Kelompokkan siswa berdasarkan basis
kemampuannya.
d. Persiapan strategi pembelajaran untuk
kelompok yang lamban dengan strategi yang tidak saja akan mengantarkan mereka
memahami tugas-tugasnya, tetapi juga akan mampu meningkatkan kemampuan belajar
mereka.
e. Gunakan tutorial sebaya (peer teaching)
dan belajar bersama untuk menambah kemampuan dan pengalaman mereka
masing-masing.[9]
E.
Berbagai
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
1. Pendekatan perubahan tingkah laku
(behavior modification opproach)
Perubahan berdasarkan
perubahan tingkah laku ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral
yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang
kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b. Didalam proses belajar terdapat proses
psikologi yang fundamental berupa penguatan positif, hukuman, penghapusan dan
penguatan negatif.
2. Pendekatan suasana emosi dan hubungan
sosial
a. Iklim sosial dan emosional yang baik
aalah adanya hubungan antarpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru
dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif.
b. Iklim sosial dan emosional yang baik
tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,yang
disadari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
3. Pendekatan proses kelompok
Proses kelompok adalah
usaha guru mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
Dasar dari group-process approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis
kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut:
a.
Pengalaman
belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b. Tugas guru terutama adalah memelihara
kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah
satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan adalah mengelola kelas. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Ketika
kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang
bagi proses belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustakim,Zaenal. 2017.
Strategi dan Metode Pembelajaran. cet. Ke-5. Pekalongan: IAIN Press.
Suprihatiningrum,Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. cet. Ke-2. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Ombak.
Tung,Khoe Yao. 2015.Pembelajaran dan Perkembangan Belajar.
cet. Ke-1. Jakarta: PT Indeks.
Sumani,Mukhlas. 2015. Belajar dan Pembelajaran. cet. Ke-5. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
[1]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, cet. Ke-5,
(Pekalongan: IAIN Press, 2017), hlm.204.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar