“KEWAJIBAN BELAJAR [GLOBAL]”
BELAJAR ILMU ALAM DAN HUMANIORA
QS AL-GHASYIYAH: 17-20
Kelas L
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
BAB
I
Pendahuluan
1. Latar
belakang
Tututan untuk mencari
ilmu adalah suatu kewajiban dalam diri seseorang.Ada banyak sekali cabang cabang ilmu yang harus
di cari dan di gali oleh setiap umat islam dalam rangka mememajukan dirinya dan
juga lingkungan sekitarnya .dalam hal ini dalam makalah ini ada beberapa
penjelasan tentang bagaimana ilmu ilmu yang harus kita pelajari dan apa saja
pendapat al-quran tentan ilmu pengetahuan dan juga sain.
Pada dasarnya ilmu-ilmu
pengetahuan haruslah kita kuasai agar lebih membuka cakrawala pandangan kita
semua dalam menjalani kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
2. Rumusan
masalah
a. Apa
saja klasifikasi ilmu pengetahuan
b. Bagiman
pendapat para ulama tentang ilmu pengetahuan
c. Bagaiman
tafsir dalam al-quran tentang ilmu kealaman
3. Tujuan
makalah
a. Untuk
memenuhi tugas Tafsir tarbawi
b. Menambah
wawasan tentang tafsir surat al-ghosiyah
c. Memahami
bagaiman penjelasan al-qur’an tentang ilmu kealamn
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi
ilmu pengetahuan
Ketahuilah
bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntut segala
ilmu ,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (‘ilmu al- hal) sebagaimana
diungkapkan, sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuatan dan sebagus –bagus amal
adalah menjaga perbuatan.
Kewajiban
manusia adalah beribadah kepeda Allah, maka wajib bagi manusia (Muslim
,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut,
seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji, mengakibatkan wajibnya
menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat
pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat disayangkan bahwa beliau tidak
menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain Ilmu Hal tersebut lebih jauh di dalam
kitabnya.
Sementara
itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam
dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu a’in, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian
beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut :
Ilmu
fardu a’in . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang
mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui
ilmu fardu a’in. Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat
dikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi
Lebih
jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu a’in ialah ilmu
agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam,
sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara
lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu
politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu
dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.
Klasifikasi
Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke
dalam dua kelompok yaitu :
1. Ilmu
yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena
kegiatan berpikir.
2. Ilmu
yang bersifat tradisional (Naqli).
bila kita lihat
pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi
1). Ilmu aqliyah , dan
2). Ilmu naqliyah.
Dalam penjelasan
selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :
Kelompok
pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah. Yaitu ilmu pengetahuan yang
bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indra-indra
kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi
demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan
penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai
dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional .Ilmu
itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi
syara.
Dengan
demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup
ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan
berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu
yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
Ulama
lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama
kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam
tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu
: al-Manqulat, al-Ma’qulat, dan Al-Maksyufat. Adapun pengertiannya adalah
sebagai berikut :
1).
Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu
kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.
2).
Al ma’qulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.
3).
Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa
keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain
itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu
:
1. .
Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual.
2. .
Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari
esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi.[1]
B.
Dalil
belajar ilmu kealaman sain dan humaniora
1. Tafsir dari Al-Qur’an
Surah Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
Allah memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang
menunjukaan kekuasaan, keagungan,
keberadaan, dan keesaan-Nya, Dia berfirman :
خُلِقَتْ كَيْفَ الْإِبِلِ إِلَى يَنْظُرُونَ أَفَلَا
“Maka apakah mereka
tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”
Bagaimana mungkin orang-orang musyrik
mengingkari dan memandang mustahil adanya kebangkitan, padahal mereka menyaksikan unta yang merupakan ternak
yang akrab dengan mereka dan makhluk yang paling besar di lingkungan mereka.
Bagaimana Allah menciptakannya seperti ini, tubuhnya besar, sangat kuat,
sifat-sifatnya luar biasa. Jadi unta adalah makhluk yang mengagumkan.
Namun sekalipun demikian ia mau membawa beban
yang berat, tunduk pada anak kecil, dimakan dagingnya,bulunya dimanfaatkan, air
susunya diminum, tahan lapar dan haus. Allah memulai peringatan dengan
menyebutkan unta karena pada umumnya bintang ternak orang-orang Arab adalah
unta. Juga manfaat unta lebih banyak dari manfaat binatang lain; dagingnya bisa
dimakan, air susunya bisa diminum, bisa ditunggangi dan membawa angkutan, dapat
menempuh jarak yang jauh, tahan lapar dan haus, banyak angkutan yang dibawanya.
Jadi unta adalah harta kekayaan orang Arab terbesar.
فِعَتْ رُكَيْفَ السَّمَاءِ وَإِلَى
“Dan langit, bagaimana ia ditinggikan”
Yakni apakah mereka tidak menyaksikan langit
bagi ia ditinggikan tanpa tiang?
Hal ini seperti firman Allah :
“Maka
apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak
sedikit pun?”(QS. Qaaf : 6)
نُصِبَتْ كَيْفَ الْجِبَالِ وَإِلَى
“ Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan”
Yakni
gunung ditancapkan tegak dan tinggi di atas bumi. Ia kokoh agar bumi dengan
penghuninya tidak goncang. Memperhatikan gunung dapat membangkitkan rasa kagum.
Keberadaan dan rangkaian gunung dapat dimanfaatkan orang-orang yang berjalan di
daratan dan tanah yang kosong. Dan yang lebih mengagumkan lagi adalah banyak
sumber-sumber air keluar dari gunung. Di dalam gunung banyak manfaat dan barang
tambang yang banyak, batu-batu besar, dan batu pualam yang beraneka ragam yang
mengagumkan.
سُطِحَتْ كَيْفَ الْأَرْضِ وَإِلَى
“ Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”
Yakni bagaimana bumi dihamparkan dan
dibentangkan, agar penghuninya merasa tenteram dan dapat mengambil manfaat
kandungan dan hasil-hasilnya seperti barang tambang, tanaman, dan pohon-pohonan
yang beraneka ragam yang semuanya dapat menopang kehidupan. Datarnya bumi itu dari sisi yang melihat dan yang
menempatinya, tidak berarti bumi tidak bulat, bahwa begitu besarnya bumi
sehingga setiap bagiannya seperti datar.
Makhluk-makhluk ini disebutkan, bukan yang lain
karena semua ini adalah sesuatu yang paling dekat pada manusia yang melihatnya.
Mereka melihat untanya pagi dan petang, mereka melihat langit yang menaunginya,
mereka melihat gunung yang mengelilinginya, dan mereka melihat bumi yang
mengangkatnya.[2]
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sebagai makhluk Allah yang berakal sudah
seharusnya kita selalu mengamati dan merenungkan hal-hal yang ada disekiitar
kita, semua tentang ciptaan Allah SWT.
Melalui
kita mengamati makhluk ciptaan-Nya maka kita akan menemukan bukti tanda-tanda
kekuasaan, kebesaran Allah SWT. Melalui makhluk ciptaan-Nya pulalah Allah
memberikan peringatan secara tidak langsung kepada kita tentang ciptaan,
kekuasaan-Nya, bahwa Dia adalah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Benar
Allah atas segala firman
DAFTAR PUSTAKA
Http://refrensiagama.blogspot.com./2011/02Klasifikasi-ilmu-pengetahuan Diakses
pada 05 Februari 2011 pukul 16.30
Http://ghufron-dimyatiblogspot.com/2016/09.(Diakses pada 20 september
2016)
[1] Sariono.”Ilmu
pengetahuan dalam Islam”.Http://refrensiagama.blogspot.com.(Diakses
pada 05 Februari 2011 pukul 16.30)
PROFIL
NAMA :M.Ali.Imron
NIM :2117370
KELAS :L
(Reguler sore)
ALAMAT :Kandangserang,Pekalongan
FAKULTAS :FTIK
JURUSAN :PAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar