Laman

Rabu, 31 Oktober 2018

TT B I2 OBYEK PENDIDIKAN DIRECT "ISTRI KETURUNAN PENYEJUK HATI"


OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
"ISTRI KETURUNAN PENYEJUK HATI"
Winda Widya Risnawati
NIM. (2117203) 
KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Al-qur’an adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan. Al-qur’an menata semua hal didunia maupun di akhirat bahkan dalam masalah percintaan Al-qur’an mengatur dengan baik. Di dalam pernikahan Al-qur’an mengaturnya dan memerintahkan setiap muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan. Pola pikir yang berbeda antara istri dan suami dapat menyebabkan konflik yang lama-kelamaan dapat memicu perceraian. Lemahnya iman juga menjadi pemicu dalam berumah tangga. Kemudian masalah-maslah rumah tangga yang sering bermunculan karena kurangnya ilmu agama dan budi pekerti yang buruk tersebut sudah dijawab dalam surat Al-Furqan  tentang do’a supaya diberi istri dan keturunan yang shalih-shalihah, agar menjadikan mereka para suami yang menjadi teladan bagi kaum yang bertaqwa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat istri dan keturunan?
2.      Bagaimana dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati?
3.      Apa yang dimaksud dengan rumah tangga laksana taman surga?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hakikat istri dan keturunan
2.      Untuk mengetahui dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud rumah tangga laksana taman surga








KATA PENGANTAR

            Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT pada Rasulallah SAW atas berbagai nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya,sehingga penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Obyek Pendidikan “Direct”. Dengan ini kami berharap agar materi kami dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbang pikiran.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin, harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, bisa bermanfaat dan dapat diterima. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang telah berpartisipasi dalam melaksanakan tugas makalah ini sampai selesai.
Semoga makalah ini bisa diterima dan dipahami bagi siapapun pembacanya, danjuga  bisa bermanfaat. Amin ya rabbal ‘alamin



                                                                        Pekalongan, 29 Oktober 2018


                                                                                    Penulis





DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi.                                                                                                               .... ii
BAB I      PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan Makalah..................................................... 1

BAB II    PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.    Hakikat Istri dan Keturunan ................................................ 2
B.     Dalil Istri dan Keturunan sebagai Penyejuk Hati.................. 2
C.     Rumah Tangga Laksana Taman Surga.................................. 5

BAB III   PENUTUP.......................................................................................... 7
A.    Kesimpulan ........................................................................... 7
B.     Saran...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 8













BAB II
PEMBAHSAN

A.    Hakikat Istri dan Keturunan

Istri berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya adalah wanita atau perempuan. Yaitu seorang perempuan yang sudah menikah atau yang dinikahi.
Keturunan artinya anak, cucu atau generasi. Keturunan yang dimaksud disini yaitu anak.
Penyejuk hati berarti obat penawar atau obat rasa obat rasa gundah dan segala ganjalan-ganjalan masalah jiwa dan raga atau jasmani dan rohani. Penyejuk hati juga bisa disebut dengan sumber kebahagiaan.[1]

B.     Dalil Istri Keturunan sebagai Penyejuk Hati

Q.S Al- Furqon, 25 : 74

وَالّذِيْنَ يَقُوْلُوْ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّا تِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا (٧٤)

Artinya : “ Dan orang-orang berkata,’ Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”[2]

1.      Tafsir Al-Maraghi
Dan orang-orang yang memohon kepada Allah agar melahirkan dari mereka keturunan yang taat dan beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Orang yang beriman dengan sebenar-benar iman, apabila melihat keluarganya sama dengannya taat kepada Allah, maka dia akan merasa senang dan gembira, dia mengharapkan dapat berguna baginya di dunia selama hidup dan matinya serta bertemu dengannya di akhirat. Mereka juga memohon agar Allah menjadikan mereka para imam yang di teladani dalam menegakkan panji-panji agama dengan menganugerahkan ilmu yang luas kepada mereka dan memberi taufik kepada mereka untuk mengerjakan amal shaleh.[3]

2.      Tafsir Al-Mishbah
Artinya : “ Dan mereka senantiasa berkata : ‘ Tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan kami serta anak keturunan kami, penyejuk-penyejuk mata mata dan jadikanlah kami – bagi orang-orang bertaqwa – teladan-teladan.”

Ayat diatas menyatakan : Dan hamba-hamba Allah yang terpuji itu adalah mereka yang juga senantiasa berkata yakni berdoa setelah berusaha bahwa : “Wahai tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan hidup kami yakni suami atau istri kami serta anak keturunan kami, kiranya mereka semua menjadi penyejuk-penyejuk mata kami dan orang lain melalui budi pekerti dan karya-karya mereka yang terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang berdoa bersama pasangan dan anak keturunannya, jadikan kami secara khusus bagi orang-orang bertaqwa sebagai teladan-teladan.
Kata ( قُرَة ) qurrah pada mulanya berarti dingin. Yang dimaksud disini adalah menggembirakan. Sementara ulama berpendapat bahwa air mata yang mengalir dingin menunjukkan kegembiraan, sedang yang hangat menunjukan kesedihan. Karena itu, pada masa lalu dimana gadis-gadis masih malu menunjukan perasaan atau kesediaannya menerima pinangan calon suami, para wali menemukan indikator kesediaan atau penolakannya melalui air matanya. Bila dingin itu berarti ia bergembira menerima pinangan, dan bila hangat itu tandanya penolakan.
Ayat ini membuktikan bahwa sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji, tetapi juga memberi perhatian kepada keluarga dan anak keturunan. Doa mereka tentu saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi manusia-manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan yang memadai.

Kata (إمام) imam terambil dari kata (أمَ - يَوْمَ) yang berarti menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata yang sama lahir antara lain kata umm dan imam  yang maknanya pemimpin, karena keduanya menjadi teladan, tunpuan pandangan dan harapan.[4]
3.    Tafsir Al-Azhar
Ibadur rahman itu senantiasa bermohon kepada tuhannya agar istri-istri mereka dan anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam hidup. Dalam hadits Rosulullah Saw ada dikatakan :

اَلدُّنْيَا مَتَا عٌ وَخَيْرُ مَتَا عِهَا الْمَرْأَةُ الصَّا لِحَةُ

Artinya : “ dunia ini dalah perhiasan hidup, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia itu adalah istri yang shalih”
Berjuta miliyar uang pun, berumah bergedung indah bermobil kendaran mewah, dan segala yang dikehendaki dapat saja karena kekayaan, semuanya itu tidak ada harganya kalau istri tidak setia. Kalau dalam rumah tangga suami hendak ke hilir dan istri hendak ke hulu, akhirnya kan pecah juga rumah tangga yang demikian, atau menjadi neraka kehidupan sampai salah seorang menutup mata.
Apalagi anak, semua kita yang beranak keturunan merasai sendiri bahwa inti kekayaan ialah putra-putri yang berbakti, putra-putri yang berhasil dalam hidupnya. Putra yang berbakti ialah obat hati di waktu tenaga telah lemah.
Sebagai penutup dari doa itu, ia memohon lagi kepada Allah agar ia dijadikan imam dari pada orang-orang yang bertaqwa.[5]

4.      Tafsir Ibnu Katsir
Orang-orang mukmin itu berdoa memohon kepada Allah agar istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka dijadikan orang yang taat kepada Allah, taat beribadah, menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang dan diharamkan, sehingga dengan demikian mereka meruapakan keturunan dan istri-istri yang menyenangkan hati. Disamping itu juga mereka memohon kepada Allah agar mereka dijadikan imam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. [6]

C.      Rumah Tangga Laksana Taman Surga

Dalam kehidupan setiap manusia ada detik-detik yang sangat berkesan dihati, tidak mudah dihapus oleh ingatan sepanjang hayat. Diantarannya aqad nikah. Mengucapkan ijab qobul sangat ringan dilidah, namun pada hakikatnya berat ditimbangan. Ucapan ijab qobul adalah ikrar, janji setia antara suami dan istri untuk membangun rumah tangga. Oleh karena itu Rasulullah Saw berpesan pada para suami : “ Takutlah kepada Allah dalm persoalan wanita, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang berada dibawah kekuasaan kamu, dan kamu ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu dihalalkan menggauli mereka berdasarkan kalimat Allah.”
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa pernikahan bukan hanya sekedar untuk memenuhi dorongan (kebutuhan ) biologis, tetapi melaksanakan amanah Allah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhir zaman.
Rumah tangga dalam islam adalah ‘tempat berteduh’, tempat terwujudnya suasana sakinah (tenteram) yang disempurnakan dalam mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Suasana yang sakinah, mawaddah, rahmah inilah yang dibutuhkan oleh setiap bayi yang lahir sebagai buah dari pernikahan. Anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang tentram, diliputi rasa kasih sayang, pasti akan menjadi anak yang tumbuh normal, dewasa, dan matang kepribadiannya. Sebaliknya apabila bayi lahir dari kegelisahan, kebencian, dan kekejaman dalam rumah tangga kelak akan menjadi ank-anak yang membalas dendam kepada masyarakat dimana dia hidup.
Anak yang merasakan sentuhan kasih sayang sejak dini akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Begitupun sebaliknya, anak yang kehilangan kasih sayang kecil akan menjadi anak yang rendah diri dan minder. Untuk itu menjadi tugas utama para ibu untuk kembali ke rumah. Rawatlah anak-anakmu dengan penuh kasih sayang dan tanamkanlah nila-nilai keislaman. Begitupun seorang bapak, janganlah kesibukan mencari nafkah di luar rumah lantas melupakan tanggungjawabnya sebagai pemimpin keluarga.[7]
Pada intinya jadikanlah rumah sebagai fondasi, tempat awal lahirnya sosok-sosok pribadi terbaik umat islam yang menjalankan ajaran islam sepenuhnya, sehingga dari sanalah keberkahan dan ridho akan tercurah. Rumah akan terasa aman, nyaman dan damai.[8]

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam Q.S Al-Furqan ayat 74 membuktikan bahwa sifat-sifat hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji tetpai juga memberi perhatian kepada keluarga dan anak keturunan bahkan masyarakat umum. Do’a mereka itu tentu saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi manusia-manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa keberagaman yang baik, budi pekerti luhur serta pengetahuan yang memadai.

B.     Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi















DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghiy. Semarang : Tohaputra
Bahreiy, Salim. 2002. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya : Bina Ilmu
Hamka. 1982. Tafsir Azhar Juzu XIX. Jakarta : Pustaka Panjimas
Hidayatullah. 2016. Jadikan Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”. vol.16. No.20
Nashir as-Sa’di, Syaikh Abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Dar Ibn al-Jauzi, KSA,
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Zaidan, Ibnu. 2015. Jadikan Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya. vol.25. No.2

















REFERENSI :

               









BIODATA PEMAKALAH :
Nama : Winda Widya Risnawati
Tempat tanggal lahir : Pekalongan, 14 April 1999
Alamat : Jl. Buyut sari karangmalang kel. Setono
Moto : Berusaha untuk menuai keberhasilan

RIWAYAT PENDIDIKAN :
TK MASYITHOH DEKORO
MII DEKORO
SMPN 7 PEKALONGAN
MAN 2 PEKALONGAN






[1] Hamka, Tafsir Azhar Juzu XIX, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982), hlm.49
[2] Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir Al-Qur’an, (Jakarta : Dar Ibn al-Jauzi, KSA, 2016), hlm.207
[3] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghiy,(Semarang : Tohaputra, 1989), hlm.56-57
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), hlm.544-546
[5] Hamka, Tafsir Azhar Juzu XIX, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982), hlm.49
[6] Salim Bahreiy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya : Bina Ilmu, 2002), hlm.35
[7] Hidayatullah, Jadikan Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”, vol.16, No.20, Februari 2016, hlm.24-25
[8] Ibnu Zaidan, Jadikan Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya, vol.25, No.2, Desember 2015, hlm.9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar