OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
"ISTRI KETURUNAN PENYEJUK HATI"
Winda Widya Risnawati
NIM. (2117203)
KELAS B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-qur’an adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan.
Al-qur’an menata semua hal didunia maupun di akhirat bahkan dalam masalah
percintaan Al-qur’an mengatur dengan baik. Di dalam pernikahan Al-qur’an
mengaturnya dan memerintahkan setiap muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa
yang telah diperintahkan. Pola pikir yang berbeda antara istri dan suami dapat
menyebabkan konflik yang lama-kelamaan dapat memicu perceraian. Lemahnya iman
juga menjadi pemicu dalam berumah tangga. Kemudian masalah-maslah rumah tangga
yang sering bermunculan karena kurangnya ilmu agama dan budi pekerti yang buruk
tersebut sudah dijawab dalam surat Al-Furqan
tentang do’a supaya diberi istri dan keturunan yang shalih-shalihah,
agar menjadikan mereka para suami yang menjadi teladan bagi kaum yang bertaqwa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat istri dan keturunan?
2.
Bagaimana dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati?
3.
Apa yang dimaksud dengan rumah tangga laksana taman surga?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui hakikat istri dan keturunan
2.
Untuk mengetahui dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud rumah tangga laksana taman surga
KATA PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT pada Rasulallah SAW
atas berbagai nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya,sehingga penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir
Tarbawi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Obyek Pendidikan “Direct”. Dengan ini
kami berharap agar materi kami dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbang pikiran.
Penulis
sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin, harapan kami
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, bisa bermanfaat dan dapat
diterima. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang
telah berpartisipasi dalam melaksanakan tugas makalah ini sampai selesai.
Semoga
makalah ini bisa diterima dan dipahami bagi siapapun pembacanya, danjuga bisa bermanfaat. Amin ya rabbal ‘alamin
Pekalongan,
29 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi. .... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar
Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan
Penulisan Makalah..................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Hakikat
Istri dan Keturunan ................................................ 2
B. Dalil
Istri dan Keturunan sebagai Penyejuk Hati.................. 2
C. Rumah
Tangga Laksana Taman Surga.................................. 5
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 7
A. Kesimpulan
........................................................................... 7
B. Saran...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 8
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Hakikat Istri dan Keturunan
Istri berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya adalah wanita atau perempuan. Yaitu seorang perempuan yang sudah
menikah atau yang dinikahi.
Keturunan artinya anak, cucu atau
generasi. Keturunan yang dimaksud disini yaitu anak.
Penyejuk hati berarti obat penawar
atau obat rasa obat rasa gundah dan segala ganjalan-ganjalan masalah jiwa dan
raga atau jasmani dan rohani. Penyejuk hati juga bisa disebut dengan sumber
kebahagiaan.[1]
B.
Dalil Istri Keturunan sebagai Penyejuk Hati
Q.S Al- Furqon, 25 : 74
وَالّذِيْنَ
يَقُوْلُوْ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّا تِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنِ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا (٧٤)
Artinya : “ Dan orang-orang
berkata,’ Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertaqwa.”[2]
1.
Tafsir Al-Maraghi
Dan orang-orang yang memohon kepada Allah agar melahirkan dari
mereka keturunan yang taat dan beribadah kepada-Nya semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Orang yang beriman dengan sebenar-benar
iman, apabila melihat keluarganya sama dengannya taat kepada Allah, maka dia
akan merasa senang dan gembira, dia mengharapkan dapat berguna baginya di dunia
selama hidup dan matinya serta bertemu dengannya di akhirat. Mereka juga
memohon agar Allah menjadikan mereka para imam yang di teladani dalam menegakkan
panji-panji agama dengan menganugerahkan ilmu yang luas kepada mereka dan
memberi taufik kepada mereka untuk mengerjakan amal shaleh.[3]
2.
Tafsir Al-Mishbah
Artinya : “ Dan mereka senantiasa berkata : ‘ Tuhan kami,
anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan kami serta anak keturunan
kami, penyejuk-penyejuk mata mata dan jadikanlah kami – bagi orang-orang
bertaqwa – teladan-teladan.”
Ayat diatas menyatakan : Dan hamba-hamba Allah yang terpuji
itu adalah mereka yang juga senantiasa berkata yakni berdoa
setelah berusaha bahwa : “Wahai tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari
pasangan-pasangan hidup kami yakni suami atau istri kami serta
anak keturunan kami, kiranya mereka semua menjadi penyejuk-penyejuk mata
kami dan orang lain melalui budi pekerti dan karya-karya mereka yang
terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang berdoa bersama pasangan dan anak
keturunannya, jadikan kami secara khusus bagi orang-orang bertaqwa sebagai teladan-teladan.
Kata ( قُرَة ) qurrah pada mulanya berarti dingin. Yang dimaksud
disini adalah menggembirakan. Sementara ulama berpendapat bahwa air mata yang
mengalir dingin menunjukkan kegembiraan, sedang yang hangat menunjukan
kesedihan. Karena itu, pada masa lalu dimana gadis-gadis masih malu menunjukan
perasaan atau kesediaannya menerima pinangan calon suami, para wali menemukan
indikator kesediaan atau penolakannya melalui air matanya. Bila dingin itu
berarti ia bergembira menerima pinangan, dan bila hangat itu tandanya
penolakan.
Ayat ini membuktikan bahwa sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu
tidak hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji, tetapi
juga memberi perhatian kepada keluarga dan anak keturunan. Doa mereka tentu
saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi
manusia-manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi
penyejuk mata tanpa keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta
pengetahuan yang memadai.
Kata (إمام) imam terambil dari kata (أمَ - يَوْمَ) yang berarti menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata
yang sama lahir antara lain kata umm dan imam yang maknanya pemimpin, karena keduanya
menjadi teladan, tunpuan pandangan dan harapan.[4]
3.
Tafsir Al-Azhar
Ibadur rahman itu senantiasa bermohon kepada tuhannya agar
istri-istri mereka dan anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata,
obat jerih pelerai demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala
kekecewaan hati dalam hidup. Dalam hadits Rosulullah Saw ada dikatakan :
اَلدُّنْيَا مَتَا عٌ وَخَيْرُ مَتَا عِهَا الْمَرْأَةُ الصَّا لِحَةُ
Artinya : “ dunia ini dalah perhiasan hidup, dan sebaik-baiknya
perhiasan dunia itu adalah istri yang shalih”
Berjuta miliyar uang pun, berumah bergedung indah bermobil kendaran
mewah, dan segala yang dikehendaki dapat saja karena kekayaan, semuanya itu
tidak ada harganya kalau istri tidak setia. Kalau dalam rumah tangga suami
hendak ke hilir dan istri hendak ke hulu, akhirnya kan pecah juga rumah tangga
yang demikian, atau menjadi neraka kehidupan sampai salah seorang menutup mata.
Apalagi anak, semua kita yang beranak keturunan merasai sendiri
bahwa inti kekayaan ialah putra-putri yang berbakti, putra-putri yang berhasil
dalam hidupnya. Putra yang berbakti ialah obat hati di waktu tenaga telah
lemah.
Sebagai penutup
dari doa itu, ia memohon lagi kepada Allah agar ia dijadikan imam dari pada
orang-orang yang bertaqwa.[5]
4.
Tafsir Ibnu Katsir
Orang-orang mukmin itu berdoa memohon kepada Allah agar istri-istri
mereka dan keturunan-keturunan mereka dijadikan orang yang taat kepada Allah,
taat beribadah, menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi
segala apa yang dilarang dan diharamkan, sehingga dengan demikian mereka
meruapakan keturunan dan istri-istri yang menyenangkan hati. Disamping itu juga
mereka memohon kepada Allah agar mereka dijadikan imam dan pemimpin bagi
orang-orang yang bertaqwa. [6]
C.
Rumah Tangga Laksana Taman Surga
Dalam kehidupan setiap manusia ada detik-detik yang sangat berkesan
dihati, tidak mudah dihapus oleh ingatan sepanjang hayat. Diantarannya aqad
nikah. Mengucapkan ijab qobul sangat ringan dilidah, namun pada hakikatnya
berat ditimbangan. Ucapan ijab qobul adalah ikrar, janji setia antara suami dan
istri untuk membangun rumah tangga. Oleh karena itu Rasulullah Saw berpesan
pada para suami : “ Takutlah kepada Allah dalm persoalan wanita, karena
sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang berada dibawah kekuasaan kamu,
dan kamu ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu dihalalkan menggauli mereka
berdasarkan kalimat Allah.”
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa pernikahan bukan hanya
sekedar untuk memenuhi dorongan (kebutuhan ) biologis, tetapi melaksanakan
amanah Allah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhir zaman.
Rumah tangga dalam islam adalah ‘tempat berteduh’, tempat
terwujudnya suasana sakinah (tenteram) yang disempurnakan dalam mawaddah
(cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Suasana yang sakinah, mawaddah, rahmah inilah yang dibutuhkan oleh
setiap bayi yang lahir sebagai buah dari pernikahan. Anak yang dibesarkan dalam
rumah tangga yang tentram, diliputi rasa kasih sayang, pasti akan menjadi anak
yang tumbuh normal, dewasa, dan matang kepribadiannya. Sebaliknya apabila bayi
lahir dari kegelisahan, kebencian, dan kekejaman dalam rumah tangga kelak akan
menjadi ank-anak yang membalas dendam kepada masyarakat dimana dia hidup.
Anak yang merasakan sentuhan kasih sayang sejak dini akan mudah
beradaptasi dengan lingkungannya. Begitupun sebaliknya, anak yang kehilangan kasih
sayang kecil akan menjadi anak yang rendah diri dan minder. Untuk itu menjadi
tugas utama para ibu untuk kembali ke rumah. Rawatlah anak-anakmu dengan penuh
kasih sayang dan tanamkanlah nila-nilai keislaman. Begitupun seorang bapak,
janganlah kesibukan mencari nafkah di luar rumah lantas melupakan
tanggungjawabnya sebagai pemimpin keluarga.[7]
Pada intinya jadikanlah rumah sebagai fondasi, tempat awal lahirnya
sosok-sosok pribadi terbaik umat islam yang menjalankan ajaran islam
sepenuhnya, sehingga dari sanalah keberkahan dan ridho akan tercurah. Rumah
akan terasa aman, nyaman dan damai.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Q.S Al-Furqan ayat 74
membuktikan bahwa sifat-sifat hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya terbatas
pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji tetpai juga memberi
perhatian kepada keluarga dan anak keturunan bahkan masyarakat umum. Do’a
mereka itu tentu saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar
menjadi manusia-manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi
penyejuk mata tanpa keberagaman yang baik, budi pekerti luhur serta pengetahuan
yang memadai.
B.
Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun makalah
ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghiy. Semarang : Tohaputra
Bahreiy, Salim.
2002. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya : Bina Ilmu
Hamka. 1982. Tafsir
Azhar Juzu XIX. Jakarta : Pustaka Panjimas
Hidayatullah.
2016. Jadikan Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”. vol.16. No.20
Nashir
as-Sa’di, Syaikh Abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Dar Ibn
al-Jauzi, KSA,
Shihab, M.
Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Zaidan, Ibnu.
2015. Jadikan Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya. vol.25.
No.2
REFERENSI :
BIODATA PEMAKALAH :
Nama : Winda Widya Risnawati
Tempat tanggal lahir : Pekalongan, 14 April
1999
Alamat : Jl. Buyut sari karangmalang kel.
Setono
Moto : Berusaha untuk menuai keberhasilan
RIWAYAT PENDIDIKAN :
TK MASYITHOH DEKORO
MII DEKORO
SMPN 7 PEKALONGAN
MAN 2 PEKALONGAN
[1] Hamka, Tafsir
Azhar Juzu XIX, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982), hlm.49
[2] Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir Al-Qur’an, (Jakarta : Dar Ibn
al-Jauzi, KSA, 2016), hlm.207
[3] Ahmad
Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghiy,(Semarang : Tohaputra, 1989),
hlm.56-57
[4] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), hlm.544-546
[6] Salim Bahreiy,
Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya : Bina Ilmu, 2002),
hlm.35
[7] Hidayatullah, Jadikan
Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”, vol.16, No.20, Februari 2016,
hlm.24-25
[8] Ibnu Zaidan, Jadikan
Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya, vol.25, No.2, Desember
2015, hlm.9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar