Laman

Jumat, 26 Oktober 2018

TT E H3 SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI "NABI SEBAGAI SURI TAULADAN"


 SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
"NABI SEBAGAI SURI TAULADAN"
Qs. Al-Ahzab ayat 21
Asti Zaeni
NIM. (2117289)
Kelas E

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................  
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah........................................................................... ................................
B.     Rumusan masalah...................................................................................................................
C.     Tujuan penulisan makalah.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Nabi sebagai suri tauladan ........................................................................................................
B.     Dalil Nabi sebagai suri tauladan...............................................................................................
C.     Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari.....................................................................................
D.    Aspek Tarbawi
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan................................................................................................................ .............     
DAFTAR PUSTAKA    



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat terseleslaikan dengan lancar. Shalawat serta  salam senantiasa kita curahkan kepada nabi kita, baginda nabi agung Muhammad saw. semoga kita semua termasuk umat beliau yang akan mendapat syafa’atnya di yaumul akhir.
Tidak lupa, pemakalah juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah sepenuhnya memfasilitasi pembuatan makalah ini, kemudian bapak dosen yang telah memberikan bimbingan, serta tema-teman semua yang telah berpartisipasi memberi arahan dan masukan.
Disusunnya makalah ini guna memenuhi tugas Tafsir Tarbawi. Yang mana dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun kata yang kurang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kita harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
                                                                                      
Pekalongan, 24 Oktober 2018

       Penulis













BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Suatu pendidikan tidak akan sukses melainkan harus disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Dalam pendidikan, sebuah keteladanan sangat berpengaruh besar dalam penanaman pendidikan karakter peserta didik yang berjangka panjang.  Cara yang demikian telah dilakukan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali menerapkan Islam secara total. Ia mendapat bimbingan dan pengarahan langsung dari Allah melalui wahyu-Nya. Makà, tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui dan memahami Islam selain Rasulullah Muhammad SAW. Karena itulah tidak ada suri tauladan yang baik dan menjamin seseorang mendapat rahmat Allah SWT baik didunia maupun di akhirat, kecuali suri tauladan yang datang dari Rasulallah Muhammad Saw.
B.     Rumusan Masalah
1.           Apa hakikat Nabi sebagai suri tauladan?
2.           Apa dalil Nabi Muhammad SAW sebagai suri Tauladan?
3.           Apa pendidik merupakan Suri Tauladan dan idola bagi peserta didik?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui Nabi sebagai suri tauladan
2.      Untuk mengetahui dalil Nabi sebagai suri tauladan
3.      Untuk mengetahui pendidik merupakan suri tauladan dan idola bagi peserta didik









BAB II
PEMBAHASAN

A.    NABI SEBAGAI SURI TAULADAN
Nabi Muhammad Saw. merupakan teladan yang baik bagi umat Muslim di sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi, bagai purnama yang memberikan petunjuk. Allah juga meletakkan dalam personalitas Rasulullah gambaran sempurna untuk metode Islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungannya. Segala yang dilakukan Rasulullah merupakan uswah hasanah bagi kehidupan manusia karena beliau dinyatakan sebagai manusia yang berakhlak mulia. Allah menegaskan dalam firman-Nya:  Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21). Serta Q.S. Al-Qalam: 4. Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (rasul) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”  Dengan demikian, seluruh perilakunya selalu menjadi pelajaran bagi umatnya dulu, kini dan yang akan datang, baik dalam bidang agama, politik, ekonomi dan sosial budaya. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai profil Rasulullah yang mulia dari berbagai riwayat yang pernah dikatakan oleh para sahabat.  
1.       Teguh Pendirian Allah, Berani dan Tabah
2.      Adil dan Jujur 
3.      Bijak dan Cerdas 
4.      Sabar, Mampu Menahan Amarah dan Pengampun
5.      Kasih Sayang Rasulullah kepada Makhluk
6.      Zuhudnya Rasulullah
7.      Taat Beribadah[1]




B. Dalil  dan Arti QS Al-Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةُ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللّهَ وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَاللّهَ كَثِيْرًا
Artinya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Tafsir Al-Misbah
Surat Al-Ahzab ayat 21 satu ini mengarah kepada orang-orang beriman, memuji sikap mereka yang meneladani Nabi saw. Ayat diatas menyatakan: Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad saw. suri tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengaharap rahmat kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta teladan bagi mereka yang berzikir mengingat kepada Allah dan menyebut-nyebut nama-Nya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.
Bisa juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk Islam, tetapi tidak  mencerminkan ajaran Islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan: “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya ditengah kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani”.
Kata ((أسوة uswah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir az-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat diatas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasulullah. Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut  diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama’.
‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad dalam bukunya ‘Abqariyat Muhammad menjelaskan: Ada empat tipe manusia, yaitu Pemikir,  Pekerja, Seniman, dan yang jiwanya larut dalam ibadah. Jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya dan dalam tingkat yang tinggi  dua dari keempat tipe tersebut, dan mustahil keempatnya berkumpul pada diri sesorang. Namun yang mempelajari pribadi Rasul akan menemukan bahwa keempatnya bergabung dalam peringkatnya yang tertinggi pada kepribadian beliau. Berkumpulnya  keempat tipe dalam kepribadian Rasul ini, dimaksudkan agar seluruh manusia dapat meneladani sifat-sifat terpuji Rasul.[2]

tafsir Al Azhar
Dalam Perang Ahzab (Khandaq), kondisinya mencekam. Banyak kaum muslim yang merasa gentar karena besarnya kekuatan musuh. Ummu Salmah (moga-moga ridha Allah terhadapnya), isteri Rasulullah saw. yang telah banyak pengalamannya sebagai isteri dari Rasulullah saw., yang turut menyaksikan beberapa peperangan yang dihadapi Rasulullah pernah mengatakan tentang hebatnya keadaan Kaum Muslimin ketika peperangan Khandaq itu.
Beliau berkata: "Aku telah menyaksikan di samping Rasulullah saw. beberapa pepe­rangan yang hebat dan ngeri, peperangan di Almuraisiya', Khaibar dan kami pun telah menyaksikan pertemuan dengan musuh di Hudaibiyah, dan saya pun turut ketika menaklukkan Mekkah dan peperangan di Hunain. Tidak ada pada semua peperangan yang saya turut menyaksikan itu yang lebih membuat lelah Rasulullah dan lebih membuat kami-kami jadi takut, melebihi peperangan Khandaq.
Karena kaum Muslimin benar-benar terdesak dan terkepung pada waktu itu, sedang Bani Quraizhah (Yahudi) tidak lagi dipercaya karena sudah belot, sampai Madinah dikawal sejak siang sampai waktu Subuh, sampai kami dengar takbir kaum Muslimin untuk melawan rasa takut mereka. Yang melepaskan kami dari bahaya ialah karena musuh-musuh itu telah diusir sendiri oleh Allah dari tempatnya mengepung itu dengan rasa sangat kesal dan sakit hati, karena maksud mereka tidak tercapai". Demikian riwayat Ummu Salmah.
Namun, di dalam saat-saat yang sangat mendebarkan hati itu, contoh teladan yang patut ditiru, tidak ada lain, melainkan Rasulullah Saw sendiri: "Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik". Memang ada orang yang bergoncang fikirannya[3]
Tafsir Al-Maraghi
Sesudah Allah menrinci keadaan orang-orang munafik dan membeberkan kerendahan sifat pengecut mereka yang besar itu, lalu Dia mencela mereka dengan sangat. Celaan itu diungkapkan oleh Allah dengan cara memberikan penjelasan kepada mereka, bahwa telah ada di dalam diri Rasulullah pelajaran yang baik, senadainya mereka mau mengambil pelajaran, dan teladan yang baik seandainya mereka mau mencontohnya.
Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 ini menunjukkan bahwa sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan kalian, seandainya kalian menghendakinya. Yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah saw. Didalam amal perbuatannya, dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan petunjuknya, sendainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari Allah serta takut akan azab-Nya di hari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung serta penolong ditiadakan, kecuali amal shaleh yang telah dilakukan seseorang (pada hari kiamat). Dan adalah kalian orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dengan ingatan yang banyak, maka sesungguhnya ingat kepada Allah itu seharusnya membimbing kamu untuk taat kepadanya dan mencontoh perbuatan-perbuatan Rasul-Nya.[4]

C.    Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1.     Jadikan Nabi Muhammad sebagai idola yang pertama.
2.     Ingat keteladanan akhlak Rasul dalam setiap bertindak.
3.     Berakhlak baik secara perkataan maupun perbuatan.
4.     Tarapkan akhlak mahmudah dan tinggalkan akhlak madhmumah.
5.     Memperbanyak dzikir kepada Allah.[5]

D.    Aspek Tarbawi
1.      Jadikan Nabi Muhammad sebagi sentral suri tauladan dalam segala hal terutama dalam soal agama dan berakhlak.
2.      Seorang guru harus bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya dan bagi masyarakat sekitarnya.
3.      Seorang guru harus memiliki karakter pemikir,  pekerja, multitelent, dan taat beribadah.
4.      Orang yang mengaharap rahmat dan kebaikan di hari kiamat sudah sepatutnya mengikuti suri tauladan Rasulullah dan banyak berdzikir kepada Allah.




BAB III
PENUTUP

A.        Simpulan
Nabi Muhammad Saw. merupakan teladan yang baik bagi umat Muslim di sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi, bagai purnama yang memberikan petunjuk. Allah juga meletakkan dalam personalitas Rasulullah gambaran sempurna untuk metode Islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungannya.
1. Teguh Pendirian Allah, Berani dan Tabah
2.      Adil dan Jujur 
3.      Bijak dan Cerdas 
4.      Sabar, Mampu Menahan Amarah dan Pengampun
5.      Kasih Sayang Rasulullah kepada Makhluk
6.      Zuhudnya Rasululla
7.      Taat beribadah
Dari tiga tafsir (Al-Misbah, Al-Azhar,dan Al-Maraghi) berintikan mengenai perintah untuk menjadikan Nabi saw sebagai pusat rujukan utama dalam ke-suri-tauladan-an. Baik itu dari segi agama, akhlak, cara hidup, semangat, maupun kearifan Beliau. Selain itu juga agar kita banyak berdzikir kepada Allah SWT.









DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21.  Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang.
Dosen FITK UIN-SU Medan, “POTRET RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK”. J u r n a l A N S I R U. Vol 1. No 1. Medan 2017
Hamka, Tafsir Al-Azhar 1982 . Surabaya: Yayasan Latimojong.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati



Biografi Penulis
Nama : Asti Zaeni
Nim : 2117289
Alamat : Jatinegara kabupaten Tegal
TTL : Tegal, 9 Mei 1998
Riwayat pendidikan : SD N 1 Kedungwungu
                                   SMP N 2 Jatinegara
SMA N 1 Bojong Tegal











[1] Dosen FITK UIN-SU Medan, “POTRET RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK”. J u r n a l A N S I R U. Vol 1. No 1. Medan 2017
[2] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 242-244

[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar(Surabaya: Yayasan Latimojong.1982). hlm 203.
[4] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1992), hlm 227
[5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar