Laman

Rabu, 31 Oktober 2018

TT A I1 OBYEK PENDIDIKAN DIRECT “ KELUARGA TUMPUAN HARAPAN “


OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
“ KELUARGA TUMPUAN HARAPAN “
(QS. At-Tahrim : 6)
Dewi Fajar Suryaning Tias
NIM. (2117072)
Kelas : A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “OBYEK PENDIDIKAN DIRECT: KELUARGA TUMPUAN HARAPAN dalam QS AT- TAHRIM : 6”. Berbagai sumber telah kami ambil sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dimasa yang akan datang.











                                                                        Pekalongan, 30 Oktober 2018


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak.
Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal, seperti aqidah, ibadah, mu’amalah berbicara pula tentang pendidikan. Namun demikian, al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah tersebut. Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general. Untuk dapat memahami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut mau tidak mau seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah di lakukan para ulama
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya. Jika dia memulai dengan memberikan peringatan kepada kelurga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik keapad mereka, dan ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hakikat keluarga?
2.      Bagaimana dalil tentang keluarga sebagai tumpuan ?
3.      Bagaimana  maksud dari keluarga sebagai madrasatul ula ?
4.      Bagaimana aspek tarbawi dalam QS. At-Tahrim:6 ?
C.    Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas makalah Tafsir Tarbawi.
2.      Untuk mengetahui hakikat keluarga.
3.      Untuk mengetahui dalil tentang keluarga sebagai tumpuan.
4.      Untuk mengetahui  maksud dari keluarga sebagai madrasatul ula.
5.      Untuk mengetahui aspek tarbawi dalam QS. At-Tahrim:6.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Keluarga
Keluarga merupakan sumber inspirasi pertama dalam melakukan contoh tingkah laku baik buruk seseorang. Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memilik rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Hufad (dalam Aziz, 2015 : 15) menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial.
Menurut Ahmadi (2007 : 108) menyatakan bahwa : keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama di mana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.
Menurut Sunarto (2008 : 193) menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentulan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan.[1]

B.     Dalil Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan
Surat At-Tahrim: 6
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَايَعْصُوْنَ اللهَ مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُعْمَرُوْنَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia manusia dan batu-batu; di atasnya malaikat-malaikat yang kasar-kasar, yang keras-keras, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang di perintahkan”. (Q.S At tahrim : 6).

1.      Tafsir Al-Maraghi
Sesudah Allah memerintahkan kepada sebagian dari istri-istri Nabi saw. Untuk bertaubat dari kesalahan yang terlanjur dilakukan, dan menjelaskan  kepada mereka bahwa allah akan menjaga dan menolong rasul_Nya hingga kerja sama untuk menyakitinya tidak akan membahayakannya, kemudian memperingatkan mereka agar berkepanjangan dalam menentangnya karena khawatir akan ditalak dan dijatuhkan dari kedudukanya yang mulia sebagai ibu-ibu kaum muslimin, karena digantikan dengan istri-istri yang lain dari wanita-wanita mukmin yang shaleh, Dia memerintahkan kaum mukmin pada umumnya untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala-berhala pada hari kiamat.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah kepada mereka yang demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
Malaikat-malaikat itu diserahi neraka untuk mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mereka ada 19 orang malaikat penjaga neraka yang akan disebutkan dalam QS. Al-Muddatsir di dalam firman_Nya yang
Artinya: “Aku akan memasukkanya kedalam (neraka ) saqar. Tahukah kamu Apakah (neraka) saqar itu? Saqar tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada Sembilan belas (malaikat penjaga).”(Al-Mudassir,74: 26-30).
غِلَاظٌ شِدَادٌ
Mereka keras dan kasar terhadap penghuni neraka itu. Kemudian, Allah menjelaskan besarnya ketaatan mereka kepada Tuhan mereka. Firman-Nya:

لَايَعْصُوْنَ اللهَ مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُعْمَرُوْنَ
Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka dan waktu itu juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.[2] 
2.    Tafsir Al-Lubab
       Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi Muhammad SAW., seperti yang diuraikan ayat-ayat yang lalu, ayat-ayat berikut memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa: peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi Muhammad SAW., dan pelihara juga keluarga kamu, yakni pasangan, anak-anak dan seluruh yang dibawah tanggung jawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia kafir dan juga batu-batu, antara lain yang dijadikan berhala. Yang menangani mereka dan bertugas menyiksa penghuni-penghuni neraka adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar ucapannya, hati mereka tidak iba atau tersentuh oleh rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, dan juga keras-keras perlakuannya dalam melaksankan tugas penyiksaan. Mereka tidak mendurhakai Allah SWT. menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan, kendati mereka kasar, tidak kurang dan juga tidak berlebih dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT., yakni sesuai dengan dosa dan kesalaha masing-masing dan mereka juga senantiasa mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah SWT., kepada mereka.[3]
3.    Tafsir Ibnu Katsir
            Allah swt berfirman:“ Hai orang-orang yang beriman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ,” yaitu kamu perintahkan dirimu dan keluarga-Nya yang terdiri dari istri, anak,  saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah dan kamu larang dirimu beserta semua orang yang dibawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kemudian kamu ajari dan didik mereka serta pimpin mereka  dengan perintah Allah kamu perintahkan mereka untuuk melaksanakanyadan kamu bantu merekadalam merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim yaitu mengajarkan kepada orang yang berada dibawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah Ta’ala kepada mereka.[4]



C.    Keluarga: Madrasatul Ula
Dalam QS. At-Tahrim, 66:6 diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan puasa)   juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Surat tersebut memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat ini atas awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan siksaan, Al-Qur’an menyebutkan bahan bakar mereka, bukan model dan jenis siksaanya. Sementara bahan bakar ayat diatas digambaran berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan dalam mendidik masa kecilnya, dalam lembaga terkecil yaitu keluarga. Kegagalan pendidikan dalam usia dini akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh dirinya sendiri yang tidak terarah pada usia dininya.[5]

D.    Aspek Tarbawi
1.      Kewajiban orang tua dalam mendidik anak dan anggota keluarga
2.      Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka.
3.      Pentingnya pendidikan Islam sejak dini
4.      Perintah taqwa kepada Allah SWT dan berdakwah
5.      menambah pengetahuan peran keluarga dalam pendidikan Islam.


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam QS. At-Tahrim, 66:6 memerintahkan bahwa sebagai orang yang beriman harus dapat memelihara diri sendiri dan keluarganya agar terhindar dari api neraka. Yang mana bahan bakar api neraka tersebut terbuat dari manusia-manusia kafir dan batu-batu yang didalamnya terdapat para penjaga yaitu malaikat yang keras lagi kasar tanpa belas kasihan. Cara yang dilakukan untuk memelihara keluarganya yaitu dengan menanamkan dan mendidik seorang anak agar memiliki sifat yang baik dengan berakhlakul karimah dan mengajarkan keluarga untuk taat terhadap perintahNya karena keluarga adalah madrasah pertama dalam kehidupan sehingga pendidikan Islam usia dini itu sangat penting.











DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV TOHAPUTRA SEMARANG.
Ar Arifai, Muhammad Nasib. 2000. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insanipress.
Munir, Ahmad. 2008.Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Sukses Offset.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: PENERBIT LENTERA HATI.














PROFIL

Nama                                      :  DEWI FAJAR SURYANING TIAS
Tempat, tanggal lahir             : Pekalongan, 24 Agustus 1999
Alamat                                    : Dk. Kaliketing, Ds. Kalimojosari, Kec. Doro, Kab.            Pekalongan.
Riwayat pendidikan                :
-        TK Muslimat NU
-        MIS Kaliketing
-        MTs Terpadu Plus Gondang Wonopringgo
-     SMAN 1 Kedungwuni
-     IAIN Pekalongan






[1] http://repository.ump.ac.id/4346/3/BAB%20II_CORRY%20NUR%20ISTHO%20RINI_PPKn'17.pdf. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 16:00 WIB.
[2]               Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Tohaputra Semarang, 1989), hlm. 271-274
[3]               M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2012), hlm. 321-322.
[4]               Muhammad Nasib AR Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,( Jakarta: Gema Insani Press,2006), hlm. 751-752.
[5] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta: Teras,  2008), hlm.100.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar