OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
“ KELUARGA TUMPUAN HARAPAN “
(QS. At-Tahrim : 6)
Dewi
Fajar
Suryaning Tias
NIM. (2117072)
Kelas
: A
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“OBYEK PENDIDIKAN DIRECT: KELUARGA TUMPUAN HARAPAN dalam QS AT- TAHRIM : 6”.
Berbagai sumber telah kami ambil sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kami juga
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kemajuan dimasa yang
akan datang.
Pekalongan,
30 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang
mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan
di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan
berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi
kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak.
Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal, seperti aqidah, ibadah, mu’amalah
berbicara pula tentang pendidikan. Namun demikian, al-Qur’an bukanlah kitab
suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an
tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah tersebut.
Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general. Untuk
dapat memahami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut mau tidak mau
seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah di lakukan para ulama
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan
sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah
pendidikan. Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam
ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan
sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun
yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya. Jika dia
memulai dengan memberikan peringatan kepada kelurga dan sanak kerabatnya, maka
hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga
menyuruh agar bersikap tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap
baik keapad mereka, dan ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima
nasehat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat keluarga?
2. Bagaimana
dalil tentang keluarga sebagai tumpuan ?
3. Bagaimana maksud dari keluarga sebagai madrasatul ula ?
4. Bagaimana
aspek tarbawi dalam QS. At-Tahrim:6 ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi
tugas makalah Tafsir Tarbawi.
2. Untuk mengetahui hakikat keluarga.
3. Untuk mengetahui dalil tentang
keluarga sebagai tumpuan.
4. Untuk mengetahui maksud dari keluarga sebagai madrasatul ula.
5. Untuk
mengetahui aspek tarbawi dalam QS. At-Tahrim:6.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Keluarga
Keluarga merupakan sumber
inspirasi pertama dalam melakukan contoh tingkah laku baik buruk seseorang.
Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata yakni
kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya
kumpulan individu yang memilik rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan
seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Hufad (dalam Aziz, 2015 : 15)
menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh
tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan
oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling
berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial.
Menurut Ahmadi (2007 : 108)
menyatakan bahwa : keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu
dan group, dan merupakan sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi
anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi
tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan
saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang
pertama di mana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk
mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai
anak-anak memasuki sekolah, mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam
unit keluarga.
Menurut Sunarto (2008 : 193)
menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada
aspek moral atau pembentulan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai
ilmu pengetahuan.[1]
B.
Dalil Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan
Surat At-Tahrim: 6
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَايَعْصُوْنَ اللهَ
مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُعْمَرُوْنَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari
api yang bahan bakarnya adalah manusia manusia dan batu-batu; di atasnya
malaikat-malaikat yang kasar-kasar, yang keras-keras, yang tidak mendurhakai
Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan
apa yang di perintahkan”. (Q.S At tahrim : 6).
1.
Tafsir Al-Maraghi
Sesudah Allah memerintahkan kepada sebagian dari istri-istri Nabi
saw. Untuk bertaubat dari kesalahan yang terlanjur dilakukan, dan menjelaskan
kepada mereka bahwa allah akan menjaga dan menolong rasul_Nya hingga
kerja sama untuk menyakitinya tidak akan membahayakannya, kemudian
memperingatkan mereka agar berkepanjangan dalam menentangnya karena khawatir
akan ditalak dan dijatuhkan dari kedudukanya yang mulia sebagai ibu-ibu kaum
muslimin, karena digantikan dengan istri-istri yang lain dari wanita-wanita
mukmin yang shaleh, Dia memerintahkan kaum mukmin pada umumnya untuk menjaga
diri dan keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan
berhala-berhala pada hari kiamat.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ
نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan
Rasul-Nya, hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang
lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari
padanya, yaitu ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menuruti segala perintah-Nya.
Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya
mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah kepada mereka
yang demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
Malaikat-malaikat itu diserahi neraka untuk
mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mereka ada 19 orang malaikat penjaga
neraka yang akan disebutkan dalam QS. Al-Muddatsir di dalam firman_Nya yang
Artinya: “Aku akan memasukkanya kedalam (neraka )
saqar. Tahukah kamu Apakah (neraka) saqar itu? Saqar tidak meninggalkan dan
tidak membiarkan. (neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada Sembilan
belas (malaikat penjaga).”(Al-Mudassir,74: 26-30).
غِلَاظٌ شِدَادٌ
Mereka keras dan kasar terhadap penghuni neraka itu.
Kemudian, Allah menjelaskan besarnya ketaatan mereka kepada Tuhan mereka.
Firman-Nya:
لَايَعْصُوْنَ اللهَ مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُعْمَرُوْنَ
Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka
menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka dan waktu itu juga tanpa
selang. Mereka tidak mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.[2]
2.
Tafsir Al-Lubab
Dalam
suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi Muhammad SAW., seperti yang
diuraikan ayat-ayat yang lalu, ayat-ayat berikut memberi tuntunan kepada kaum
beriman bahwa: peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi
Muhammad SAW., dan pelihara juga keluarga kamu, yakni pasangan, anak-anak dan
seluruh yang dibawah tanggung jawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka
agar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia-manusia kafir dan juga batu-batu, antara lain yang dijadikan berhala.
Yang menangani mereka dan bertugas menyiksa penghuni-penghuni neraka adalah
malaikat-malaikat yang kasar-kasar ucapannya, hati mereka tidak iba atau
tersentuh oleh rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, dan juga
keras-keras perlakuannya dalam melaksankan tugas penyiksaan. Mereka tidak
mendurhakai Allah SWT. menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga
siksa yang mereka jatuhkan, kendati mereka kasar, tidak kurang dan juga tidak
berlebih dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT., yakni sesuai dengan dosa
dan kesalaha masing-masing dan mereka juga senantiasa mengerjakan dengan mudah
apa yang diperintahkan Allah SWT., kepada mereka.[3]
3. Tafsir Ibnu
Katsir
Allah swt
berfirman:“ Hai orang-orang yang beriman, Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka ,” yaitu kamu perintahkan dirimu dan keluarga-Nya yang
terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya
laki-laki untuk taat kepada Allah dan kamu larang dirimu beserta semua orang
yang dibawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Kemudian kamu ajari dan didik mereka serta pimpin mereka dengan perintah
Allah kamu perintahkan mereka untuuk melaksanakanyadan kamu bantu merekadalam
merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka
cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim yaitu
mengajarkan kepada orang yang berada dibawah tanggung jawabnya segala sesuatu
yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah Ta’ala kepada mereka.[4]
C.
Keluarga: Madrasatul Ula
Dalam QS.
At-Tahrim, 66:6 diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula
di rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria
(ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju
kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa
(misalnya ayat yang memerintahkan puasa) juga tertuju kepada lelaki
dan perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak
dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab
atas kelakuannya.
Surat tersebut memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan
diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga
menuju yang besar dan luas. Ayat ini atas awalnya berbicara masalah tanggung
jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian
tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan siksaan, Al-Qur’an menyebutkan
bahan bakar mereka, bukan model dan jenis siksaanya. Sementara bahan bakar ayat
diatas digambaran berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan
dalam mendidik masa kecilnya, dalam lembaga terkecil yaitu keluarga. Kegagalan
pendidikan dalam usia dini akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh
dirinya sendiri yang tidak terarah pada usia dininya.[5]
D.
Aspek Tarbawi
1.
Kewajiban orang tua dalam mendidik anak dan anggota
keluarga
2.
Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api
neraka.
3.
Pentingnya pendidikan Islam sejak dini
4.
Perintah taqwa kepada Allah SWT dan berdakwah
5.
menambah pengetahuan peran keluarga dalam pendidikan Islam.
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam QS. At-Tahrim, 66:6 memerintahkan bahwa sebagai
orang yang beriman harus dapat memelihara diri sendiri dan keluarganya agar
terhindar dari api neraka. Yang mana bahan bakar api neraka tersebut terbuat
dari manusia-manusia kafir dan batu-batu yang didalamnya terdapat para penjaga
yaitu malaikat yang keras lagi kasar tanpa belas kasihan. Cara yang dilakukan
untuk memelihara keluarganya yaitu dengan menanamkan dan mendidik seorang anak
agar memiliki sifat yang baik dengan berakhlakul karimah dan mengajarkan
keluarga untuk taat terhadap perintahNya karena keluarga adalah madrasah pertama
dalam kehidupan sehingga pendidikan Islam usia dini itu sangat penting.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV TOHAPUTRA
SEMARANG.
Ar Arifai, Muhammad
Nasib. 2000. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insanipress.
Munir, Ahmad.
2008.Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Sukses Offset.
Shihab,
M. Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: PENERBIT LENTERA HATI.
PROFIL
Nama
: DEWI FAJAR SURYANING TIAS
Tempat, tanggal lahir
: Pekalongan, 24 Agustus 1999
Alamat
: Dk. Kaliketing, Ds. Kalimojosari, Kec. Doro, Kab. Pekalongan.
Riwayat
pendidikan
:
-
TK Muslimat NU
-
MIS Kaliketing
-
MTs Terpadu Plus Gondang Wonopringgo
- SMAN 1 Kedungwuni
- IAIN Pekalongan
[1] http://repository.ump.ac.id/4346/3/BAB%20II_CORRY%20NUR%20ISTHO%20RINI_PPKn'17.pdf.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 16:00 WIB.
[2] Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Tohaputra Semarang, 1989), hlm.
271-274
[3] M. Quraish Shihab, Al-Lubab,
(Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2012), hlm. 321-322.
[4] Muhammad Nasib AR
Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,( Jakarta: Gema Insani Press,2006),
hlm. 751-752.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar