Laman

Rabu, 31 Oktober 2018

TT A I3 OBYEK PENDIDIKAN DIRECT “PENDIDIKAN PERTAMA BAGI ANAK”


OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
“PENDIDIKAN PERTAMA BAGI ANAK”
QS. Luqman, 31:17
Muhammad Fathul Hanan
NIM: 2117390
Kelas A 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka.
Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendidikan bagi anak banyak sekali dalil yang ada di Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pendidikan anak. yaitu seperti yang ada di surat Luqman ayat 17. didalam surat ini menjelaskan tentang pengajaran terhadap anak untuk terus mengingat Allah dengan cara shalat, mencegah perbuatan yang mungkar, berbuat baik dan bersabar dengan cobaan yang diberikan Allah.

1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Hakikat Anak?
B. Dalil Pendidikan Pertama Bagi Anak?
C. Apa kurikulum Pendidikan Bagi Anak?

1.3 Tujuan
            Bertujuan memberikan penjelasan dari hakikat anak, mengetahui dalil tentang pendidikan anak dalam Al-Qur’an dan mengetahui kurikulum Pendidikan pertama bagi anak.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Anak
A. Anak adalah Amanat
Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang kita miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak telah Tuhan ciptakan dengan beragam potensi yang berbeda-beda. Mereka adalah makhluk yang unik, yang satu sama lain tidak bisa disamaratakan ataupun dibanding-bandingkan. Tanggung jawab orang tua adalah mengasuh dan mengarahkan mereka ke arah yang positif, dan bukan untuk menentukan pilihan masa depan mereka.
Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan variable (unsur yang ikut menentukan perubahan) dari kelangsungan hidup keluarga, masyarakat, bangsa, Negara dan agama. Oleh karena itu anak perlu dibekali dengan penghidupan dan pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan sehat, berkembang secara optimal mental, sosial dan kepribadiannya. Di samping membutuhkan bantuan dari orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan orang-orang di sekitarnya termasuk dengan anak-anak yang seusianya. Mereka perlu untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain, karena anak adalah makhluk sosial. Tentunya mereka pun bisa belajar dalam beberapa hal dari lingkungannya. Pendidikan yang diberikan kepada anak senantiasa bersifat holistic atau secara keseluruhan. Bukan hanya pendidikan akademis saja, melainkan juga yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan religiusitas yang sudah diberikan sejak dini. Harus disadari bahwa mereka adalah makhluk yang bertuhan, dan kesadaran ini akan dimiliki secara optimal oleh anak jika sudah dihabituasikan sejak usia dini.
B.     Anak sebagai Potensi Bangsa
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa anak bukanlah orang dewasa yang berbentuk mini. Cara berfikir mereka masih sangat sederhana, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang dewasa dalam melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya. Negara, masyarakat, dan terutama keluarga berkewajiban untuk memberikan apa yang menjadi hak bagi anak, karena mereka pun sudah menjadi bagian dari komunitas tersebut.
Sebuah Negara akan mengalami kemajuan bila memiliki orang-orang/SDM yang berkualitas. Hal itu akan sulit didapat bila masyarakatnya tidak mengedepankan pendidikan, terutama pendidikan sejak usia dini sebagai pondasi yang kokoh. Sebab tujuan akhir dari keberlangsungan proses pendidikan itu sendiri adalah menetaskan generasi bangsa sebagai makhluk individu atau manusia yang memiliki kompetensi yang unggul, manusia yang memiliki kepekaan sosial dan berwawasan global, serta manusia yang bermoral, berakhlaq mulia sebagai cerminan bahwa mereka adalah makhluk Tuhan.[1]

2.2  Dalil Pendidikan Pertama Bagi Anak
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
            Luqman melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra : Wahai anakku sayang, Laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunah-sunahnya. dan di samping engkau memperhatikan dirimu dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. karena itu, perintahkanlah secar baik-baik siapa pun yang mampu engkau ajak  mengerjakan  ma’ruf dan cegahlah  mereka dari  kemungkaran. memang kamu akan mengalami banyak tantangan dan ruintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah, karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu  dalam melaksanakan aneka tugasmu.
Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh
tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat, amr. ma'ruf dan nahi munkar atau dan kesabarantermasuk hal-hal yang dipermtah Allah agar diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya
Nasihat Luqrnan di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebaaikan yang tecermin dalam amr mar’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah Menyuruh mengerjakan ma'ruf, mengandung pesan untk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma'ruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini membuat dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepeduhan sosial.[2]
Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan sholat yang terdapat dalam ayat ketujuh belas surah Luqman mencakup ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahi munkar berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap  perbuatan buruk. Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahi munkar. Karena menurut beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan kesabaran. Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr ma’ruf nahi munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya, maka itu dinamakan amr ma’ruf nahi munkar.[3]
Ma'ruf adalah "Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas", selama sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu nilai-nilal Ilahi.Mungkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Karena itu, QS. Al-Imran [3]: 104 menekankan:
104.  Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

[217]  Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya[4]
Tafsir Al-Misbah
Pada ayat di atas berisi tentang nasihat Luqman kepada anaknya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’ruf dan Nahi Munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian pula melarang kemungkaraan, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma’ruf dan menjauhi munkar, tetapi memerintahkan, meyuruh dan mencegah. di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.
            Ma’ruf adalah “Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan mereka kenal luas” selama sejalan dengan Al-Khair  (kebajikan), yaitu nilai-nilai ilahi. Mungkar adalah suatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang terbaik. seseorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa, mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya.
Shalat, Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar serta kesabaran merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad tekad manusia.[5]
Tafsir Al-Azhar
            Modal hidup yang diberikan Luqman kepada anaknya yaitu :
·         Dirikanlah shalat
·         Mencegah perbuatan Mungkar
·         Menyuruh berbuat yang ma’ruf
·         Bersabar dalam keadaan apapun yang menimpanya
Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah memperdalam rasa syukur kepada tuhan atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima, dirikanlah shalat. Dengan shalat kita melatih lidah, hati, dan seluruh anggota badan selalu ingat kepada tuhan. Dalam Agama Islam telah ditentukan bahwa wajib kita mengerjakan shalat itu sekurang-kurangnya 5x sehari. Orang yang telah teguh kokoh pribadinya karena ibadah. terutama shalat. Dia akan berani menyampaikan kebenaran kepada sesamanya. Berani pula menegur perbuatan yang mungkar pasti ada kalangan yang tidak menyukainya. Jika mereka marah, untuk itu mesti sabar. Kalau kita ingin menjadi manusia yang berarti dalam pergaulan hidup di dunia. Shalat peneguh pribadi, amar ma’ruf nahi munkar dalam hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-citakan, karena apapun cobaan didalam hidup kita, kalau kita tidak sabar. kita akan patah di tengah jalan. Apa saja cobaan di dalam hidup, sebarlah kuncinya. yang tidak sabar akan gagal ditengah jalan.[6]

2.3 Kurikulum Pendidikan Bagi Anak
Asas atau dasar kurikulum pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas psikologi dan asas sosial. Pendidikan yang berdasarkan pada agama akan membantu anak untuk memiliki iman yang kuat kepada tuhan, sehingga anak akan mampu membedakan mana yabg baik dan buruk serta mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang produktif.
            Materi pemdidikan yang berasas falsafah mengandung arti materi pendidikan yang bermuatan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai kemanusian, nilai-nilai realitas dan nilai-nilai kemanfaatan. Materi pendidikan yang berasas psikologi berarti pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan, pertumbuhan, kematangan, bakat minat, kecakapan. Materi pendidikan yang berasas sosial mengandung makna materi pendidikan berisikan pengetahuan  (sains), kepercayaan, nilai-nilai ideal, keterampilan, cara berpikir, cara hidup, adat kebiasaan, tradisi dan unsur sosial kemasyarakatan sehingga anak akan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan berguna selain untuk dirinya juga untuk lingkungannya. [7]


























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Qs. Luqman ayat 17 menerangkan mengenai  kewajiban mengerjakan shalat karena shalat merupakan hal yang utama serta di wajibkan untuk mengerjakan yang baik serta mencegah dari perbuatan yang mungkar dan diserukan untuk bersabar ketika menghadapi sesuatau yang menimpa dirinya (anak Luqman)  dan dari ketika tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya itu adalah wajib untuk dilaksanakan.


































Daftar Pustaka

Shihab, M. Quraish, 2003, Tafsir Al-Misbah, Jakarta,Lentera Hati,
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, 2009Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta Selatan Pustaka Azzam, ,
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar.  Jakarta : Pustaka Panjimas.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Qossim, 2005. Pendidikan Anak usia dini,   Bandung, Lentera Ilahi.





































BIOGRAFI PENULIS

Nama : Muhammad Fathul Hanan
TTL     : Jakarta, 29 juni 1999
Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Kalisalak, Batang
No hp : 085800220100
status : Mahasiswa IAIN
Moto Hidup :  Sesungguhnya yang ada disisi Allah Lah yang terbaik.



[1] Qossim, Pendidikan Anak usia dini, Lentera Ilahi, 2005. h 135
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2003, h. 136

[3] http://muhsinabdulaziz.blogspot.com/2011/05/pembinaan-keluarga-tafsir-surah-luqman.html

[4] Quraish Shihab , Op.Cit,. h. 137
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2003, h 135-137
[6] hamka.. Tafsir Al-Azhar Pustaka Panjimas. Jakarta 1982: h.132
[7] Helmawati. Pendidikan keluarga, PT Remaja Rosdakarya, 2014 h. 35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar