Laman

Rabu, 21 November 2018

TT C K1 METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL “METODE TABLIGH"


METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
“METODE TABLIGH"
Q.S AL-MAIDAH, 5:67
Siti Aminah
NIM. (2117233)
Kelas C 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 

 
2018




KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang berjudul “Metode Tabligh”ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga akhir zaman.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Makalah ini menjelaskan tentang Metode Tabligh dan menjelaskan tentang tafsir Q.S Al-Maidah Ayat 67.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini sebaik mungkin. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.Ghufron M.S.I selaku dosen pembimbing mata kuliah tafsir tarbawi, serta kepada panitia pelatihan penulisan makalah yang telah memberi penganugrahan kepada penulis tentang tata cara penulisan makalah. Penulis menerima saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
            Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca.Amin yaa rabbal ‘alamin.Selamat membaca.


                                                           


Pekalongan, 11 November 2018
                                                                       

Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI  ii
BAB I PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang Masalah1
B.     Rumusan Masalah1
C.     Tujuan Masalah1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Metode tabligh2
B.     Dalil para rasul dengan metode tabligh 3
C.     Implementasi metode tabligh dalam pendidikan7
BAB III PENUTUP
            Simpulan8
DAFTAR PUSTAKA9
BIODATA PENULIS10

















BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                 
A.    Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna dan diturunkan oleh Allah untuk mengatur kehidupan. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran Islam hanya merupakan ide danangan angan saja jika ajaran yang sempurna itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam ajaran Islam. Menurut Sayyid Quthub, tabligh berarti menyampaikan dan menyeru manusia kepada kebenaran agama,terutama kebenaran aqidah tauhid, karena itu bagi para nabi dan rasul Allah tentang kewajiban tabligh menurut Sayyid Quthub,dikaitkan dengan dua kepentingan ,pertama,tabligh dilakukan untuk member informasi kepada manusia tentang adanya kebenaran dari Allah Swt, lalu mereka diharapkan menerima dan beriman kepada kebenaran yang dibawa para Nabi dan Rasul Allah agar mereka terbebas dari azab Allah. Selanjutnya,kedua tabligh dilakukan sebagai argument (Hajjah) Allah atas manusia, maksudnya dengan tabligh berarti kebenaran telah disampaikan oleh Allah Swt kepada manusia melalui Nabi dan Rasulnya,sehingga tidak ada alas an bagi mereka untuk tidak mengetahui kebenaran itu, Atas dasar itu, Allah Swt berhak untuk member ganjaran kepada orang yang menerima atau menolak kebenaran tersebut, dan inilah makna tabligh sebagai argument tuhan (Hajjah) atas umat manusia. Dakwah sebagai ikhtiar mewujudkan system Islam dalam semua segi kehidupan manusia,dan untuk menjaga dan memelihara kehidupan masyarakat dari keburukan dan kejahatan, maka kegiatan tabligh harus dibarengi dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apa hakikat metode tabligh ?
  2. Bagaimana dalil para rasul dengan metode tabligh ?
  3. Bagaimana implementasi metode tabligh dalam pendidikan ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hakikat metode tabligh
2.      Untuk mengetahui dalil para rasul dengan metode tabligh
3.      Untuk mengetahui implementasi metode tabligh dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Metode Tabligh
            Tabligh berasal dari kata ballagha-yuballighu-tablighan, yang artinya menyampaikan. Secara istilah, berarti menyampaikan ajaran-ajaran islam yang diterima dari Allah Swt. kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[1]
Pada dasarnya setiap nabi dan rasul Allah berkewajiban menyampaikan kebenaran agama(risalah) yang dibawa kepada umatnya. Tugas dan kewajiban menyampaikan kebenaran dalam bahasa agama disebut tabligh. Konsep dasar dari pengertian tabligh adalah upaya menyampaikan ajaran ilahi kepada manusia dengan kata lain bagaimana ajaran ilahi itu diinformasikan,disebarkan,dan diajarkan kepada orang lain dengan tujuan pencerahan akalpikiran dan penyejukan nurani. Menurut pakar bahasa Al Ashfahani, kata tabligh menunjuk kepada kegiatan menyampaikan kebenaran (agama) secara lisan.
Menurut Sayyid Quthub, tabligh berarti menyampaikan dan menyeru manusia kepada kebenaran agama, terutama kebenaran aqidah tauhid, karena itu bagi para nabi dan rasul Allah tentang kewajiban tabligh menurut Sayyid Quthub, dikaitkan dengan dua kepentingan,pertama,tabligh dilakukan untuk member informasi kepada manusia tentang adanyakebenaran dari Allah Swt, lalu mereka diharapkan menerima dan beriman kepada kebenaranyang dibawa para Nabi dan Rasul Allah agar mereka terbebas dari azab Allah Selanjutnya,kedua tabligh dilak ukan sebagai argument (Hajjah) Allah atas manusia,maksudnya dengan tabligh berarti kebenarantelah disampaikan oleh Allah Swt kepadamanusia melalui Nabi dan Rasulnya,sehingga tidak ada alas an bagi mereka untuk tidakmengetahui kebenaran itu, Atas dasar itu, Allah Swtberhak untuk member ganjaran kepada orang yang menerima atau menolak kebenaran tersebut, dan inilah makna tabligh sebagai argument tuhan (Hajjah) atas umat manusia.
Tugas menyampaikan kebenaran (tabligh) seperti yang tercantum dalam Q.S Al Maidah ayat 67 yakni perintah Allah kepada Rasul untuk menyampaikan kebenaran. Menurut Sayyid Quthub ayat tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad Sawdalam hubungannya denganahli kitab. Dalam ayat tersebut, Allah menyeruh nabi agar melaksanakan tabligh dengansebaikbaiknya. Nabi diperintahkan agar memperhatikan dua prinsip yang berkaitan denganmateri tabligh.
Dua prinsip tersebut menurut Sayyid Quthub yakni,Pertama,bahwa kebenaran yang disajikan melalui tabligh harus sempurna dan utuh,tidak parsial.Kedua, bahwa kebenaran
Tugas Dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub (H. Baharuddin Ali)
129 yang disampaikan melalui tabligh,terutama menyangkut aqidah,harus tegas dan jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas yaitu bahwa aqidah islam itu harus dibedakan secara jelas dengan berbagai kepercayaan lain yang sesat dan menyimpang. Dalam masalah ini tidak dibenarkan adanya basa basiyang dapat mengurangi distingsiaqidah islam dengan kepercayaan lain yang sesat.[2]

B.     Dalil Para Rasul dengan Metode Tabligh

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS.Al-Maidah:67)
Penjelasan :
Dikemukakan oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Al-Hasan, bahwa Rasulullah Saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah mengutusku dengan suatu risalah. Hal itu menyempitkan dadaku, karena aku tahu manusia mendustakanku. Lalu Allah menjanjikan, risalah itu aku sampaikan atau Dia menyiksaku”. Maka turunlah ayat ini “YAA AYYUHARRASUULU BALIGH MAA UNZILAILAIKA MIN RABBIKA”.[3]
a.         Tafsir Al-Azhar
     Ayat 67 ini ialah menjelaskan tugas yang dipikulkan Allah kepada RasulNya, nabi Muhammad Saw. Dan di samping diberi tugas, Tuhan pun memberikan jaminanNya pula atas keselamatan disi beliau selama melakukan tugas. Sebab itu maka ayat ini dimulai dengan ucapan : “Wahai rasul !”(pangkal ayat 67). Sebagaimna kita ketahui, Tuhan tidak pernah memanggi nabi kita dengan menyebut namanya, melainkan menyebut tugas atau jabatannya. Dan panggilan “Wahai Rasul” akan mengingatkan beliau tugas yang dipikulkan ke atas pundaknya: “Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada engkau.(dari Tuhan engkau). Ini adalah perintah tegas dari Tuhan bahwasanya segala wahyu yang telah diturunkan Tuhan kepadanya, hendaklah beliau sampaikan langsung kepada umat, tidak boleh ada yang disembunyikan, sebab samalah artinya dengan tidak menyampikan sama sekali. Sama juga dengan kita umat Muhammad sendiri, kalau kita mengaku percaya kepada Allah dan Rasul, hendaklah kita percaya dalam keseluruhan, bukan percaya setengah-setengah, atau percaya mana yang enaknya saja. Maka tidaklah dapat diragukan lagi, bahwasanya perintah itu telah dijalankan oleh rasul dengan selengkapnya, tidak ada yang dikuranginya dan tidak ada yang sembunyikannya, manisnya atau pahitnya. Beliau telah melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Beliau telah tegak dengan teguhnya seketika gelombang kesukaran datang lantaran melakukan tugas itu. Seluruh tenaga telah beliau tumpahkan, sejak dari masa sembunyi-sembunyi mengadakan dakwah di rumah Arqam bin Abi Arqam, sampai pindah dan sampai pelita agama menyala dan musuh tunduk takluk dan masuk ke dalam islam berduyun-duyun.
     Menurut riwayah Buhkari Muslim, seketika Tabi’in bertanya kepada Aisyah, adakah ayat yang tidak disampaikan oleh nabi, Aisyah menjawab: “Barangsiapa yang mengatakan kepada engkau bahwa Muhammad pernah menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepadanya, berdustalah orang itu”. Sebagaimana ditulis oleh Imam Al-Mawardi dalam kitabnya: “I’lamun Nubuwwah” bahwa sejak mula menjadi Rasul, Tuhan telah memberinya perlindungan dengan berbagai jalan. Mulia sekali, yang dipakai Tuhan buat melindungi Nabi Muhammad Saw dari bahaya, ialah paman beliau Abu Thalib. Setelah Abu Thalib meninggal, Allah datangkan pula alat perlindungan baru, yaitu datangnya kaum Anshar dari Madinah yang bersedia harta benda dan jiwa raga mereka buat membela Nabi Muhammad Saw. Dalam pada itu jika kita perhatikan seluruh hidup beliau, baik seketika masih di Mekah atau dalam perjalanan hijrah ke Madinah, atau sebelumnya sampai di Madinah, berpuluh kali diadakan orang percobaan-percobaan membunuh beliau namun semuanya itu tidak berhasil.[4]
     Penutup ayat : “Sesungguhnya Allah tidaklah akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”. (ujung ayat 67). Ujung ayat ini memberi peringatan kepada orang yang beriman, bahwasanya segala rencana orang kafir, yang tidak mau menerima kebenaran itu tidaklah akan berhasil. Allah tidak akan memberi mereka petunjuk, sebab sejak semula mereka telah menempuh jalan yang salah. Maka segala siasat mereka, baik menghalangi dan menghambat rencana Rasulullah, ataupun usaha hendak mengganggu diri beliau sendiri tidaklah akan berhasil. Kebenaran ajaran Tuhan cepat ataupun lambat pasti akan jelas juga.[5]
b.    Tafsir Al-Maraghi
     Hai Rasul, sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu yang memiliki perkaramu, dan menyampaikan kamu pada kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap seorang pun, dan jangan takut kamu ditimpa bahaya karenanya.
Adapun hikmah dari ditegaskannya perintah dan penegasan (tabligh) dengan menganggap bahwa menyembunyikan sebagian risalah juga berarti menyembuyikan seluruhnya, sekalipun sudah maklum bahwa para rasul adalah terpelihara dari menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk menyampikannya, yang kalau tidak, maka batallah hikmah risalah karena hilangnya kepercayaan manusia terhadap penyampainnya itu. Hikmah dari penegasan itu tadi, bagi rasul Saw sendiri, adalah pemberitahuan untuknya, bahwa tabligh itu menjadi kewajiban yang tak bisa tawar-tawar, dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam keadaan apapun. Umpamanya, dengan menangguhkan sesuatu dari waktunya berdasarkan ijtihad. Sekiranya tidak ada nash tersebut di atas, tentu boleh saja bagi rasul berijtihad untuk menaguhkan sebagian wahyu, sampai cukup mantap kesiapan manusia untuk menerimanya, dan tidak menyebabkan mereka menolak stelah mendengar rasul karenanya. Sedang bagi manusia yang mnedengar tabligh, hikmahnya supaya mereka mengerti fakta ini dengan adanya nash tersebut. Jadi, tak ada alasan bagi mereka untuk memperselisihkan fakta ini dengan pendapat atau paham yang berbeda-beda. Dan demikian, teranglah bagi anda bahwa qaul-qaul dan pendapat-pendapat yang kita dengar tentang bolehnya menyembunyikan sebagian wahyu selain Al-Qur’an dari seluruh manusia atau dari kebanyakan mereka, pendapat ini terang tidak cocok sama sekali dengan agama, dan tak perlu ditakwilkan dengan berita-berita dhaif yang diriwayatkan orang, lebih-lebih dengan hadis-hadis palsu mengenai bab ini. Kebenaran yang tak perlu diragukan dalam hal ini ialah, bahwa Rasul telah menyampaikan seluruh wahyu Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadanya, dan telah bekiau terangkan, tanpa mengkhusukan sesuatupun dari ilmu agama pada seorangpun. Disamping itu, bahwasanya tidak ada keistimewaan bagi seseorang atas yang lain dalam ilmu agama, keculai dengan memahami Al-Qur’an benar-benar lewat ilmu hadis, atsar para ulama dari kalangan para sahabat dan tabi’in.
     An-nas (manusia), yang dimaksud adalah orang-orang kafir, yang salam penyampaian wahyu itu memuat keterangan tentang kekafiran dan kesesatan mereka, termasuk kerusakan akidah dan amal perbuatan mereka. Juga tentang penyesalan Allah atas mereka dan nenek moyang merka. Itu semua membuat mereka marah dan menyebabkan mereka menganiaya rasul Saw., baik denga perkataan maupun perbuatan, serta merencanakan pembunuhan atas diri beliau setelah meninggalnya Abu Thalib, dan mereka putuskan hukuman mati atas diri beliau di Daru’n-Nadwah. Akan tetapi, Allah swt. Memelihara beliau dari rencana keji mereka itu. Dan demikian pula yang dilakukan umat yahudi terhadap beliau sesudah hijrah.
     Sesungguhnya Allah swt takkan memberi petunjuk kepada kaum kafir itu. Yaitu orang-orang yang hendak menganiaya kamu seenaknya, atas tabligh yang kamu sampaikan. Bahkan mereka akan sia-sia, dan kalimat-kalimat Allah Swt. yang akan terlaksana dengan sempurna, sehingga dengan demikian sempunalah agama-Nya.[6]
                       
C.    Implementasi metode tabligh dalam pendidikan
            Nilai tarbawi yang dapat diambil dari surat Al-Maidah ayat 67, yaitu bahwa metode tabligh adalah suatu metode yang dapat diperkenalkan dalam dunia pendidikan modern. Yaitu suatu metode pendidikan dimana guru tidak sekedar menyampaikan pengajaran kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa persyaratan guna terciptanya efektifitas proses belajar mengajar. Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah :
1.      Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok uswah hasanah, suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya
2.      Aspek kemampuan intelektual yang memadai
3.      Aspek penguasaan metodologis yang cukup sehingga mampu meraba dan membaca kejiwaan dan kebutuhan murid-muridnya.
4.      Aspek spiritualitas dalam arti pengamal ajaran islam yang istiqomah
Apabila keempat persyaratan di atas terpenuhi oleh seorang guru, maka materi yang disampaikan kepada murid akan merupakan qoulan baligha, yaitu ucapan yang komunikatif dan efektif.[7]
      Sifat tabligh bisa kita sesuaikan dengan kompetensi professional. Seorang guru ketika menyampaikan materi perlu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.[8]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Tugas menyampaikan kebenaran (tabligh) seperti yang tercantum dalam Q.S Al Maidah ayat 67 yakni perintah Allah kepada Rasul untuk menyampaikan kebenaran. Sama juga dengan kita umat Muhammad sendiri, kalau kita mengaku percaya kepada Allah dan Rasul, hendaklah kita percaya dalam keseluruhan, bukan percaya setengah-setengah, atau percaya mana yang enaknya saja. Maka tidaklah dapat diragukan lagi, bahwasanya perintah itu telah dijalankan oleh rasul dengan selengkapnya, tidak ada yang dikuranginya dan tidak ada yang sembunyikannya, manisnya atau pahitnya.
            Guru dituntut memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.













DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi.Ahmad Mushthafa,1970. Terjemah Tafsir Al-Maragh Juz VI  (Semarang: CV Toha Putra)
Baharudin Ali.2014.Tugas dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub”, Jurnal Dakwah Tabligh,Vol.15,No.1
Hamka.1983, Tafsir Al-Azhar Juz VI,(Jakarta: PT Pustaka Panjimas)
Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul, Riwayah Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, (Indonesia: Daarul Ihya)
http://gopellive.blogspot.com diakses pada 11 November 2018 pukul 15.18
http://grabalong.blogspot.com



BIODATA PENULIS

Nama                           : Siti Aminah
NIM                            : 2117233
TTL                             : Pekalongan, 17 September 1997
Alamat                        : Desa Sembung Jambu Rt.20/Rw.05 Bojong, Pekalongan
Riwayat Pendidikan   : SDN 01 Tengeng Wetan
                                    : SMP N 1 Sragi
                                    : SMK Islam Bojong



[1] http://gopellive.blogspot.com (diakses pada 11 November 2018 pukul 15.18)
[2] Baharudin Ali.2014.Tugas dan Fungsi Dakwah Dalam Pemikiran Sayyid Quthub”, Jurnal Dakwah Tabligh,Vol.15,No.1,2014,hlm 128-129
[3] Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul, Riwayah Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, (Indonesia: Daarul Ihya) hlm 223
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz VI,(Jakarta: PT Pustaka Panjimas,1983) hlm.358-360
[5] ibid, hlm 365
[6] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra,1970), hlm 281-285
[7]http://grabalong.blogspot.com (diakses pada 11 November 2018 pukul 15.18)
[8] www.kompasiana.com (diakses pada 12 November 2018 pukul 16.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar