METODE PENDIDIKAN SPESIAL
(METODE AMTSAL / PERUMPAMAAN)
Dwi Ari
Ariyanti
NIM. (2117118)
Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada
Allah SWT., atas nikmat dan rihdon-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugasnya
dalam pembuatan makalah tentang “Metode Amtsal”. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., kepada
keluarganya, para sahabatnya, beserta para pengikutnya yang tetap setia dalam
keimanan hingga akhir zaman yang telah membawa manusia dari zaman
jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya dapat tersususun bukan hanya
dari usaha keras penulis semata, melainkan berkat do’a dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak, terutama kepada Bapak dan Ibu yang telah melahirkan dan
membesarkan, kepada Bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah
Tafsir Tarbawi A, yang telah memberikan motivasi serta nasehat-nasehat di IAIN
pekalongan.
Tiada gading yang tak retak, karena bukan gading kalau tak retak.
Itulah peribahasa yang dapat mewakili berbagai kelemahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Hal ini karena penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, mengingat keterbatasan kemampuan
penulis sebagai seorang makhluk, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk
itu diharapkan dengan adanya kritik dan saran dapat menjadi bahan evaluasi bagi
kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah yang berjudul Metode Pendidikan
“Khusus”; “Metode Amtsal” dapat memberi manfaat, baik bagi pembaca maupun
penulis pribadi.
Pekalongan, 22 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat metode Amtsal…………………………………………………………6-7
B. Tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25…………………………………………………7-10
C. Aplikasi dalam pendidikan………………………………………………………..11
D. Aspek Tarbawi………………………………………………………………12
BAB III PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14
BIODATA PENULIS…………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ajaran islam, dimana sesuatu
mengenai hidup dan kehidupan telah diatur didalamnya. Didalam menyampaikan
ajaran-Nya Al-Qur’an menggunakan berbagai metode, metode mempunyai kedudukan
yang sangat penting untuk mencapai tujuan.Sebab metode menjadi salah satu cara
untuk menjelaskan berbagai inti yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, agar
dapat dipahami oleh manusia.salah satu metode yang di gunakan adalah Metode
Amtsal atau perumpamaan.Dari sekian banyak perumpamaan yang Allah buat di
antaranya terdapat pada QS.Ibrahim ayat 24-25, tetang perumpamaan
pohon.Penelitian ini mencoba mengungkapkan perumpamaan sifat pohon dalam
pembentukan akhlak mukmin yang susuai dengan QS.Ibrahim ayat 24-25.
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dikategorkan kedalam kelompok
kisah yang bersifat kesusastraan murni, sebab perumpamaan merupakan salah satu
cara yang baik untuk menyatakan suatu pikiran dalam bentuk kesusastraan Arab.
Oleh karenanya, dalam pengungkapan suatu pikiran, baik dalam bentuk
berita, perintah, dan larangan maupun dalam bentuk nasehat-nasehat, Al-Qur’an
menempuh berbagai cara dalam mengantar manusia kepada kesempurnaan
kemanusiaannya. Antara lain dengan mengemukakan perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan
merupakan contoh-contoh hikman bagi yang tidak terjangkau oleh pendengaran dan
penglihatan untuk memberikan hidayah pada jiwa-jiwa dengan apa yang
diketahuinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian metode amtsal ?
2.
Bagaimana
Dalil dan tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25 ?
3.
Bagaimana
aplikasi dalam pendidikan ?
4.
Apa
saja aspek tarbawi ?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui apa pengertian metode amtsal ?
2.
Untuk
mengetahui dalil dan tafsir QS. Ibrahim ayat 24-25 ?
3.
Untuk
mengetahui apa aplikasi dalam pendidikan ?
4.
Untuk
mengetahui apa aspek tarbawi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
a.
Pengertian
Metode Amtsal
Amstal jamak dari matsal. Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah
dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan, seperti firman Allah swt dalam
surat Ar-ra’du ayat 35 yang artinya: “Yakni kisah surga dan sifatnya yang
menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa…”
Di dalam ilmu Adab (sastra), matsal diartikan dengan suatu
perkataan yang dihikayatkan dan sudah berkembang yang dimaksudkan dari menyerupakan
keadaan orang yang dihikayatkan padanya dengan keadaan orang yang matsal itu
dibicarakan.
Dengan perumpamaan, Allah mengumpamakan perkara maknawi dengan
perkara indrawi, agar kesannya lebih menyentuh jiwa dan lebih sempurna bagi
orang yang berakal. Bagi orang-orang Arab, kata Amtsal atau perumpamaan adalah
gaya pengungkapan perasaan yang biasa digunakan untuk memperjelas makna-makna
yang dikehendaki terpatri kokoh didalam hati para pendengar. Al-Qur’an penuh
dengan kata-kata tersebut. Demikian Sunnah Nabawiah, serta menggunakan
kata-kata tersebut. Sering masalah-masalah penting disusul dengan
perumpamaannya, agar kesannya menyentuh jiwa.[1]
b. Macam-macam amsal (perumpamaan) dalam al-qur’an :
1. Amtsal yang tegas (musharrahah)
Ialah yang ditegaskan didalam lafadz masal yang menunjukkan kepada
tasbih.Diantara perumpamaan yang Allah berikan terhadap orang-orang munafik
dalam surat Al-Baqarah. Pertama, perumpamaan yang berhubungan dengan api. Dan
yang kedua perumpamaan yang berhubungan dengan air. Dan Allah membuat dua
perumpamaan pula, perumpamaan yang berhubungan dengan air dan perumpamaan yang
berhubungan denga api dalam surat Ar-Ra’du.[2]
2. Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
Ialah yang tidak ditegaskan lafadz tamsil. Tetapi dia menunjuk
kepada beberapa makna yang mempunyai tekanan apabia ia dipindahkan kepada yang
menyerupainya.[3]
3. Amtsal yang terlepas(mursalah)
Ialah kalimat-kalimat yang disebut secara terlepas tanpa ditegaskan
lafadz tasbih. Tetapi dapat dipergunakan untuk tasbih.[4]
B.
Dalil QS. Ibrahim Ayat 24-25 tentang metode perumpamaan
اَلَمْ
تَرَكَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَا بِتٌ وَّ فَرْ عُهَا
فِي السَّمَاءِۙ ◌ تُؤْ تِيْۤ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبِّهَا،
وَيَضْرِبُ اللّٰهُ اْلاَمْثَا لَ لِنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَ كَّرُوْنَ ◌ Artinya :“Tidaklah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (24”). Pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (25)”.
1. Tafsir Al-Maraghi
أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا
“Tidaklah kamu, wahai manusia, mengetahui secara yakin bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan dan meletakannya pada tempat yang tepat.”
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها
فِى السَّماءِ
تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها
“Sesungguhnya, Allah yang Maha Kuasa telah membuat perumpamaan bagi
kalimat yang baik, yaitu iman yang tetap didalam kalbu mu’min, yang karena itu
amalnya diangkat ke langit.”
Allah mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik,
berbuah, indah dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang
karenanya tidak mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke
udara.Keadaan ini menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya
pohon dari benda-benda busuk yang ada di dalam tanah serta kotoran bangunan.
Maka pohon itu mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan
berbuah pada setiap musim dengan perintah serta izin penciptanya.Jika seluruh
sifat tersebut dimiliki oleh pohon ini, maka akan banyak manusia yang
menyukainya.
Allah ta’ala mengumpamakan kalimat iman dengan sebuh pohon yang
akarnya tetap kokoh di dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke
udara, sedang pohon itu berbuah pda setiap musim.Hal ini disebabkan apabila
hidayah telah bersemayam didalam satu kalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah
pada setiap musim, karena buahnya tidak pernah terputus. Setiap kalbu menerima
dari kalbu serupa dan mengambil dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api
pada kayu bakar yang kering, atau aliran listrik pada logam, atau cahaya.
Kemudian, Allah mengsyaratkan keagungan perumpamaan ini, agar ia
menjadi pendorong untuk memikirkan dan mengetahui maksudnya:
وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرون
Pembuatan perumpamaan akan membantu memahamkan dan mengingatka
menusia terhadap makna perkataan, karena hati lebih mudah di lunakkan dengan
perumpamaan-perumpamaan. Ia dapat mengeluarkan makna dari yang tersembunyi
kepada yang jelas, dan dari yang dapat diketahui dengan pikiran kepada yang dapat
diketahui dengan tabiat.Dengan perumpamaan, sesuatu yang rasional bisa
disesuaikan dengan sesuatu yang indrawi. Maka, tercapailah pengetahuan yang
sempurna tentang sesuatu yang diumpamakan.
Orang-orang yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang
yang memiliki kalimat yang baik; ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki
kepada umat mereka didunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang
cabang-cabangnya menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada
setiap masa memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka atau
putra bangsa lain. Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan.
Sungguh perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang
cabang-cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia
memakannya dimusim panas atau musin dingin.[5]
2. Tafsir Ibnu Katsier
Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud
dengan kalimat yang baik ialah ucapan “lailaha illallah”. Dan bahwa orang
mukmin diumpamakan sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus
amalnya, pada waktu pagi, sore, atau malam bahkan pada tiap saat ada amal
sholehnya yang naik keatas. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang
bercerita; bahwa Rasulullah pada suatu ketika bertanya kepada kita yang berada
disekelilingnya “beritahulah aku tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya
menyerupai keadaan orang-orang muslim, yang tidak rontok daun-daunnya pada
musim panas maupun musim dingin dan memberikan (menghasilkan) buahnya tiap
waktu seizing tuhannya”. “itulah pohon kurma”, Rasulullah menjawab sendiri
pertanyaannya.[6]
3. Tafsir Al-Mishbah
Ayat ini mengajak siapa pun yang dapat melihat, yakni merenung dan
memperhatikan, dengan masyarakat tidakkah kamu melihat, yakni
memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik?
Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke
bawah sehingga tidak dapat di robohkan oleh angin dan
cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan
buahnya pada setiap waktu, yakni musim dengan seizin
Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi
pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. DemikianAllah membuat
perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan permisalan untuk manusia
supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal
konkret sehingga mereka selalu ingat.[7]
Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai
perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon
kurma. Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra.
Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul saw. lalu beliau
bersabda: ”Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan orang
muslim!” Putra Umar berkata: “Tertintas dalam benakku bahwa pohon itu
adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka
aku segan berbicara.” Dan seketika Rasul saw. tidak mendengar jawaban dari
hadirin, beliau bersabda: ”Pohon itu adalah pohon kurma.” Setelah
selesai pertemuan dengan Rasul saw. itu aku berkata kepada (ayahku) Umar: “
Wahai Ayahku! Demi Allah telah tertintas dalam benakku bahwa yang dimaksud
adalah pohon kurma.” Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak
menyampaikannya?” Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara,
maka aku pun segan berbicara.” Umar ra. berkata: “Seandainya engkau
menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu” (HR.
Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain).
Ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan kalimat yang baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat
Tauhid, atau iman, bahkan ada memahaminya menunjukkepada pribadi seorang
mukmin. Iman terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon,
cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-amalnya diterima oleh Allah, buahnya,
yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap saat. Thahit Ibn Asyur memahaminya
dalam arti Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuknya. Thabathaba’i memahaminya dalam
arti kepercayaan yang haq.Makna-makna diatas semuanya dapat bertemu. Agaknya
secara sigkat kita dapat menyatakan bahwa ia adalah Kalimat Tauhid.
Kalimat Tauhid adalah pusat yang berkeliling disekitarnya
kesatuan-kesatuan yang tidak boleh dilepaskan dari pusat itu, seperti
planet-planet tata surya yang berkeliling disekitar tata surya.
Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan alam raya, kesatuan dunia dan
akhirat, kesatuan natural dan supra natural, kesatuan ilmu, kesatuan sumber
agama-agama samawi, kesatuan kamanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian
manusia dan lain-lain.
C.
Aplikasi metode perumpamaan dalam pendidikan
Nilai Tarbawi yang dapat diambil dari ayat
tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan
pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajran dan akan lebih
termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan
pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi
dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan
agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip
tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.[8]
Perumpamaan
yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang
baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, atau kata-kata lain
yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran.
Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh
menghunjam ke bumi.
Agama Islam
mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik,
yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang
menunjukkan watak dan kepribadian serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya,
setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat
menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Dalam ayat ini
digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap
manusia. Begitu juga halnya dengan manusia, ia juga harus bermanfaat bagi orang
lain. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah
bersyukur kepada Allah karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan yang telah di
perolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.[9]
D. Aspek Tarbawi
a.
Allah
akan meneguhkan iman orang-orang yang beriman pada masa hidupnya. Kemudian
Allah jugaakan meneguhkan iman mereka sesudah mati, yaitu didalam kubur yang
merupakan tempat persinggahan pertama di akhirat.
b.
Mendekatkan
makna pada pemahaman.
c.
Merangsang
kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut, yang menggugah dan
menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan.
d.
Mendidik
akal supaya berpikir logis dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis dan
sehat.
Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan menghidupkan
naluri, yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorong seseorang untuk
melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik
perhatian, menakjubkan.Bagi orang-orang Arab, kata Amtsal atau perumpamaan
adalah gaya pengungkapan perasaan yang biasa digunakan untuk memperjelas
makna-makna yang dikehendaki terpatri kokoh didalam hati para pendengar.
Al-Quran sebagai kitab suci dalam menyampaikan pesan-pesan ilahi
menggunakan Amtsal untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak secara konkret,
agar yang abstrak itu mudah dipahami dan berpengaruh bagi jiwa
manusia.Objek-objek perumpamaan yang nyata dipergunakan untuk memudahkan
memahami konsep berdasarkan perhatian yang diberikan. Macam-macam amsal
(perumpamaan) dalam al-qur’an : Amtsal yang tegas (musyarrahah), Amtsal yang
tersembunyi (kaminah) dan Amtsal yang terlepas (mursalah).
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat,
semoga bermanfaat bagi pembaca. Dengan pembahasan tentang “Metode Pendidikan
Spacial” dengan tema Metode Perumpamaan ini, semoga kita bisa memahami dengan baik dan bisa
mengamalkannya sesuai Al- qur an. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mushthofa.1994. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi.Semarang CV Toha
Putra.
Khalil al-Qaththan
Manna’. 1985. Mabahits fi Ulum al-Qur'an. Beirut Mu'assasah
ar-Risalah.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Quran
dan Tafsirnya. Jakarta. Lentera Abadi.
M. Quraish Shihab.Tafsir Al-Mishbah.2002. Jakarta. Lentera
Hati.
https://www.kelaspena.com/2017/11/metode-pendidikan-islam.html,
(diakses pada tanggal 22 November 2018 pada pukul 20.57)
BIODATA DIRI
Nama :
Dwi Ari Ariyanti
Tempat, tanggal lahir :
Pekalongan, 02 Oktober 1999
Alamat : Ds. Jajarwayang Rt.03/ Rw. 01,
kecamatan Bojong, kab. Pekalongan
Hobi :
Memasak
Wa :
085642722183
Motto hidup : Teruslah berbuat baik walaupun tidak
diperlakukan dengan baik, jangan pernah bosan, tetap positif thinking, dan
jujur.
Riwayat pendidikan ;
a. SD Negeri 2 Jajarwayang
b.
SMP
Negri 1 Bojong
c.
SMK
Negri 1 Kedungwuni
d.
IAIN
Pekalongan (masih)
[1]
Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi (Semarang : CV
Toha Putra, 1994) Hlm. 277.
[2]Manna'
Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an, (Beirut:
Mu'assasah ar-Risalah, 1985),
hlm. 404
[3]Departemen
Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 5
[4]Ibid, hlm.
85
[5]
Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa, Op.Cit., hlm. 275-280
[6] https://www.kelaspena.com/2017/11/metode-pendidikan-islam.html,
(diakses pada tanggal 22 November 2018 pada pukul 20.57)
9 Kementerian
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), hlm. 144-145. Pada hari kamis pukul 19.36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar