KONVERSI AGAMA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen pengampu : Ghufron Dimyati, M.Si.
Disusun oleh :
1. ANI RUFAIDA (2022110052)
2. IFA ZULANAH (2022110053)
3. MUZANI (2022110054)
Kelas B
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita membayangkan bahwa kita terasing dengan orang-orang di sekitar kita, mungkin kita bisa mengalihkannya dengan kesibukan diri sendiri. Tetapi bagaimana jika kita terasing dengan diri kita sendiri? Degradasi moral sering terjadi karena manusia tidak mampu mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini. Narkotika, seks bebas, bahkan bunuh diri sering menjadi pelarian. Hidup tampaknya menjadi tidak berarti lagi.
Mereka yang tertolong atau segera menemukan pencerahan dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan memeluk suatu keyakinan ygbaru. Suatu keyakinan yang akan membuat hidupnya terasa lebih berarti, hidup yang bertujuan kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah atau konversi (pindah keyakinan).
B. Permasalahan
1. Definisi konversi agama.
2. Faktor-faktor penyebab konversi agama.
3. Proses konversi agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konversi Agama
1. Pengertian Konversi Agama
Konversi menurut etimologi berasal dari kata “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain.[1]
Pengertian konversi menurut terminology; ada beberapa pendapat tentang pengertian konverwsi agama, antara lain:
1) Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan/prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2) William James mengatakan bahwa konversi agama adalah memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
a. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses/secara mendadak.
c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agam ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[2]
2. Jenis-jenis Konversi Agama
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama dibedakan menjadi:
a. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari madzab dan perspektif tertentu ke madzab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
b. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama ke agama lain.[3]
B. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Konversi agama disebabkan faktor yang cenderung di dominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
1. Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Illahi.
2. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:
a. Pengaruh pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan, atau bidang kebudayaan yang lain).
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin, misal: menghadiri upacara keagamaan ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal atau non formal.
c. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misal: karib, keluarga, dan sebagainya.
d. Pengaruh pemimpin keagamaan.
e. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.
f. Pengaruh kekuasaan pemimpin.
Starbuck membagi konversi agama menjadi dua tipe, yaitu:
1. Tipe volitional (perubahan bertahap)
Konversi ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2. Tipe self-surrender (perubahan drastis)
Konversi ini terjadi secara mendadak.[4]
Faktor yang melatarbelakangi timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkungan (ekstern).
1. Faktor intern.
a. Kepribadian.
b. Faktor pembawaan.
2. Faktor ekstern (faktor luar diri).
a. Faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum, kerabat dan lainnya.
b. Lingkungan tempat tinggalnya.
c. Perubahan status.
d. Kemiskinan.
C. Proses Konversi Agama
M. T. L. Penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur, yaitu:
1. Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan transformasi disebabkan oelh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. Unsur dari luar (exogenos origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian.[5]
Jika proses konversi ini diteliti dengan seksama maka baik hal itu terjadi oleh unsur dalam ataupun luar ataupun terhadap individu/kelompok maka akan ditemui persamaan.
Perubahan yang terjadi tetapi pentahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum.
Kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh:
a. N. Carrier membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut:
1) Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
2) Reintegrasi (penyatuan kembali)
Kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang baru. Dengan ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama.
3) Tumbuh sikap konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
4) Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.[6]
b. Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terbagi melalui 5 tahap, yaitu:
1) Masa tenang.
2) Masa ketidaktenangan.
3) Masa konversi.
4) Masa tenang dan tentram.
5) Masa ekspresi konversi.[7]
Beberapa gangguan fungsi psikis ditampilkan dalam gejala-gejala jasmaniah tertentu. Misalnya gejala-gejala muntah-muntah dan ntertawa-tawa histeris, buta sementara, tidak bisa tegak berdiri dan tidak bisa berjalan, sakit-sakit dibagian perut, punggung, atau dada, dan lain-lain. Gejala demikian kemudian disebut gejala konversi.[8] Konversi dalam hal ini diartikan sebagai pengubahan, yaitu ketegangan-ketegangan, konflik-konflik batin dan perasaan-perasaan negatif lain diubah dalam bentuk gejala-gejala fisik tertentu. Gejala konversi ini jika terus menerus dipertahankan, ataupun justru dipupuk, dibiasakan dan dibiarkan berkembang bisa menjadi gangguan-gangguan organis dalam bentuk atrofi atau penyakit badan lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1) Defini konversi menurut para tokoh diantaranya Maz Herrich bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan/perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2) Faktor penyebab konversi agama diantaranya adalah pengaruh kekuasaan pemimpin.
3) Proses konversi menurut pada tokoh diantaranya Dr. Zakiah Daradjat yaitu:
a. Masa tentang.
b. Masa ketidaktenangan.
c. Masa konversi.
d. Masa tentang dan tentram.
e. Masa ekspresi konversi.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta; PT. Raya Grafindo Persada, 2003.
Kartono, Kartini, Gangguan-gangguan Psikologi, Bandung; Sinar Baru, 1981.
http: //hbis.wordpress.com/2009/12/12/konve
[1] Prof. Dr. H. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 259.
[2] Ibid., h. 259-260.
[3] hbis.wordpress.com/2009/12/12/konve
[4] Op.Cit., h. 261-263.
[5] Prof. Dr. H. Jalaludin, Op.Cit., h. 266-267.
[6] iismin.blogspot.com/2010/03/konvens
[7] Prof. Dr. H. Jalaludin, Op.Cit., h. 268-269.
[8] Dra. Kartini Kartono, Gangguan-gangguan Psikologi, (Bandung: Sinar Baru, 1981), h. 18.