PA B10 : Hubungan SQ vs Psikologi Agama - word
PA B10 : Hubungan SQ vs Psikologi Agama - ppt
PA B10 : Hubungan SQ vs Psikologi Agama - ppt
MAKALAH
HUBUNGAN
KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
DENGAN
PSIKOLOGI AGAMA
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah :
Psikologi Agama
Dosen Pengampu :
M.Ghufron Dimyati M.Si.
Di susun
oleh :
M.Jamaludin
al Afghoni : 2022111060
Khoirun
Nisa : 2022111061
Fitri
Rosifiyati : 2022111063
Nailatul
Mustaqimah : 2022111064
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Ada puncak
tertinggi dari setiap proses kehidupan umat manusia. Bagi umat beragama, puncak
itu adalah Tuhan yang transenden. Untuk mencapai puncak itu tidak harus
melibatkan kita dalam dunia transenden. Bahkan realitas transenden yang sulit ditangkap
oleh pancaindra harus diwujudkan dalam bentuk aktifitas nyata dalam kehidupan
sosial.
Dalam
perkembangannya kecerdasan emosional tidak cukup, khususnya bagi pengembangan
kejiwaan yang berdimensi ketuhanan. Kecerdasan emosional lebih berpusat pada
rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial), sementara itu ada
dimensi yang lain yang tidak kalah pentingnya bagi kehiduppan umat manusia,
yaitu hubungan vertikal. Kemampuan dalam membangun hubungan yang bersifat
vertikal ni sering disebut dengan istilah Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Quotient).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
SQ (Spiritual Quotient)
Penelitian
tentang dimensi spiritual manusia dimulai sejak tahun 1969, penelitian tersebut
menurut Rahmat dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah, kesadaran
kosmis, aktualisasi transpersonal, pengalaman spiritual dan akhirnya kesadaran
spiritual.
Selanjutnya
pada akhir abad kedua puluh, ditemukan adanya jenis kecerdasan atau “Q”. Jenis
ketiga yang disebut kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini disingkat dengan SQ[1].
SQ
adalah kecerdasan yang memberi kita kemampuan membedakan, rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta.
SQ
adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya
adalah inti alam semesta sendiri.
SQ
adalah pedoman saat kita berada “di ujung” tatkala dihadapkan dengan
masalah-masalah eksistensial.
Dengan
SQ kita bisa menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara
kreatif, untuk berhadapan dengan masalah eksistensial yaitu saat secara pribadi
kita merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa
lalu akibat penyakit dan kesedihan[2].
Kecerdasan
Spiritual atau SQ itu adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat transenden, hal-hal yang mengatasi waktu. Ia adalah bagian terdalam
dan terpenting dari manusia. Dan sains, terutama neuron antomi dan neurokimia membuktikan bahwa SQ itu
berbasis pada otak manusia. Basis itu adalah (1) osilasi 40 Hz, (2) Penanda
Somatik, (3) Bawah Sadar Kognitif, dan (4) God Spot. Secara sederhana,
keempat penanda itu melukiskan kesatuan kerja jaringan saraf yang menyatukan
kepingan-kepingan pengalaman menjadi suatu yang utuh. Mereka menjadi substrat
pentiing kehadiran Tuhan.[3]
B.
Ciri-ciri SQ yang Telah Berkembang
Ciri-ciri
SQ yang telah berkembang adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan bersikap fleksibel
2.
Mempunyai tingkat kesadaran yang
tinggi
3.
Kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan
4.
Mempunyai visi-visi dalam kehidupan
5.
Kemampuan memanfaatkan sesuatu hal[4]
C.
Manfaat dan Peningkatan SQ
Ø Cara
untuk meningkatkan SQ
Menurut
Zohar, ada tujuh langkah praktis menuju kecerdasan spiritual, yaitu :
a.
Menyadari keberadaan kita sekarang
b.
Merasakan keinginan kuat untuk
berubah
c.
Merenungkan pusat diri dan
menanyakan motivasi terdalam
d.
Menggali banyak kemungkinan untuk
melangkah lebih maju
e.
Meyakinkan hati pada sebuah jalan
f.
Tetap menyadari adanya banyak jalan
Sedangkan
menurut Tony Buzan, untuk menigkatkan SQ, kita perlu melakukan latihan-latihan
spiritual berikut ini :
a.
Belajar menghargai alam
b.
Memiliki visi
c.
Mensyukuri karunia yang kita dapat
d.
Dengarkan musik yang indah
e.
Belajar kepada guru spiritual
f.
Belajar / memanfaatkan pengalaman
buruk kita untuk kebaikan
Ø
Manfaat SQ
Manfaat SQ antara lain :
1.
Menjadi kreatif
2.
Mampu menghadapi masalah
eksistensial
3.
Mencapai perkembangan diri yang
lebih karena kita memiliki potensi[5]
D.
Hubungan Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan Psikologi Agama
a.
Motivasi Psikis dan Spiritual
Motivasi Psikis
dan Spiritual yang di miliki manusia sama sekali tidak berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan yang bersifat organik seperti motivasi fisiologis. Ini
tidak juga berkaitan dengan motivasi penjagaan diri atau pelestarian jenis.
Motivasi psikis dan spiritual merupakan motivasi yang harus dipenuhi
kebutuhannya. Dengan memenuhi motivasi ini manusia dapat mempeoleh kehidupan
yang tentram, damai dan bahagia. Sebaliknya, jika motivasi ini tidak terpenuhi
maka perasaan damai dalam jiwa manusia tidak akan terpenuhi, bahkan dapat
menyebabkan seseorang merasakan gundah gulana, gelisah, sengsara, dan tidak
nyaman. Salah satu motivasi psikis dan spiritual yang penting bagi manuisia
adalah motivasi beragama.
b.
Motivasi Beragama
Dalam diri
manusia memiliki fitrah atau naluri untuk mengenal Allah SWT, memercayai
(al-amin), mengesakan (at-tauhid), mendekatkak diri (at-taqarrub) dengan berbagai
aktivitas penghambaan diri (al-ibadah), dan meminta pertolongan atau
perlindungan ketika menghadapi bahaya. Alquran mengisyaratkan fitrah ini
sebagai motivasi beragama. Firman Aallah SWT:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (qs. Ar-Rum: 30)
Sama halnya
bahwa manusia pada mulanya adalah makhluk spiritual murni. Manusia berada pada
tempat yang tinggi sebagai makhluk spiritual murni, yang kemudian ruh spiritual
itu ditiupkan kedalam tubuh manusia. Sifat-sifat spiritual itu dipadukan dalam
materi konkret berupa tubuh manusia yang terbuat dari tanah. Maka lahirlah
manusia yang tidak hanya memiliki tubuh tetapi juga memiliki sifat spiritual.
Dalam ayat
Alqur’an surat Al-A’raf ayat 172, Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan
perjanjian kepada setiap keturunan anak adam da menyaksikan sikap ketuhanan
mereka terhadap diri-Nya. Perjanjian ini di sepakati ketika mereka masih berada
dalam di alam penaburan, sebuah wujud alam sebelum mereka diciptakan di bumi (alam
dunia). Pada hari kiamat kelak perjanjian ini akan menjadi saksi yang akan
membantah alasan kelalaian meraka dalam menuhankan Allah SWT. Ayat inipun
menunjukkan bahwa manusia sejak dilahirkan fitrah atau kesiapan alamiah untuk
mengenal, mempercayai, dan mengesakan Allah SWT.
Berkaitan
dengan sebuah fenomena besar tentang kehidupan spiritual manusia adalah
kecenderungan manusia untuk senantiasa menuju sifat-sifat ilahiah. Manusia
lebih terasa terharu atau bahagia apabila titik spiritualnya tersentuh, dan manusia
cenderung ingin mengikuti sifat-sifat Allah. Inilah bukti bahwa manusia memang
pernah melakukan perjanjian ruh dengan penciptanya, yang terurai dalam ayat
berikut :
Dan
sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, mereka tidak berpaling
ke belakang. Dan perjanjian (dengan) Allah itu akan ditanya
(Qs.
Al-Ahzaab)
Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa manusia dilahirkan berdasarka fitrah dan agama yang lurus.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Nabi SAW pernah berkata:
“Tidak ada
orang dilahirkan didunia kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orang tualah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Najusi. Sebagai binatang ternak yang telah
melahirjkan aak-anaknya, apakah engkau membersihkan unta yang termasuk binatang
ternak?” kemudian Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah jika kalian semua
menghendakinya; (tetaplah atas) fitrah Allah SWT yang telah menciptaka manusia
menurut fitrah itu.
Dalam hadis
ini, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa anak yang baru dilahirkan senantiasa
dalam keadaan fitrah (memiliki kesiapan alamiah). Yang dimaksud fitrah disini
tidak lain ialah sikap keberagamaan yang lurus. Hanya saja, seorang anak
manusia terkadang dapat dipengaruhi oleh perilaku orang tuannya, bahkan dapat
dipengaruhi oleh faktor pendidika dan budaya, dan lingkungan yang
melingkupinya. Oleh karena itu setiap orang tua mempunyai peranan sangat
penting dalam menetukan arah kefitrahan anaknya, apakah orang tua mengarahkan
anaknya untuk meyakini agama Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Fitrah di sini
di gambarkan oleh rasulullah seperti binatang ternak yang melahirkan anak
dengan selamat tanpa cacat. Pada dasrnya fitrah manusia sulit di nodai oleh
perilaku menyipang yang ada dikehidupan
sosialnya. Namun demikian, ia tetap memerlukan proses pengembangan dirinya.[6]
Oleh karenanya
manusia telah di karuniai tiga kecerdasan secara lengkap, yaitu
intelektualitas,, emosionalitas dan spiritualitas, maka manusia di perintahkan
membaca tanda-tanda yang ada dalam diri dan lingkungannya serta berkewajiban
untuk mengetahui siapa tuhannya dan tetap dalam kefitrahannya, dalam riwayat
qudsi disebutkan, “Aku adalah perpendaharaan yang terpendam. Aku cinta dan
rindu untuk diketahui. Maka
aku ciptakan alam semesta.” Dalam hadits
tersebut tersirat makna yang mendalam tentang tujuan penciptaan alam semesta,
tujuan penciptaan tersebut merupakan perwujudan akan kerinduan dan kecintaan
Allah akan manusia.
Namun tidak
luput juga dengan peranan dari orang tua bahwa membimbing anak secara benar
dengan menyikapi fenomena lingkungan social secara dini dapat meningkatkan
intensitas keimanan (akidah tauhid) dari bentuk penyimpangan. Melalui tradisi
dan budaya islam, kita dapat mengarahkan manusia atau anak memiliki loyalitas
terhadap pesan universal Alquran dan Hadits.
Dan berdasarkan
dari sejarah penciptaan manusia yang fitrah dan barasal dari spiriytual yang
murni, manusia mempunyai misi dan potensi yang ada dalam dirinya, maka jelaslah
bahwa manusia sesungguhnya adalah makhluk spiritual. Inilah yang di namakan
proto kesadaran, yang terdeteksi padaa isolasi 40 Hz oleh Pare dan
Llinas.dengan bermodalkan SQ itu, manusia mengabdi kepada Allah untuk mengelola
bumi sebagai kholifah, misi utamanya semata mencari ridha Allah. target
utamanya adalah menegakkan keadilan, menciptakan kedamaian, membangun
kemakmuran termasuk di dalamnya, langkah nyata berupa spiritualisasi di segala
bidang, baik di perusahaan, instansi, Negara atau dalam lingkup social terkecil
yaitu keluarga. Inilah the ultimate meaning sesungguhnya, yang harus di cari
Danah Zohar dan Abraham Maslow, yaitu aktualisasi diri melalui ihsan. Dan di
namakannya Spioritual Ultimate Self Actualization[7].
Berkompetisi
adalah salah satu misi atau motivasi kejiwaan yang bersifat sosial dan mengarah
daging pada diri manusia. Ini juga membentuk standardisasi nilai budaya
tertentu yang menjadikakkn seorang mampu menilai suatu kompetisi yang dianggap
positif. Al-quran menganjurkan kepada manusia untuk berkompetisi dalam hal
takwa kepada Allah dan mendekatkan
diri kepada-Nya melalui berbagai aktifitas dan amalan yang baik.
Akan tetapi,
pada kenyataannya kebanyakan manusia cenderumg
berkompetisi dalam hal duniawi. Banyak hal negatif yang selalu dikejar oleh
kebanyakan manusia dalam kehidupan diduna ini.
Banyak manusia
modern saat ini menderita penyakit yanag dinamakan spiritual pathology atau
spiritual illness. Mernurut Khalil
Kavari, apabila manusia gagal dalam mencapai makna hidupnya, mereka aka
menderita kekeringan jiwa, seperti yang banyak terjadi disekitar kita dewasa
ini. Hal ini terjadi akibat kesalahan orientasi dalam menjalani kehidupan.
Mereka menyangka bahwa kehidupan bisa diraih melalui materi, tetapi pada
kenyataannya mereka gagal menemukan kehidupan khakiki yang sesungguhnya, lewat
materi tersebut. Penemuan ilmiah yang juga diteliti oleh Danah Zohar dan Ian
Marshall ini mengatakan, bahwa makna yang paling tinggi dan bernilai, dimana
manusia akan merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualitasnya. Dan
hal tersebut dirasakan oleh manusia, ketika ikhlas mengabdi kepada sifat-sifat
atau kehendak Allah.[8]
E.
Mencerdaskan Ruhani dengan Psikoterapi Rasulullah
1.
Psikoterapi dengan Iman
Iman adalah
sumber ketenangan batin dan keselamatan
hidup. Iman itu ada dalam hati. Rasulullah Saw, bersabda: “ketahuilah
sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah sekuruh jasadnya. Kethuilah itu
adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Iman, tauhid
dan ibadah kepada Allah menimbulkann sikap istiqamah dalam perilaku, seorang
mukmin yang berpegang teguh pada agamanya, maka Allah akan menjaga semua ucapan
dan perbuatannya. Subtansi dari beriman adalah sikap ikhlas dan mendefinisikan
semua kebaikan sebagai ibadah sebagai bukti iman, selalu bergantung pada-Nya,
dan ridho terhadap qadha dan qadar Allah SWT.[9]
2.
Psikoterapi dengan Ibadah
Sungguh
pelaksanaan ibadah yang diwajibkan Allah seperti sholat,haji dan zakat dapat
membersihkan dan menyucikan jiwa serta membeningkan hati dan menyiapkannya
untuk menerima musyahadah (penampakan keagungan) Allah berupa cahaya,
hidayah dan hikmah.Sesungguhnya ibadah adalah praktik bagaimana ikhlas
dilakukan. Allah berfiman: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah
hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Tuhannya (sama
dengan orang-orang yang membatu hatinya)?” (QS Az-Zumar [39]:22).
Beribadah dapat
menghapus dosa dan membangkitkan harapan mendapat ampunan Allah dalam diri
manusia. Selain itu, beribadah juga
menguatkan harapan masuk surga serta menimbulkan kedamaian dan ketenangan.
Sesungguhnya ibadah adalah praktik bagaimana ikhlas dilakukan.[10]
3.
Psikoterapi dengan Taubat
Salah satu obat paling penting dalam menyembuhkan perasaan bersalah
adalah taubat. Allah menjanjikan ampunan bagi setiap orang yang berdosa. Allah
berfirman: “hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungghunya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”(QS Az-Zumar[39]:53).
Di antara hal yang meringankan rasa bersalah seorang muslim, dia mengetahui bahwa pada
dasarnya manusia itu lemah dan rentan berbuat salah, namun selama ia mengakui kesalahannnya,
beristighfaar dan bertaubat kepada Allah maka tak ada alasan untuk menyiksa
dirinya sendiri dengan perasaaan bersalah dan berdosa.
Maka seorang mukmin harus ber-husnudhan terhadap Tuhannya,
besar harapannya bahwaa Allah menerima taubatnya, dan juga besar harapannya
untuk memperoleh pemaafan dan ampunan-Nya. Dengan demikian, ia akan terbebas
dari perasaan bersalah dan merasakan ketenangan dan kedamaian.[11]
KESIMPULAN
Kesadaran SQ adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal hal yang
bersifat transenden yang mengatasi waktu dan merupakan bagian terdalam yang terpenting
dari manusia.
Mencerdaskan rohani dengan psikoterapi
Rasulullah seperti;
1. Psikoterapi dengan iman
2. Psikoterapi dengan ibadah
3. Psikoterapi dengan ibadah
Beribadah dapat menghapus dosa dan
membangkitkan harapan mendapat ampunan Allah dalam diri manusia.
DAFTAR PUSTAKA .
Agustian,Ary Ginanjar.2003.Rahasia sukses membangkitkan E SQ power.jakarta:Arga
Efendi,Agus.2005.Revolusi kecerdasan Abad 21.Bandung:Alfabeta
Najati, M.Utsman.2002.Belajar EQ dan SQ dari sunnah Nabi.Jakarta:
Hikmah
Najati, M.Utsman .2004.Psikolog dalam perspektif Hadist.Jakarta:
Pustaka Al-Husna Baru
Pasiak, Taufiq. 2003. Revolusi IQ/EQ/SQ antara Neurosains dan
Al-qur’an: Bandung : Mizan
[6] Muhammad Utsman Najati, Psikologi
dalam Prspektif Hadis, (Jakarta:PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004) h. 15-19