HAKIKAT, CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
DosenPengampu : M. Ghufron Dimyati, M.S.I
DisusunOleh:
Nimah fajriyah (342111072 )
UmuRosyidah (342111094)
Kelas : T2C
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
(STIKAP) YMI PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar
tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Di dalamnya terdapat
sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.
Kegiatan belajar menagajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna membelajarkan anak didik. Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini
dilahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di
sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai
hakikat, ciri dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan
pahami guna menunjang tugas di medan pengabdian. Maka dari itu pemakalah akan
mengulas sedikit mengenai ketiga aspek diatas yang akan kami bahas dalam
makalah yang berjudul “ Hakikat, Ciri dan Komponen Belajar Mengajar”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat belajar mengajar itu?
2. Apa sajakah ciri-ciri belajar mengajar?
3. Apa sajakah komponen dalam belajar mengajar?
4. Apakah belajar mengajar sebagai suatu sistem?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Belajar Mengajar
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas
belajar. Sedangkan mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang
dilakukan oleh guru.[1]
Belajar mengajar adalah dua konsep yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek maupun sebagai obyek pembelajaran, sedangkan mengajar
merupakan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu apabila
suatu kegiatan manakala terjadi interaksi guru dan siswa, pada saat
pembelajaran itu berlangsung inilah hakikat belajar mengajar. Interaksi
tersebut dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai
adanya proses perubahan pada diri seseorang. Inilah yang merupakan inti proses
pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat intensional, positif -aktif dan
efektif fungsional.
Hakikat belajar, banyak ayat-ayat Al-quran
maupun hadits yang mendorong umat islam untuk dapat menjadi pemikir dan
memeiliki ilmu pengetahuan yang meroket. Apabila hal itu dapat tercapai, maka
Allah akan mengangkat derajat mereka ke tempat yang lebih tinggi sebagaimna
diklamkan dalam Q.S. Al-Mujadilah[58]: 11.
Belajar atau mendulang ilmu pada hakikatnya
bukan sekedar untuk tahu, paham dan hafal suatu pengetahuan tertentu, melainkan
bagaimana menjadi mengerti, kemudian mengamalkan, dan pada puncaknya menyampaikan
manfaat bagi lingkungannya. Dalam dunia pesantren hal ini lebih dikenal dengan
‘alim, amil, shalih, dan nafi’.[2]
Syekh Tajuddin Zarnuji melalui kitab Ta’lim
Al-Muta’alim Thariq Al-Ta’allum, mengajarkan bagaimana belajar yang tepat agar
tak hanya membuahkan ilmu, tapi juga amal dan bermanfaat bagi lingkungan.
Pertama, luruskan niat bahwa belajar merupakan sarana
untuk semakin mengenal dan mendekatkan diri dengan Tuhan, mencapai ridha-Nya, serta
menebarkan manfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Kedua, mengagungkan ilmu
dan perantara ilmu (kiyai, guru, juga buku). Ketiga, dilandasi minat,
ketekunan dan keuletan dalam belajar. Keempat, memilih ilmu dan guru
yang tepat sehingga dapat dijadikan teladan dalam bertindak. Kelima,
memiliki sifat waro’ (menjauhkan
diri dari segala hal yang haram).[3]
B. Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan
belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi
Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan
menempatkan peserta didik sebagai satu pusat perhatian .
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar mencapai tujuan secara optimal,
maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah
sistematik dan relevan.[4]
Terhadap beberapa pendapat yang telah digunakan yaitu subject oriented, student
oriented dan social oriented. Secara umum, prosedur belajar mengajar dilakukan
melalui tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan; kegiatan inti; kegiatan akhir
dan tindak lanjut kegiatan belajar mengajar.[5]
3. Kegiatan belajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam
hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai
tujuan.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.[6]
Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik menurut Widada
(1994) guru dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu self esteem approach,
creative approach, self actualization, multiple talent approach, inquiri
approach, pictorial riddle approach dan syntetic approach.[7]
5. Guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru
harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses
interaksi yang kondusif.
6. Membutuhkan disiplin. Dalam membentuk disiplin belajar peserta didik Reisma
dan Dayne dalam E. Mulyasa (2003), mengemukakan strategi umum merancang
disiplin peserta didik, yaitu: konsep diri, keterampilan berkomunikasi,
konsekuensi-konsekuensi logis dan alami, klasifikasi nilai, analisi
transaksional, terapi realitas, disiplin yang berintegrasi,dan tantangan bagi
disiplin.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajr tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak
dapat ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu
sudah harus dicapai.
8. Evaluasi. Adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan sudah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan
dapat pula untuk melihat efisiensi pelaksanaan.[8]
C.
Komponen-komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung
sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin
dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran
yaitu suatu cita-cita yang bernilai normatif, dengan kata lain terdapat
sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Ny.Dr. roestiyah,
N.K. (1989) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang
penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka
mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran
mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar
suatu proses dari pengjaran itu sendiri.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yanga akan
dicapai dalam proses belajar-mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Oleh karena itu guru yang akan mengajar harus
menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Ada 2
persoalan dalam menguasai bahan pelajaran yaitu bahan pelajaran yang pokok dan
penunjang. Pemakaian bahan penunjang harus sesuai dengan bahan pelajaran pokok
agar dapat memberikan motivasi kepada peserta didiknya.
3. Kegiatan belajar mengajar (pendidik dan anak didik)
Dalam kegiatan belajar mengajar anak didik
terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam
interaksi tersebut anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya sebagai motivator dan
fasilitator, keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental. Dalam kegiatan
belajar mengajar guru hendakanya memperhatikan perbedaan individual anak didik,
yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Hal tersebut dimaksudkan
agar guru mudah dalam melakukan pendekatan mastery learning kepada setiap anak
didik secara individual. Yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan
program perbaikan.[9]
4. Metode
Metode adalah suatu cara yag dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode dalam mengajar sebagai berikut:
·
Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
·
Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
·
Situasi yang bermacam-macam
·
Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan
kuantitasnya
·
Pribadi guru serta kemampuan dan profesional
yang berbeda-beda.
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu sebagai
pelengkap sebagai pembantu memudahkan untuk mencapai tujuan dan alat sebagai
tujuan itu sendiri. Alat dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu alat (perintah,
larangan dsb) dan alat perintah (globe, kapur tulis dsb).
6. Sumber pengajaran
Sumber pengajaran merupakan materi / bahan
untuk menambah ilmu pengetahuan dan hal-hal baru. Dalam mengemukakan sumber
belajar ini para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai
sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Macam-macam sumber belajar:
·
Manusia (dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat)
·
Buku atau perpustakaan
·
Mass media (majalah, surat kabar, tv, radio)
·
Alat pengajaran (peta, buku pelajaran, papan
tulis dll)
·
Museum
·
Alam lingkungan
·
Aktivitas (karyawisata, simulasi)
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses
menentukan nilai yang dan hubungannya dengan dunia pendidikan. Evaluasi
mempunyai tujuan yaitu tujuan umum meliputi; mengumpulkan data-data yang
menunjukkan taraf kemajuan murid dan tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru
melakukan penilaian aktivitas yang dilakukan, menilai metode mengajar yang
digunakan. Tujuan khusus meliputi; merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab-sebab
kemajuan/kegagalan, memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan bakat siswa yang bersangkutan, memperoleh laporan tentang
perkembangan siswa, untuk memperbaiki mutu pengajaran.
Dari tujuan tersebut dapat dipahami bahwa
pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk.
Ketika evaluasi bermanfaat bagi guru dan siswa maka evaluasi mempunyai fungsi
sbb:[10]
·
Sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses
belajar mengajar
·
Untuk memberikan angka yang tepat bagi
kemajuan atau laporan hasil belajar bagi setiap siswa
·
Untuk menentukan situasi belajar mengajar
siswa sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa
·
Untuk mengetahui penyebab siswa yang mengalami
kesulitan belajar yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mencari
solusinya.
D. Belajar Mengajar Sebagai Sistem
1. Pengertian sistem
Sistem berasal dari bahasa latin (sistema) dan
bahasa yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi. Dalam pengertian umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan diantara mereka. Sedangkan menurut istilah sistem adalah
suatu kesatuan berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan
berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan/fungsi sistem tersebut.
Sedangkan pembelajaran adalah menekankan
proses pembelajaran di sekolah, sehingga pembelajaran tersebut digambarkan
sebagai kesatuan sub-sub sistem yang membentuk satu sistem utuh. Sub sistem
yang membentuk sistem pembelajaran adalah tujuan, subjek belajar, pengelolaan,
struktur dan jadwal pelajaran, materi pelajaran, strategi pembelajaran, alat
bantu, perpustakaan dan pendidik. Interaksi inimembutuhkan komponen-komponen
yang sangat berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Komponen-komponen
pembealjaran meliputi: tujuan, subjek belajar, materi pelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang pembelajaran.[11]
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap proses pembelajaran
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan proses
sistem pembelajaran, diantaranya adalah:
·
Faktor guru
·
Faktor siswa
·
Faktor sarana dan prasarana
·
Faktor lingkungan.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
Ciri-ciri belajar mengajar: tujuan, ada suatu prosedur (jalannya
interaksi), ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus, ditandai
dengan aktivitas anak didik, guru berperan sebagai pembimbing, membutuhkan
disiplin, ada batas waktu dan evaluasi.
Komponen belajar mengajar: tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, metode, alat, sumber pengajaran dan evaluasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap proses pembelajaran: faktor guru,
faktor siswa, faktor sarana dan prasarana, faktor lingkungan.
B. Saran
Cukup demikian pemaparan dari malakah hakikat,
ciri dan komponen belajar mengajar. Tentunnya kita sebagai generasi penerus
bangsa apalagi kita yang bernaung di dalam manajemen pendidikan islam, dituntut
untuk dapat memahami betul tentang hakikat, ciri dan komponen belajar mengajar
sebagai modal dasar sebagai pendidik kelak. Semoga apa yang kita pelajari dapat meresapkan suatu manfaat. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Reneka Cipta.
Mustakim, Zaenal.Strategi & Metode Pembelajaran.
2011. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
[1]Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2006), h. 39
[2]Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2011), h. 48-49
[4]Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., h. 40
[5]Zaenal Mustakim, Op. Cit., h.
63-64
[6]Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Loc. Cit., h. 40
[7]Zaenal Mustakim, Op. Cit., h.
66-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar