MAKALAH
HADITS TENTANG
HIDUP DAMAI
BERDAMPINGAN
Disusun guna memenuhi
tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Oleh
Akromurijal
2021110234
Kelas E
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillah
penulis sampaikan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia,
dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah Hadits Tarbawi II yang
bertemakan “Hidup Damai Berdampingan”,
Pendidikan
merupakan hal terpenting bagi manusia baik itu pendidikan formal ataupun
informal. Dengan adanya pendidikan manusia akan dapat lebih terkontrol dalam
menjalani kehidupannya. Sehingga dapat memungkinkan terbentuknya kehidupan yang
lebih baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam
proses pendidikan itu sendiri seseorang tidak boleh terlalu mempersoalkan
masalah perbedaan agama atau keyakinan khususnya untuk pendidikan umum. Karena
pendidikan merupakan hak bagi semua umat manusia. Namun kita juga tidak boleh
terlalu kompromi apabila berkaitan dengan aqidah atau kepercayaan kita.
Oleh
karena itu diharapkan tidak ada perselisihan dalam pendidikan antara umat
muslim ataupun nonmuslim. Bukan hanya dalam hal pendidikan sebaiknya hubungan
baik antar umat beragama (muslim dan nonmuslim) harus selalu terjaga apalagi
terhadap agama lain yang tidak memusuhi islam secara langsung.
Hal
tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang akan dibahas dalam makalah
ini. Dan semoga dapat bermanfaat serta dapat dia,bil aspek tarbawi dari hadits
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi Hadits
أَنَّ صَفْوَانَ
بْنَ سُلَيْمٍ أَخْبَرَهُ عَنْ عِدَّةٍ مِنْ أَبْنَاءِ أَصْحَابِ رسول الله عليه
وسلم عَنْ اَبَائِهِمْ دِنْيَةً عَنْ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أَلَا
مَنْ ظَلَمَ مُعاَهِدًا أَوْانْتَقَصَهُ أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ أَوْ أَخَذَ
مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيْبِ نَفْسٍ فَأَنَا حَجِيْجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(رواه أبو داود
فى السنن, كتاب الخراج والإ مارة والفيء, بابفي تعشير أهل الذمة اذا اختلفوا
باالتجارت)[1]
B. Terjemahan Hadits
Dari Shufwan bin Sulai, dari sekelompok
putera-putera sahabat Rasulullah SAW. dari ayah mereka yang berdekatan nasab,
dari Rasulullah SAW beliau bersabda “Barang siapa menganiaya seorang kafir
mu’ahid (dalam perjanjian damai) atau mengurangi haknya, atau memberinya beban
di atas kemampuannya atau mengambil darinya sesuatu tanpa relanya hati, maka akulah
lawan berhujahnya kelak di hari kiamat.”[2]
C. Mufrodat
Indonesia
|
Arab
|
Menganiaya
|
ظلم
|
Seorang kafir mu’ahid
|
انتقصه
|
Mengurangi haknya
|
كلفه
|
Mengambil
|
أخذ
|
Relanya hati
|
طِيْبِ
نَفْسٍ
|
Lawan berhujjahmu
|
حَجِيْجُهُ
|
D. Perowi Hadits
Al-Imam
al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di
Bashrah. Beliau lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah
fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya.
Beliau
sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini
diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian
mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau
langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad
bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman
bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb,
ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.
Beliau
menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan
terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian,
dan merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol
saat ini.[3]
E. Keterangan Hadits
Hadits
di atas menjelaskan bahwa Rasullah SAW melarang seseorang untuk menganiaya
seorang kafir yang mu’ahid atau yang masih dalam perjanjian damai. Rasulullah
juga melarang untuk mengurangi haknya, memberi beban yang berlebihan, dan
mengambil sesuatu dari mereka dengan paksa. Dan Rasullah berkata bagi yang
melakukan semua itu maka akan jadi lawan berhujjahnya di akhirat nanti.
Dalam
hadits itu dijelaskan kepada kita betapa pentingnya menjaga kedamaian dan
selalu berbuat baik kepada sesama manusia baik itu muslim ataupun nonmuslim.
Bagi seorang muslim hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan nonmuslim
khususnya kepada nonmuslim yang sedang dalam perjanjian damai, maksudnya
nonmuslim yang tidak melawan orang muslim.
Hal
tersebut dimaksudkan agar tercipta kerukunan umat beragama dalam suatu negara
yang nantinya dapat berpengaruh besar terhadap kestabilan negara tersebut. Dan
dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman di dalamnya. Islam juga mengajarkan
kepada pemeluknya untuk selalu menjaga ketentraman dalam kehidupan di dunia.
Karena Islam merupakan agama
rahmatal lil’alamin, yaitu suatu agama yang memberikan kesejukan, kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan tidak hanya kepada pemeluknya, tetapi juga
kepada umat lain, bahkan kepada seluruh makhluk dan alam semesta.
Ajaran Islam menganjurkan manusia
untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam
hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan
dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Dengan kerjasama dan
tolong menolong tersebut diharapkan manusia
bisa hidup rukun dan damai dengan sesamanya dan dapat menciptakan kerukunan.[4]
Kerukunan disini dapat juga
disamakan dengan toleransi antar umat agama. Toleransi disini dimaksudkan bukan
toleransi dalam keperluan agama atau aqidah namun toleransi dalam kegidupan
sosial. Karena syariat Islam tidak melarang hubungan antara muslim dengan
nonmuslin di dunia ini.
Sebetulnya kerukunan antar umat
beragama di dunia ini akan bisa terlaksana dengan baik, bila semua pimpinan
agama dan umatnya masing-masing mau menahan diri. Tidak merasa lebih hebat dari
umat lainnya. Namun apabila pemaksaan kehendak dan merasa superior, maka hal
itulah yang membuat tidak rukunnya umat beragama.[5]
Oleh karena itu untuk memujudkan
kerukunan umat beragama yang nantinya menciptakan hidup damai secara
berdampingan perlu adanya kerjasama antar umat beragama.
F. Aspek Tarbawi
Hadits di atas memiliki aspek atau nilai-nilai
tarbawi yang dapat kita ambil, diantaranya:
1. Sebagai
sesama umat manusia tidak boleh membedakan antara muslim dan nonmuslim dalam
belajar.
2. Selalu
menjaga hubungan yang baik antar umat beragama dan menjaga kedamaian di dunia.
3. Sebagai
tenaga pendidik, sebaiknya tidak membeda-bedakan antara anak didik yang muslim
dengan yang nonmuslim khususnya untuk pengetahuan umum.
4. Menghormati
dan menghargai pendapat orang lain walaupun dia berbeda keyakinan.
5. Tidak
berbuat semena-mena kepada orang lain yang berbeda agama.
6. Sebaiknya
tidak memicu terjadi pertengkaran atau perselisihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita
sebagai sesama manusia hendaknya menjaga kedamaian dalam dunia ini. Sebagai
sesama pemeluk agama hendaknya kita saling menghargai pemeluk agama lain.sebagai
umat muslim kita tidak boleh mendzalimi pemeluk agama lain yang tidak memerangi
kita, juga tidak boleh memberikan beban terlalu berat, dan kita harus selalu
menjaga hubungan baik kepada mereka semua.
Sebagai
calon pendidik nantinya kita juga tidak boleh membeda-bedakan antar siswa yang
muslim dengan siswa yang tidak muslim. Dengan adanya kerukunan umat beragama
dimungkinkan akan terwujud kehidupan yang damai tanpa ada perselisihan.
DAFTAR PUSTAKA
Ad Din, Muhammad Nashir. 1421. Shahih
Sunan Abu Dawud. Hadits no 15714. مكتبة
المعارف النشر والتوزع.
Arifin, Bey dan
A. Syinqithy Djanaludin. 1992. Terjemah Sunan Abi Daud. Semarang: CV
Asyifa.
Basya, Doktor ‘Abdurrahman Ra’fat. Shuwar
min Hayaatis Shahabah.
Blog, Kerukunan
Antar Umat Beragama Menurut Islam, (dalam http://arisrofiqy.blog.com/files/2010/12/13-KERUKUNAN-ANTAR-UMAT-BERAGAMA-MENURUT-ISLAM.pdf, diakses
29/02/2012).
Wordpress, Kerukunan antar umat beragama, dalam http://joehan75.wordpress.com/2011/01/13/kerukunan-antar-umat-beragama/,
(diakses 26/02/2012).
[1] Muhammad Nashir Ad Din, Shahih
Sunan Abu Dawud, (مكتبة
المعارف النشر والتوزع, 1421),
hadits no 15714, hlm. 261
[2] Bey Arifin dan A.
Syinqithy Djanaludin, Terjemah Sunan Abi Daud, (Semarang: CV Asyifa,
1992), hlm. 676.
[4] Blog, Kerukunan
Antar Umat Beragama Menurut Islam, (dalam http://arisrofiqy.blog.com/files/2010/12/13-KERUKUNAN-ANTAR-UMAT-BERAGAMA-MENURUT-ISLAM.pdf,
diakses 29/02/2012).
[5] Wordpress, Kerukunan antar umat beragama, dalam http://joehan75.wordpress.com/2011/01/13/kerukunan-antar-umat-beragama/, (diakses 26/02/2012).
sri setianingrum
BalasHapus2021110209
bagaimana cara berbaur dengan teman yang berbeda agama, sementara kalau kita berbeda agama tentunya berbeda pula gaya hidup. seperti memakan daging babi yang di agama islam itu di larang. bagaimana caranya agar kita tetap berteman, tapi tidak menyinggung dia seperti ketika kita menolak saat di tawari makan daging babi?
terima kasih atas pertanyaannya,
Hapusmemang untuk menjalin hubungan dengan teman yang berbeda agama kita harus sangat hati-hati. dalam hal ini kita boleh-boleh saja membaur, karena hal tersebut juga sangat bagus sekali apalagi dalam bidang sosial. namun kita harus tetap memegang teguh iman kita dan dalam pergaulannya harus tetap menjunjung kepercayaan kita.
kalau untuk menolak kita bisa saja beralasan kalau sudah kenyang, atau berkata tidak terlalu suka dengan hal itu.
terima kasih atas jawabannya, kalau dengan cara seperti itu teman kita tetap tersinggung bagaimana?atau kalau dia tetap memaksa, karena kadang kita kalau teman kita memaksa sering merasa tidak enak hati untuk menolaknya?
Hapusya kita coba jelaskan kepada dia agar bisa mengerti keadaan kita.
Hapusnaelal khusnah
BalasHapus2021110222
bolehkah kita mempelajari tradisi agama lain?hukumnya apa dalam islam?
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusmenurut pendapat saya jika itu sebatas mempelajari untuk mendapatkan ilmu tidak masalah. Islam juga menyuruh kita untuk selalu mencari ilmu, seperti hadits Nabi " mecari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim ...."
jadi kita boleh saja mempelajarinya, yang tidak boleh adalah kita ikut menjalankan tradisi mereka yang tidak sesuai dengan syariat agama.
terima kasih atas jawabannya, kalau setelah kita mempelajari budaya agama lain kita merasa bertanya tanya dalam hati dan terlintas pikiran untuk membenarkan agama itu apa yang harus kita lakukan untuk tetap menjaga keimanan kita kepada ALLAH SWT?
Hapusitulah fungsi dari adanya akal, dengan adanya akal kita harus bisa memilih mana yang baik sesuai dengan ajaran agama kita. pada intinya kita harus berpegang teguh pada iman kita
HapusTri Indah Pamuji
BalasHapus2021110198
kelas E
hemm... bagaimana sih caranya menumbuhkan rasa kerjasama dg orang lain bila org tsb sma2 mempunyai sifat sombong, egois, dll.??
lalu bagaimana juga caranya mendamaikan suatu pertengkaran antar orang yg berbeda agama ?
yang pertama kita lakukan kita harus menghilangkan rasa sombong dan egois pada diri kita sendiri. lalu apabila hal tersebut sudah dilakukan kita bicara baik-baik dengan orang lain agar bisa bekerja sama dengan baik.
Hapuskalau untuk mendamaikan pertengkaran perlu adanya saling mengerti antara kedua kubu yang berkaitan dan perlu adanya rasa kebijaksanaan dari keduanya.
terima kasih
Nita Eviana
BalasHapus2021110217
kelas E
bagaimana caranya agar kita bisa hidup damai berdampingan dg tetangga sedangkan tetangga kita tidak suka (memusuhi, menghina) dengan kita ??
yang pertama kita harus tetap menjalin tali silaturrahim dengan tetangga kita meskipun dia tidak suka dengan kita. kita tidak boleh ikut-ikutan tidak suka dengan dia. sebaiknya kita selalu berbuat baik dengan mereka. namun apabila mereka tetap tidak mau ada baiknya kita tidak terlalu memaksakan kehendak kita.
Hapusterima kasih
Dyah Titis Pratita
BalasHapus2021110221
kelas E
menurut anda bagaimana caranya mewujudkan kehdupan yg harmonis tanpa membeda-bedakan antar sesama umat manusia yg beda agama atau beda status sosial baik yg kaya atau miskin ?
hal tersebut sudah dibahas dalam pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. pada intinya kita harus menanamkan rasa saling menghormati antara setiap orang baik seagama maupun tidak, baik miskin atau kaya. kita tidak boleh merasa kita yang berkuasa sehingga bisa menindas yang lemah.
HapusMAELA RISQIYANI
BalasHapus2021110144
D(E)
Maksud hidup damai berdampingan itu sendiri apa menurut anda?dan apakah anda pernah mendamaikan seseorang yang ada konlik dengan orang lain dan bagaimana caranya?????
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusmenurut saya hidup damai berdampingan yaitu hidup di mana di dalamnya tidak ada perselisihan, dan bisa saling menghormati satu sama lainnya.
dan jika ditanya apakah saya pernah mendamaikan orang atau belum, jawabannya sudah pernah walaupun tidak semuanya berhasil, hal tersebut karena saya sendiri belum cukup berpengalaman.
ya dengan cara memberikan masukan-masukan yang positif, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya. intinya sebisa mungkin jangan memperkeruh masalah yang ada.
uswatun khasanah
BalasHapus2021110210
kelas:E
saya mau tanya masalah toleransi beragama,jika kita punya seorang teman yang beragama non muslim ketika perayaan natal tiba apakah kita harus memberikan ucapan selamat natal sebagai rasa toleransi kita? sedangkan ada yang menyatakan mengucapkan selamat natal itu haram hukumnya karena dalam suatu ayat Al-Qur'an disebutkan bahwa "barang siapa yang menyerupai suatu kaum,maka dia termasuk dalam golongan kaum tersebut"
nah..bagaimana menurut pendapat anda? mohon penjelasannya,terima kasih....
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusdalam http://www.eramuslim.com
dijelaskan Ada dua pendapat didalam permasalahan ini :
1. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.
Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh :
1. Ikut serta didalam hari raya tersebut.
2. Mentransfer perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.
2. Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal.
Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia swt mencintai berbuat adil. Firman Allah swt :Artinya :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
nama : setyoningsih
BalasHapusnim:2021110163
dalam agama islam di jelaskan akan toleransi pada umat beragama lain seperti yang di jelaskan pada hadist di atas, namun melihat keadaan problematika pada zaman sekarang ini, kita ketahui bahwa umat islam sendiri saling terpecah - belah, toleransi kadang tidak digubris lagi, seperti pada persoalan ahmadiyah atau pada ormas2 keagamaan lainya yang terkadang menyalahkan ormas2 yang lainya pula, apakah ada jalan keluar yang bisa dilakukan agar toleransi dalan agama bisa dijalankan kembali, agar toleransi terhadap agama lain pun bisa mengikuti,, ?
kalau untuk persoalan ahmadiyah MUI sendriri kan sudah jelas menganggap itu aliran sesat.
Hapuslalu untuk menumbuhkan toleransi agama mungkin sudah dibahas dalam pertanyaan yang lain yaitu dengan cara menghormati antar agama itu sendiri. untuk keberhasilannya kita kembalikan kepada individu masing-masing apakah bisa melakukannya atau tidak.
terima kasih
nama : Ali MUbarok
BalasHapusnim : 2021110145
kelas : D (E)
hidup damai menurut anda dikatakan damai itu kehidupan sosial uyang seperti apa?
lalu apakah damai itu sebatas dhahir saja atau bisa dikatakan jika ada interaksi saja maka damai namun jika di belakang sering menggunjing orang lain ?
tolong dipaparkan mas menurut pemahaman panjenengan,,,,,,,,,,,,,,, matur nuwun
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusmenurut saya hidup damai berdampingan yaitu hidup di mana di dalamnya tidak ada perselisihan, dan bisa saling menghormati satu sama lainnya.
kalau di belakang masih menggunjing belum bisa dikatakan damai, karena damai merupakan kesatuan baik langsung maupun tidak berhadapan langsung.
Dewi Riska Kh
BalasHapus2021110219
E
mengenai toleransi umat beragama,, dikenal adanya istilah PLURALISME dan PLURALITAS. yang saya tanyakan apa sih arti sebenarnya dan perbedaan dari keduanya??
lalu melihat fakta yg berkembng mengenai pluralisme d negara kita,, bgaimana menurut anda??
apakah sesuai dg syariat aqidah islam??
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusmemang antara kedua kata tersebut sering kali dicampur adukan oleh masyarakat. sebenarnya kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.
dalam http://forum.detik.com/showthread.php?t=192287 bisa kita lihat bahwa pluralitas merupakan keberagaman sama dengan bhineka. dalam QS Rum: 22 juga dijelaskan mengenai adanya perbedaan tersebut.
sedangkan pluralisme merupakan merupakan paham dimana memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih dan beranggapan yang mereka pilih tidaklah salah karena itu hak mereka.
adapun yang terjadi di Indonesia menurut saya pluralisme tersebut bisa sangat berbahaya oleh karena MUI pun pernah mengatakan hal tersebut sesat.
Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme. Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama islam, serta mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan Islam.
Rizki Amalia R
BalasHapus2021110213
kELAS E
Bagaimana cara yang baik untuk mendamaikan orang yang saling bertolak belakang dalam artian bertengkar, agar terciptanya kehidupan yang harmonis?? dan apakah saudara sudah pernah mendamaikan orang- orang yang bertengkar???
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusmemang tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan sering terjadi perselisihan, jika ditanya bagaimana cara untuk mendamaikannya, berikan mereka waktu untuk saling berfikir positif, kemudian dibicarakan tentang masalah yang terjadi dengan baik-baik, jika perlu libatkan orang ketiga yang dianggap mampu dan dihormati untuk menengahinya. dan apakan cara tersebut dapat berhasil atau tidak kita kembalikan lagi kepada tiap individu apakah mau saling mengerti atau tidak.
dan jika ditanya apakah saya pernah mendamaikan orang atau belum, jawabannya sudah pernah walupun tidak semuanya berhasil, hal tersebut karena saya sendiri belum cukup berpengalaman.
Hammydiati Azifa L I
BalasHapus2021110208
Kelas E
Bagaimana pendapat anda tentang aksi orator yang dalam suatu demonstrasi mungkin saja malah menjadi pemicu terjadinya perpecahan antar kubu??,apa solusinya dan tolong jelaskan!!
matur suwun..
terima kasih atas pertanyaannya
Hapusagar dalam suatu demonstrasi tercipta kedamaian dan tidak ada perpecahan, sebaiknya dari tiap-tiap kubu yang terlibat di dalamnya saling menghormati, dan menjaga kedamaian, hal tersebut bisa dilakukan jika terdapat rasa sabar dan menjaga emosi. jika hal tersebut dapat dilakukan maka tidak akan mudah terpancing emosinya.
islam sendiri juga mengajarkan adanya kedamaian dalam dunia ini jadi kita harus menjunjung tinggi akan hal tersebut
Laila Fitriani
BalasHapus2021110225
kelas E
hidup damai berdampingan..apa yang akan anda lakukan jika anda mempunyai teman yang nonmuslim sedang menjelek-jelekan orang muslim didepan anda, sedangkan anda sendiri kan orang muslim ??? apa anda akan marah atau membencinya, atau malah membelanya atau ada hal lain..???
terima kasih atas pertanyaannya
Hapushal tersebut mungkin saja terjadi. dan apabila hal tersebut terjadi, kita harus bisa menahan emosi kita dan jangan langsung marah dengan kata-kata yang kasar, karena hal tersebut bisa membuat image kita menjadi buruk.
kita harus tetap membela agama kita dengan kata-kata yang baik.
Mubarokah
BalasHapus2021110202
Kelas E
Bagaimana pendapat anda menciptakan hidup damai berdampingan dengan orang non muslim,sesuai dengan ajaran islam????
terima kasih atas pertanyaannya
Hapushal ini mungkin hampir sama dengan apa yang sudah dibicarakan di atas.
cara yang bisa ditempuh yaitu menanamkan dalam diri kita yaitu rasa ikhlas,untuk menjaga nama baik agama kita,dan jangan sampai mempunyai anggapan/menganggap bahwa agama yang dimiliki orang lain rendah.(http://tohathea.blogspot.com)
dengan kata lain kita harus saling menghormati pendapat orang lain, selama mereka tidak menyerang kita.
Kurnia Hidayati
BalasHapus202 111 0206
kelas E
Pada makalah anda disebutkan bahwa Dalam hadits itu dijelaskan kepada kita betapa pentingnya menjaga kedamaian dan selalu berbuat baik kepada sesama manusia baik itu muslim ataupun nonmuslim. Bagi seorang muslim hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan nonmuslim khususnya kepada nonmuslim yang sedang dalam perjanjian damai, maksudnya nonmuslim yang tidak melawan orang muslim.
Pada realita zaman sekarang ini, banyak terjadi penganiayaan pihak minoritas dengan mengatasnamakan agama. Bahkan banyak sekali korbannya. Namun, pihak yang menganiaya itu justru dihukum ringan karena saran dari pemuka agama. Hukumannya terkesan tidak adil mengingat kekejian yang dilakukan, jumlah korban yang berjatuhan, serta kerusakan dan kerugian akibat hal tersebut.
Nah, bagaimana anda menanggapi hal ini? Lantas bagaimana hukum seharusnya ditegakkan untuk menindak kejadian seperti ini?
jika menurut saya hal itu perlu dikaji ulang. hukuman yang dijatuhkan sebaiknya seberat-beratnya.
Hapusuntuk penegakan hukum sendiri perlu adanya kerja sama antara semua badan yang berhubungan dan perlu adanya keadilan dalam hukum itu sendiri.
Indah Rediana
BalasHapus202 111 0205
E
Bagaimana cara menjaga hubungan baik terhadap keluarga yang berpindah agama?
kalau untuk masalah tersebut hendaknya kita bijak dalam menghadapinya. kita harus tetap menjaga tali silaturrahim meskipun mereka berbeda agama. kita harus menghormati pilihan yang mereka ambil. namun kita harus tetap memegang teguh agama kita dan jangan sampai ikut ke agama mereka.
Hapusterima kasih
Nofi Hidayati
BalasHapus2021110211
E
kita dianjurkan untuk hidup rukun dengan siapapun, bagaimana jika tetangga sebelah kanan kita adalah seorang non muslim, sedangkan tetangga kiri kita adalah seorang muslim, mereka sama2 dalam keadaan kekurangan dan kelaparan, sedangkan kita hanya punya 1 porsi makanan, mana yang harus kita bantu? dan mana yang harus didahulukan?
sebaiknya kita mendahulukan tetangga kita yang muslim, karena mereka dapat dibilang satu kepercayaan dengan kita. ada kata-kata juga yang bermakna bahwa sesama muslim adalah saudara. jadi lebih baik kita mendahulukan yang muslim terlebih dahulu.
Hapusterima kasih
fitriana musoffa
BalasHapus2021110189
mau tanya nih om akrom syamlan.. hehhe
agar seseorang bisa hidup berdampingan kan harus mempunyai sifat saling menghormati n saling menghargai. nah gimana tuh caranya agar bisa menghargai/menghormati seseorang??
trimakasi ... :)
hal itu kita kembalikan kepada diri kita sendiri. kita sering mendengar jika kita ingin dihormati dan dihargai terlebih dahulu kita harus menghargai dan menghormati orang lain. meskipun hal tersebut sulit namun jika kita berusaha pasti akan bisa dilakukan.
Hapusterima kasih
Ekawati (2021110230)
BalasHapusKelas E
Bagaimana cara kita agar apabila menjadi pendidik kelak dalam suatu instansi pendidikan tidak membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya ?
caranya dengan bersikap profesional. kita harus berpandangan sama terhadap siswa-siswa kita apalagi dalam urusan umum. memang prakteknya agak sulit namun kita kembalikan lagi kepada sikap profesional dari seorang guru saja.
Hapusterima kasih
nama inayatul maula
BalasHapusnim 2021110196
kelAS E
yang saya ingin tanyakan bagaimana pendapat anda apabila dalam hidup berdampingan anda dituduh sebagai pemicu perselihansuatu hal, padahal dalam kehidupan berdampigan kita tidak boleh memicu sebuah perselihan,,,,,,???
terim kasih