“Keluarga sebagai Madrasah”
Mata kuliah : Hadis
Tarbawi II
Disusun
oleh:
Reza Oktaviana Safitri (2021113161)
Kelas : F
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang diperoleh anak dalam memberikan pendidikan pendidikan agama, dalam
keluarga anak diberi bimbingan dan bimbingan ini merupakan bimbingan pertama
yang diperoleh anak. Pendidikan seorang anak banyak diterima dalam lingkungan
keluarga, karna sebagian keseharian anak ada dalam keluarga, dalam hal ini
orang tua dapat memposisikan dirinya sebagai guru(pendidik).
Keluarga
dapat dijadikan sebagai madrasah bagi anak sebagai pengganti sekolah, kelurga
mengajarkan tentang pendidikan yang berkaitan dengan norma, moral, dasar-dasar
keagamaan dan pendidikan keimanan.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
keluarga sebagai madrasah
Keluarga ditinjau dari aspek kebahasaan, di dalam bahasa inggris menurut HW
Fowler kata “Keluarga”adalah “family”
yang berasal dari kata “familier”
yang berati dikenal dengan baik atau terkenal. Selanjutnya kata Family tidak terbatas pada keluarga
manusia saja, akan tetapi membentang dan meluas sehingga meliputi setiap
anggotanya untuk saling mengenal. Terkadang pula makna keluarga meluas sehingga
ia benra-benar keluarga dalam arti lusa, yaitu sekumpulan umat dan negara yang
berdekatan.
Sementara itu kata keluarga dalam bahasa arab adalah “al-usrab” yang merupakan kata jadian dari “al-asru”. Secara etimologis berarti ikatan(al-qaid). Al-Razi
mengatakan “al-asru”maknanya mengikat
dengan tali.
Dengan demikian, keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari
subsistem yang berhubungan dan saling mempengarui satu sama lain, subsistem
dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota keluarga yang ada
dalam keluarga.[1]
Sedangkan kata madrasah merupakan terjemahan dari istilah sekolah dalam
bahasa arab, namun konotasi madrasah dalam hal ini bukan pada pengertian
etimologi tersebut, melainkan pada kualifikasinya.[2] Madrasah adalah salah satu jenis yang
lain dari lembaga pendidikan tinggi.[3]
Sekolah(madrasah) berfungsi sebagai pelengkap pendidikan dalam keluarga,
karena pendidikan anak dimulai di dalam buaian orang tuanya, di sini anak
mendapatkan pendidikan tentang dasar pendidikan bahasa, konsep kehidupan sosial
serta situasi kehidupan. Disamping itu, keduanya memeberikan pendidikan dasar
keimanan yang benar.[4]
Pendidikan islam atau madrasah sangat penting sebab dengan pendidikan
islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak
diarahkan kepada perekembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk
kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama islam. Pendidikan agama
islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan islam merupakan merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.[5]
Pendidkikan anak diawali dari keluarga atau rumah yang nyatanya rumah
adalah sebuah madrasah pertama bagi anak-anak sebelum mereka terjun ke dunia
pendidikan yang lain.
2.
Teori Pendukung
Menurut john locke (1985) mengemukakan, posisi pertama dalam mendidik
seseorang individu terletak pada keluarga. Melalui konsep “tabula rasa”, john
locke menjelaskan, bahwa individu adalah ibarat sebuah kertas yang bentuk dan
coraknya tergantung kepada orang tua(keluarga) bagaimana mengisi kertas kosong
tesebut sejak bayi. Melalui pengasuhan, perawatan, dan pengawasan yang terus
menerus, diri serta kepribadian anak dibentuk. Dengan nalurinya bukan dengan
teori, orang tua mendidik dan membina keluarga.
Dadang hawari menyatakan bahwa tumbuh kembang anak secara kejiwaan(mental
intelektual dan mental emosional) yaitu, IQ dan EQ, amat dipengarui oleh sikap,
cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh dan mendidik
anaknya. Sebab, dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi proses
imitasi dan identifikasi anak terhadap kedua orang tuanya.[6]
3.
Hadis Tentang
Keluarga Sebagai Madrasah
berikut hadis tentang keluarga sebagai madrasa:
berikut hadis tentang keluarga sebagai madrasa:
- عثمان بن
الأرقم انه كان يقول : (أنا ابن سبع الإسلام، اسلم أبي سابع سبعة وكانت داره على الصفا
وهي الدارالتي كان النبي صلى الله عليه وسلم يكون فيها في الإسلام وفيها دعا الناس
إلى الإسلام)(رواه الحاكم في المستدرك، باب ذكرالأرقم بن أبي الأرقم المخزومي رضي
الله عنه)
Terjemahan:
“Ustman bin Arqam berkata: saya masuk Islam usia tujuh
tahun, ayah saya orang yg ke tujuh masuk Islam. Rumahnya di tanah safa dan
rumah itu pernah di tempati oleh Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah dan berdo’a
kepada manusia untuk masuk Islam. (HR. Al- Hakim).
Keterangan
hadis:
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa Ustman bin
Abi Arqam telah masuk islam pada usia 7 tahun, ayahnya terlebih dahulu masuk
islam dan termasuk golongan assabiqunal awwalun (orang yang mula-mula masuk
islam), merupakan orang yang ke tujuh dari jumlah orang tujuh tersebut.
Rumahnya terletak di daerah Safa, dan di rumah tersebut Rasulullah pernah
menempati di dalamnya untuk berdakwah atau mengajak manusia untuk masuk Islam
dan di rumah itu banyak orang yang masuk Islam. Rumah milik Abu Abdillah
al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah
pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh
diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad Rasulullah Saw.
Beliau sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana. Akhirnya
rumah Al-Arqam yang sebelumnya disebut Dar al-Arqam (rumah Al-Arqam),
setelah dia memeluk Islam disebut dengan Dar al-Islam (Rumah
Islam).[7]
4.
Aplikasi dalam kehidupan
Orang tua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak-anak mereka, dengan demikian bentuk pertama
pendidikan terdapat dalam kelurga yakni para orang tua.
Pendidikan dan pembinaan mengenai
dasar-dasar moral, tabiat yang harus dimiliki oleh seorang anak sejak anak masih
kecil, hingga dewasa atau mukallaf. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas, Rasulullah SAWa, berkata, “dekatilah anak-anakmudan didiklah
serta binalah akhlak-akhlaknya.” Akhlak adalah implementasi dari iman dalam
segala bentuk perilaku. Pendidikan dan pembinaan akhlak dilaksanakan dengan
contoh dan teladan dari orang tua. Contoh yang terdapat pada perilaku dan sopan
santun orang tua dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan
orang tua terhadap anak-anak mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain
di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Betapa besar pengaruh contoh dan
perilaku orang tua pada anak, terlebih bagi anak yang usia 3-5 tahun.
Perkataan, cara bicara, dan perilaku lain, juga cara mengungkapkan marah,
gembira, sedih dan lain-laindipelajari pula dari orang tuanya. Maka dari itu,
akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya banyak bergantung pada
sikap orang tua.[8]
5.Aspek Tarbawi
1.
Keluraga(
orang tua) dapat memposisikan diri sebagai pendidik(guru)
2.
Posisi
pertama dalam mendidk anak adalah dalam lingkungan keluarga
3.
Keluarga
sebagai madrasah digunakan untuk menanamkan dasar pendidikan moral dan
memberikan dasar keagamaan
4.
Keluarga
dijadikan sebagai wahana pendidikan luar yang paling ampuh dalam pendidikan
agama(madrasah).
5.
Peran
orang orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh pada perkembangan anak.
PENUTUP
Kesimpulan
Pada hadis tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga merupakan lembaga pertama yang
diperoleh anak untuk mengajarkan pendidikan moral dan dasar-dasar keagamaan,
kelurga wajib membimbing, mendidik, dan memelihara anak agar menjadi dewasa
yang baik. Setiap perbuatan, tingkah laku kelurga dijadikan acuan oleh anak,
sehingga dalam kelurga harus memberikan pendidikan-pendidikan yang baik.
Keluarga menjadi madrasah pertama sebelum anak lahir di dunia.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahmud, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, Jakarta:Akademia permata,
2013
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam,
Penerbit Erlangga
An-Nahlawi abdurrahman, prinsip-prinsip dan metoda pendidikan islam dalamkeluarga, di sekolah dan di madrasah,
Bandung:CV di ponegoro, 1996
Fahmi Asma Hasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Majid Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004
[1]Mahmud, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta:Akademia permata,
2013), hlm 127-128
[2]Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, ( Penerbit Erlangga), hlm 79
[3]Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), hlm 40
[4]Abdurrahman An-Nahlawi, prinsip-prinsip dan metoda pendidikan
islam dalamkeluarga, di sekolah dan di
madrasah, (Bandung:CV di ponegoro, 1996), hlm 227
[5] Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm139
[6]Mahmud , Op. Cit, hlm 133-135
[7]http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/biografi_open.php?imam=ahmad diakses pada tanggal 23 februarai 2015
[8]Mahmud, Op. Cit, hlm 137
Tidak ada komentar:
Posting Komentar