VISI MISI MANUSIA
“KHALIFAH DI MUKA BUMI” Q.S Al-baqarah (2: 30)
Qory’ Ikrima (2021114256)
Kelas : B
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak dulu manusia sudah diciptakan oleh Allah pada awalnya menjadi
umat yang akan menjadi pemimpin di surga. Manusia akan menjadi pemimpin
malaikat dan setan, akibatnya setanpun cemburu, dan berbuat murka dan tidak
patuh terhadap Allah. Seiring berjalannya waktu, setanpun berhasil mempengaruhi
manusia untuk melanggar aturan dari Allah swt, sehingga manusia dapat hukuman
untuk diturunkan di dunia. Para malaikat khawatir, bahwa umat manusia(keturunan
adam) akan membuat kerusakan di bumi. Padahal para malaikat merupakan makhuk
yang selalu bertasbih, mensucikan Allah. Ketidaktahuan para malaikat dan
kekhawatiran para malaikat itu menjadi hilang setelah mendapatkan penjelasan
dari Allah bahwa Alla lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para
malaikat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Khalifah
Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang
datang sesudah siapa yang datang sebelumnya atau orang yang mengganti orang
sebelumnya.[1]
Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini dalam arti yang
menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan
ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan
manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji
manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang
menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.
B.
Q.S Al-baqarah (2: 30)
Artinya
: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
C.
Penjelasan Ayat
1.
Tafsir Ibnu Katsir
Dalam tafsir Ibnu Katsir Allah swt memberitahukan tentang karunia
yang dia anugerahkan kepada anak cucu adam berupa kehormatan bagi mereka di
mana Allah membicarakan perihal mereka di hadapan para malaikat sebelum mereka
diciptakan. Yang jelas bahwa yang dikehendaki oleh Allah bukan hanya Adam saja.
karena jika yang dimaksud hanya Adam, niscaya tidak tepat pertanyaan Malaikat
di dalam Ayat tersebut.
Ucapan Malaikat tersebut bukan merupakan penentangan kepada Allah
Swt, bukan pula kedengkian terhadap anak cucu adam sebagaimana yang disalah fahami
oleh sebagian ahli tafsir, karena Allah telah menyifati para malaikat sebagai
makhluk yang tidak pernah mendahulukan-Nya dengan ucapan. Artinya, mereka tidak
menanyakan sesuatu yang tidak dia izinkan. Disini, tatkala Allah memberitahukan
kepada mereka bahwa dia akan menciptakan makhluk di bumi, maka menurut Qatadah
para malaikat telah mengetahui bahwa mereka akan melakukan kerusakan dimuka
bumi. Lalu malaikat bertanya : “Mengapa engkau hendak menjadikan...dan
menumpahkan darah?” pertanyaan malaikat ini hanya dimaksudkan untuk meminta
penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat didalamnya. Seakan-akan
para malaikat itu mengatakan : “Wahai Rabb kami, apakah hikmah di balik
penciptaan mereka, sedang diantara mereka ada orang-orang yang akan membuat
kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah? Seandainya engkau bermaksud agar
mereka hanya beribadah kepada-Mu, maka akan senantiasa bertasbih dengan memuji
dan menyucikan-Mu, yakni bershalawat atasmu, sebagaimana akan dijelaskan. Yakni
tidak akan muncul hal- hal buruk semacam itu muncul dari kami, lalu mengapa
tidak cukup kami saja (yang engkau ciptakan untuk hanya beribadah kepada-Mu).[2]
2.
Tafsir Al-Maraghi
Berdasarkan pengertian ayat inilah para
Malaikat mengajukan pertanyaan kepada Allah secara dialogis mengenai masalah
ini. Dan atas dasar pengertian ayat ini dapat disimpulkan bahwa Adam itu
bukanlah jenis makhluk berakal pertama yang ada di bumi ini. Jauh sebelum Adam
sudah ada makhluk berakal lainnya sebagaimana setelah diisyaratkan melalui ayat
tersebut yang menyangkut pertanyaan para Malaikat.
Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula
pengertian pengangkatan sebagian manusia diberi wahyu oleh Allah tentang
syariat-syariat- Nya. Pengertian khalifah ini juga mencakup seluruh
makhluk(manusia) yang berciri mempunyai kemampuan berpikir yang luar biasa,
sekalipun kita tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah jenis terakhir ini,
termasuk tidak mengetahui bagaimana prosesnya. Ringkasnya, manusia dengan
kekuatan akal, ilmu pengetahuan dan daya tangkap mereka belum bisa diketahui
secara jelas sampai sejauh mana kemampuan yang sesungguhnya.
øÎ)ur tA$s%
/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y`
Îû
ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz
(
Artinya:
“katakanlah wahai Muhammad terhadap kaummu cerita pembicaraan Allah kepada para
malaikat. Sesungguhnya kami akan menjadikan Adam sebagai khalifah dan pengganti
makhluk lain yang dulu menghuni bumi. Mereka itu telah musnah karena saling
menumpahkan darah. Sekarang Adam adalah pengganti mereka. Sebagian mufassir
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khalifah disini ialah sebagai pengganti
Allah dalam melaksanakan perintah-perintah- Nya kepada manusia. Karenanya,
istilah yang mengatakan manusia adalah khalifah Allah di bumi”. Sudah sangat
populer. Dan sebagai dalilnya adalah firman Allah kepada Nabi Daud berikut ini
:
Artinya : “ Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi...” (Shadd 38 : 26)
Pengangkatan khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan
sebagian manusia yang diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat – Nya.
Pengertian khalifah ini juga mencakup seluruh makhluk(manusia) yang berciri
mempunyai kemampuan berpikir yang luar biasa, sekalipun kita tidak mengerti
secara pasti rahasia khalifah jenis terakhir ini, termasuk tidak mengetahui
bagaimana prosesnya.
Artinya : Apakah tuhan akan menciptakan makhluk yang kebiasaannya
membunuh antara sesama tanpa hak itu sebagai khalifah di bumi?
Artinya : Apakah
tuhan hendak menjadikan seseorang yang sifatnya demikian itu sebagai khalifah?
Sedangkan kami(para malaikat) adalah makhluk-Mu yang ma’sum (terpelihara
dari kesalahan).
Artinya : Tuhan berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya aku
mengetahui maslahah yang terkandung dalam pengangkatan khalifah yang tidak
diketahui kalian.
Ayat diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa hendaknya hal ini dapat dijadikan sebagai petunjuk
bagi para malaikat agar mengetahui bahwa segala perbuatan Allah Swt itu pasti
mengandung hikmah dan kesempurnaan yang mutlak, sekalipun bagi para malaikat
masih tampak samar.[3]
3.
Tafsir Al-Azhar
Tuhan menyebut di
dalam Al-qur’an tentang adanya makhluk Allah bernama Malaikat. Disebutkan
pekerjaan atau tugas mereka, ada yang mencatat amalan makhluk setiap hari, dan
mencatat segala ucapan, ada yang membawa wahyu
kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi, ada yang menjadi duta-duta(safarah)
yang memelihara Al-Qur’an, ada yang memikul arsy Tuhan, ada yang menjaga surga
dan ada yang menjaga neraka dan ada yang siang malam berdoa dan banyak lagi
yang lain.
Orang-orang di jaman
jahiliyah mencoba menggambarkan Malaikat itu sebagai manusia dan merekapun
menentukan jenisnya, yaitu perempuan. Ini dibantah keras oleh Al-qur’an, maka
tidaklah pantas makhluk gaib itu ditentukan jenis kelamin jantan atau
betinanya. Seperti itulah yang tersebut dalam Al-Qur’an dan dijelaskan pula
oleh hadits-hadits bahwa Malaikat-malaikat itu memberikan ilham yang baik
kepada manusia, dan menimbulkan keteguhan semangat dan iman.
Syaikh Muhammad Abduh
seketika menafsirkan ayat ini berkata : “Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa di
dalam batin segala yang tercinta ini memang tersembunyi kekuatan-kekuatan besar
yang menjadi sendi dari kekuatan dan kerapiannya, yang tidak mungkin dipungkiri
sedikitpun oleh orang yang mempergunakan akal. Orang yang tidak beriman kepada
wahyu, mungkin keberatan menamainya Malaikat, sebab itu setelah menamainya tenaga
alam atau Natuurkrachten tetapi sudah nyata bahwa mereka tidak dapat
memungkiri dengan akal sehat akan adanya makhluk itu, yang di dalam agama
dinamai Malaikat. Namun hakikatnya hanyalah satu. Adapun orang yang berakal
tidaklah nama-nama itu mendidingnya buat
sampai kepada yang dinamai.” [4]
D.
Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam surat Al-baqarah ayat 30 dijelaskan bahwa manusia ditunjuk
oleh Allah swt untuk menjadi khalifah(pemimpin) di bumi, meskipun penunjukan
Allah tersebut mendapat protes dari para malaikat dengan menyebutkan perilaku
buruk manusia yang tidak pantas disandang oleh seorang khalifah sehingga terjadi
dialog yang cukup seru antara Allah dan malaikat. Dari dialog inilah kita dapat
mengidentifikasi beberapa sikap khalifah yang semestnya dmiiliki oleh setiap
manusia diantaranya sebagai berikut :
1. Tidak berbuat kerusakan baik kerusakan
fisik(menebang hutan secara illegal) maupun kerusakan mental(menjerumuskan diri
ke dalam dunia narkoba)
2. Gemar beribadah kepada Allah swt dan selalu
berbuat kebaikan kepada sesama, sehingga kehidupan di muka bumi dapat berjalan
dengan damai, adil, dan sejahtera.
3. Hendaknya kita selalu berusaha memakmurkan
bumi dan menjaganya dari hal-hal yang dapat merusak kehidupan penghuninya.
E. Aspek
Tarbawi
1. Allah swt memberi karunia kepada manusia
untuk menjadi khalifah dimuka bumi
2. Setiap manusia
memilki kemampuan luar biasa yang diberikan Allah Swt
3. Ketetapan yang
Allah buat mengandung hikmah dan kesempurnaan yang mutlak.
BAB III
PENUTUP
Dari makalah
tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia di
muka bumi ini adalah untuk menjadi Khalifah. Meskipun demikian, penunjukan
Allah tersebut mendapat protes dari para malaikat dengan menyebutkan perilaku
buruk manusia yang tidak pantas disandang oleh seorang khalifah sehingga terjadi
dialog yang cukup seru antara Allah dan malaikat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Musthafa Ahmad. 1992. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT. Karya Toha
Putra.
Al-Mubarakfuri,
Syaikh Shafiyyurrahman. 2000. Shahih
Tafsir Ibnu Katsir. Bogor : Pustaka
Ibnu Katsir.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2007.
Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta : Pustaka Azzam.
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT. Pustaka
Panjimas.
BIODATA
Nama
: Qory’ikrima
Tempat
tanggal lahir : Pemalang, 4 Maret 1996
Alamat
: Pedurungan barat Rt 02/05 kecamatan Taman- Pemalang
Motto
: jadilah dirimu sendiri J
[1]Syaikh Imam
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007)hlm.585.
[2]Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir,
2000) hlm. 198-200.
[3] Ahmad
Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi (Semarang : PT. Karya Toha
Putra, 1992) hlm. 135-137.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar