MEMAHAMI TUJUAN PENDIDIKAN
BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH (QS. AL-ASHR
1-3)
MEMAKMURKAN KEHIDUPAN (QS. AR-RUUM 9)
Nilla Kamila
NIM. (2418024)
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, oleh karena itu kami dapat menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi
yang berjudul Memahami Tujuan Pendidikan, Beriman dan Beramal Shalih serta
Memakmurkan Kehidupan, sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT dan
sekaligus tanggung jawab dan kewajiban kami dalam mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini nyajikan materi yang
berisi tentang Beriman dan Beramal Shalih serta materi tentang Memakmurkan kehidupan. Sehingga makalah dapat
digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan pembaca. Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih terdapat
kelemahan dan kekurangan. Olehy karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bias menjadi acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Pekalongan,
11 Maret 2019
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan pendidikan adalah keharmonisan
antara dua aspek kehidupan manusia yaitu kehidupan individual dan social, serta
kehidupan duniawi dan ukhrawi[1].
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah
proses transformasi pengetahuan menuju kea rah perbaikan, penguatan,
penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan
bisa dilakukan dimana saja manusia itu mau, dan mampu melakukan proses
pendidikan. Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim baik secara individu maupun secara kelompok.
Pendidikan dalam islam adalah bentuk
realisasi dari kewajiban menuntut ilmu yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan
oleh Rasulullah SAW maka mengamalkannya adalah merupakan suatu ibadah yang
diganjar pahala oleh Allah SWT. Dalam islam, tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan adalah membentuk manusia paripurna yang memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual sekaligus[2].
- Rumusan
Masalah
1. Beriman
dan Beramal Shalih
a. Bagaimana
Pengertian dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih?
b. Bagaimana
Hakikat Beriman dan Beramal Shalih dalam surah Al-Ashr ayat 1-3?
2. Memakmurkan
Kehidupan
a. Bagaimana
pengertian Hakikat Memakmurkan Kehidupan?
b. Bagaimana
hakikat Memakmurkan Kehidupan dalam surah Ar-Ruum ayat 9?
- Tujuan
Penulisan
1. Dapat
mengetahui pengertian dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih serta kaitan Beriman
dan Beramal Shalih dengan surah Al-Ashr ayat 1-3
2. Dapat
mengetahui pengertian dan hakikat Memakmurkan Kehidupan serta kaitan
Memakmurkan Kehidupan dengan surah Ar-Ruum ayat 9
BAB
II
PEMBAHASAN
- Beriman
dan Beramal Shalih (QS. Al-Ashr 1-3)
A. Pengertian
dan Hakikat Beriman dan Beramal Shalih
Term Iman berasal dari bahasa Arab dari
kata dasar amana yu’minu imanan artinya percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia
artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu itu memang benar adanya. Pengertian
Iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh
keyakinan,tidak bercampur syak (keraguan), serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari[3].
Amal Shalih terdiri dari dua kata yang
masing-masing mempunyai arti sendiri. Amal adalah semua perbuatan yang
dikerjakan dengan niat tertentu, sedangkan kata Shalih berati kebaikan. Dua
kosa kata inilah kemudian berpadu menjadi Amal Shalih, jadi dapat disimpulkan
bahwa amal shalih dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bernuara kepada
kebaikan dalam kehidupan manusia secara luas[4].
B. Hakikat
Beriman dan Beramal Shalih serta Kaitannya dengan surah Al-Ashr ayat 1-3
Seringkali Allah menggandengkan iman dan
amal shalih dalam ayat-ayat Al-Quran. Ini mendedikasikan bahwa kedua perkara
tersebut sangat berkaitan erat. Orang yang beramal shalih akan diterima ketika
amal tersebut dilandasi dengan keimanan
yang benar bagaimana petunjuk Allah Ta’ala dan sunah Rasul-Nya.
Kata Iman sering diikuti amal shalih,
banyak sekali dalam ayat-ayat Al-Quran yang mengandung bahasan tentang Iman dan
Beramal shalih seperti surah Al-Ashr
ayat 1-3 yang berbunyi
وَالْعَصْرِ
(١) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(٣ )ِ
Artinya :
Demi masa (1) Sesungguhnya manusia
benar-benar berada dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang ynag beriman dan
mengerjakan amal shalih dan saling menasihati tentang kebenaran serta saling
menasihati tentang kesabaran (3)
Quran surah Al-ashr ini tergolong surat
pendek namun sarat makna. Ia berisi risalah Islam tentang pentingnya waktu,
iman, amal dam shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena ia takkan kembali. Waktu luang
wajib diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, jangan disia-siakan.
·
Tafsir Ibnu
Katsir Surah Al-Ashr:
‘Amr bin Ash pernah diutus untuk menemui
musailamah al kazab. Hal itu berlangsung setelah pengutusan Rasulullah SAW dan
sebelum ia (Musailamah ) masuk islam. Musailamah bertanya kepada ‘Amr bin Ash
“apa yang yang telah diturunkan kepada sahabatmu ini (Rasulullah) selama ini?”.
Dia menjawab “telah diturunkan kepadanya satu ringkas surat namun sangat
padat”. Dia bertanya “surat apa itu?”. Dia (‘Amr) menjawab : “wal ‘ashr…..[hingga
akhir surat]. Kemudian Musailamah berpikir sejenak, kemudian berkata, “Dan
telah diturunkan pula kepadaku yang sepeti itu” ‘Amr bertanya “apa itu?”
musailamah menjawab “ya wabr ya wabr wainnama anta udzunaani washadr wasaa ‘iruka hafrun naqar(hai
marmot, sesungguhnya engkau punya dua telinga dan dada. Dan semua jenis kamu
suka menggali dan melubangi)”. Kemudian dia bertanya “bagaimana hai pendapatmu
‘Amr?” Amr menjawab, “Demi Allah sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa sesungguhnya aku mengetahui kamu adalah
pendusta.”[5]
Al-Ashr
berarti masa atau waktu yang didalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam
berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Allah Ta’ala bersumpah
dengan masa tersebut manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan
binasa, kecuali :
1.
Orang yang
beriman
2.
Mengerjakan Amal
Shalih
3.
Saling
menasihati dalam kebenaran
4.
Nasihat-Menasihati
supaya menetapi kesabaran
- Memakmurkan
Kehidupan (QS. Ar-Ruum: 9)
A. Pengertian
dan Hakikat Memakmurkan Kehidupan
Memakmurkan memiliki atau berasal dari
kata dasar makmur. Memakmurkan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga
memakmurkan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman atau
pengertian dinamis lainnya. Dalam KBBI Memakmurkan berarti membuat (menyebabkan,
menjadikan) makmur, sedangkan Kehidupan memiliki kata dasar hidup yang berarti
masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya. Sedangkan kehidupan
berasal dari kata dasar hidup, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
hidup memiliki arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana
mestinya. Memakmurkan kehidupan
yaitu menjadikan kehidupan sejahtera
dan serba berkecukupan. Memakmurkan kehidupan merupakan wujud dari
tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan, dan agar tujuan tersebut bisa dicapai perlu adanya system dan
proses pendidikan yang baik.
Berikut surat Ar-Ruum
ayat 9
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً
وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم
بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya :
"Dan
apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan
bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang
itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah)
serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan
telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri."
B. Tafsir
Surah Ar-Rum ayat 9
Pada
ayat ini, Allah memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan
perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dari negeri-negeri yang lain
yang berada di sekitar Jazirah Arab. Dalam perjalanan tersebut, mereka melalui
negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah, karena penduduknya mendustakan
rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka, seperti negeri kaum 'Ad, Samud,
Madyan, dan sebagainya. Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat
peradabannya, lebih perkasa dan kuat dari kaum musyrik Quraisy. Umat-umat
dahulu itu telah sanggup mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang
mereka lakukan. Akan tetapi, umat-umat itu mengingkari dan mendustakan para
rasul yang diutus Allah kepada mereka, sehingga mereka dihancurkan Allah dengan
bermacam-macam malapetaka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin
kencang, dan sebagainya. Demikianlah sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang
yang mengingkari agama-Nya dan sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang
yang mendustakan para rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang
mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah telah menetapkan yang
demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya. Ayat
ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana pun dan kapan pun
mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan
kehidupan, dan mengetahui tujuan Allah menciptakan manusia. Manusia diciptakan
Allah dengan tujuan yang sama, sejak dahulu kala, saat ini, dan juga pada masa
yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadah
kepada-Nya. Barang siapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang
digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya
tidak akan diridai Allah. Oleh karena itu, bagi mereka berlaku pula sunah Allah
di atas. Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak bermaksud
menganiaya orang-orang kafir dengan menimpakan azab kepada mereka. Akan tetapi,
mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan rasul
dan mendurhakai Allah
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa
·
Dalam surat
Al-Ashr ayat 1-3 mengandung masa yang dimana masa itu berlangsung aktivitas
manusia, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Allah Ta’ala bersumpah
dengan masa tersebut manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan
binasa, kecuali :
1. Orang
yang beriman
2. Mengerjakan
Amal Shalih
3. Saling
menasihati dalam kebenaran
4. Nasihat-Menasihati
supaya menetapi kesabaran
·
Dalam surat
Ar-Rum dijelaskan bahwa tujuan daripada penciptaan manusia khalifah dibumi yang
dapat memakmurkan bumi dan kehidupan serta beribadah kepada Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasib,
Muhammad Ar-Rifai. 1989. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4. Riyadh: Maktabah
Ma’rifiyah
Nasib,
Muhammad Ar-Rifai. 1989. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 3. Riyadh: Maktabah Ma’rifiyah
HD,
Kaelany. 2000. Iman, Ilmu dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta
Suteja.
2012. Tafsir Tarbawi ke Pengantar Tafsir Tarbawi. Cirebon: Nurjati Press
Yusran.
Amal Saleh: Doktrin Teologi dan Sikap Sosial,( http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adyan/article/download/1338/1309)
diakses pada tanggal 3 maret 2019 pukul 14.17
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Nilla Kamila
Tempat
tanggal lahir : Batang, 30 Maret 2000
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama ` :
Islam
Alamat
: Dk. Tunggoro RT.15 RW.05 Desa Getas
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Jawa Tengah
[1] Suteja, Tafsir Tarbawi ke Pengantar Tafsir
Tarbawi(Cirebon: Nurjati Press, 2012), hlm. 5
[2] “Tujuan Pendidikan Dalam Islam” (https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Al-Bayan/article/download/1670/1128)
[3] Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000,
hlm. 58
[4] Yusran ,Amal Saleh: Doktrin Teologi dan
Sikap Sosial,( http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adyan/article/download/1338/1309
)
[5]
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Kemudahan
dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, 1989: Maktabah Ma’rifiyah, Riyadh, hlm. 1042
Tidak ada komentar:
Posting Komentar