Tanggungjawab
Sosial
Disusun guna
Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad hufron, M.S.I
Disusun Oleh:
Kelas G
Naelul Izah 2021110324
JURUSAN
TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini akan membahas tanggungjawab sosial. Sebagai
makhluk sosial, hidup bermasyarakat adalah perkara yang tidak dapat kita
hindari dalam kehidupan ini. Tentu dengan segala konsekwensi yang terdapat di dalamnya.
Adanya berbagai problem dalam kehidupan bermaysrakat bukan merupakan alasan
bagi seseorang untuk menghindar, lalu menarik diri untuk bergaul di tengah
masyrakatnya. Hidup ini bagaikan mengarungi samudera bersama-sama dalam perahu
besar, kita memiliki andil dalam menjaga keselamatan bersama.
Kebebasan individu hendaknya terbingkai dengan kemaslahatan umum.
A.
HADITS
عَنِالنُّعْمَانَ
بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا : عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :﴿ مَثَلُ
الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ
اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ
أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ
مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا
خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا
هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا﴾ (رواه البخارى في الصحيح، كتاب الشركة،باب
هل يقرع في القسمة والستهام فيه)
B.
TERJEMAH
Artinya:
“Diriwayatkan fari Al-Nu’man bin Basyir r.a.: Nabi saw pernah
bersabda, “Pengibaratan orang yang menaati perintah dan larangan Allah dengan
orang yang mengingkarinya adalah seperti orang-orang yang melakukan pengundian
untuk memperoleh tempat duduk di dalam perahu, sebagian dari mereka duduk di
bagian bawah. Pada saat orang-orang yang duduk di bawah membutuhkan air, mereka
harus naik ke atas mengambil air (dan menyusahkan orang lain). Maka mereka
berkata, “Sudahlah, kita lubangi saja bagian kapal yang kita tempati ini (dan
mengambil air dari sini) agar tidak menyusahkan orang-orang yang berada di atas
kita”. Maka seandainya mereka yang berada dia atas membiarkan mereka (yang
berada di bawah) melaksanakan niatnya, niscaya mereka semua akan tenggelam dan
jika mereka (yang di atas) mencegah mereka (yang di bawah), niscaya mereka
semua akan selamat.”[1]
C.
MUFRODAT
مَثَلُ الْقَائِمِ PENGIBARATAN
حُدُودِ اللَّهِ HUKUM ALLAH
سَفِينَةٍ PERAHU
هَلَكُوا TENGGELAM
D.
BIOGRAFI PERAWI
An-Nu’man bin Basyir bin Ka’ab Al Khazraji Al Anshari, lahir 14
bulan setelah hijriah. Dia adalah orang anshar pertama yang lahir setelah Nabi
hijrah ke Madinah. Bapaknya adalah seorang shahabiyah r.a. nabi meninggal
ketika dia berumur 8 tahun yang saat itu sedang tinggal di Syam. Muawiyah
mengangkatnya sebagai pemimpin Hims. Dan ditetapkan kepemimpinannya oleh Yazid
bin Muawiyah. An-Nu’man adalah orang yang pemurah dan ahli syair. Dia dibunuh
disebelah kampung di Hims karena dia menyerukan untuk membaiat Abdullah bin
A-Zubair pada tahun 56 H. Al-Bukhori meriwayatkan hadits darinya sebanyak 6
hadits dan haditsnya yang termaktub dalam kitab-kitab hadits sebanyak 114
hadits.[2]
E.
KETERANGAN
HADITS
Sebagai makhluk sosial, hidup
bermasyarakat adalah perkara yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan ini.
Tentu dengan segala konsekwensi yang terdapat di dalamnya. Adanya berbagai
problem dalam kehidupan bermasyarakat bukan merupakan alasan bagi seseorang
untuk menghindar, lalu menarik diri untuk bergaul di tengah masyarakatnya. Selain
hal tersebut dapat dikatagorikan sebagai tindakan yang mengabaikan kebutuhan
fitrah manusia, sifat tersebut juga boleh dikatakan sebagai bentuk lari dari
tanggung jawab. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup membaur di tengah
msyarakatnya dan sabar menghadapi berbagai konseksenwensi yang harus
ditanggungnya.
Rasulullalh saw bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ
النَّاسَ ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ، أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لا
يُخَالِطُ النَّاسَ ، وَلا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Seorang mu’min yang bergaul di tengah
masyarakatnya dan sabar terhadap gangguan mereka, lebih baik dari mu’min yang
tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka.”
(HR. Ahmad dan Bihaqi. Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits
Ash-Shahihah, no. 939)
Hadits di atas memberikan pelajaran yang
sangat berarti kepada kita sebagai bekal untuk memahami posisi dan apa yang
seharusnya kita sikapi terhadap persoalan kemasyarakatan. Di antaranya;
1.
Hidup ini
bagaikan mengarungi samudera bersama-sama dalam perahu besar
Maka setiap
kita memiliki andil dalam menjaga keselamatan bersama. Kebebasan individu
hendaknya terbingkai dengan kemaslahatan umum.
2.
Kebaikan dan Keburukan selalu ada di tengah
masyarakat
Mengenai kebaikan, saking kuatnya Allah hendak menegaskan perkara ini,
Rasulullah saw menyatakan bahwa jika di suatu kaum tidak ada yang berbuat dosa,
Allah akan mengganti mereka dengan kaum lain yang berbuat dosa. Agar tampak
salah satu keagungan Allah Ta’ala sebagai Maha Pengampun. Sedangkan keburukan,
jika hal tersebut ada pada orang lain, dia adalah kesempatan bagi kita untuk
berbuat baik dengan mengajaknya pada jalan kebaikan. Adapun jika dia ada pada
diri kita, itu adalah kesempatan bagi kita untuk bertaubat dan mohon ampunan kepada
Allah. Betapa Allah Ta’ala sangat senang dengan hamba-Nya yang suka mengajak
kebaikan dan bertaubat kepada-Nya.
3.
Pentingnya
membangun komunikasi yang sehat
Para penumpang yang berada di geladak kapal tentu tidak hrus mengambil
keputusan seperti itu, kalau mereka mampu mengkomunikasi-kannya dengan
penumpang yang berada di atas. Begitu pula halnya jika penumpang yang di atas
tanggap dan komunikiatif dengan kebutuhan dan keinginan penumpang yang di
bawah.
Banyak sekali
permasalahan yang muncul akibat tersumbatnya komunikasi. Mulai dari
kesalahpahaman hingga pertikaian.
4.
Pelanggaran kecil dapat memicu
bencana besar. Bencana besar selalu diawali dengan pelanggaran kecil
Segala sesuatu biasanya bermula dari perkara kecil atau yang kita anggap
kecil. Termasuk dalam masalah pelanggaran. Pelanggaran kecil jika kita biarkan
terus menerus akan membesar. Hal ini Rasulullah saw tamsilkan dalam hadits
riwayat Imam Ahmad, bagaikan orang yang mengumpulkan sebatang demi sebatang
kayu bakar yang lama kelamaan dapat menjadi tungku api.
5.
Solusi instan tidak akan
menyelesaikan masalah
Para penumpang kapal yang di bawah berpikir sederhana, jika mereka lobangi
kapal, maka problem kekurangan air akan segera teratasi. Di sini sangat tampak
betapa mencari silusi instan bagi sebuah problem tidak akan menyelesaikan
masalah.
6.
Pentingnya
menjadi unsur perbaikan di tengah masyarakat
Rasulullah saw mengisyaratkan dalam hadits di atas, apabila tindakan
penumpang di bawah yang ingin melobangi kapal tidak dicegah, maka bencana akan
menimpa semua penumpang, sedangkan jika dicegah, maka semuanya akan selamat.
Siapapun kita, semuanya dituntut untuk memiliki andil dalam menjaga
kehidupan bermasyarakat yang kondusif bagi nilai-nilai kebaikan. Salah satunya
adalah dengan berperan menebar kebaikan dan pencegah kemunkaran.
F.
ASPEK
TARBAWI
Islam telah banyak membekali kita dengan seperangkat ajaran tentang
bagaimana kita menempatkan diri dengan tepat di tengah masyarakat. Hadits ini
mengajarkan kita untuk menyeimbangkan antara kehidupan sosial dan pribadi.
Meskipun adanya problem dalam kehidupan bermasyarakat bukan merupakan alasan
bagi seseorang untuk menghindar, lalu menarik diri untuk bergaul di tengah
masyrakatnya.
BAB III
PENUTUP
Sebagai
manusia, kita diciptakan sebagai makhluk sosial yang diharuskan saling
berkomunikasi dengan sesama manusia. Islam telah membekali kita dengan seperangkat ajaran tentang bagaimana kita menempatkan diri dengan
tepat di tengah masyarakat. Tak hanya masalah pribadi yang dikedepankan, namun
sebagai makhluk soaial kita juga harus mengutamakan kehidupan
bermasyarakat. Kita juga dituntut untuk
memiliki andil dalam menjaga kehidupan bermasyarakat yang kondusif bagi
nilai-nilai kebaikan. Salah satunya adalah dengan berperan menebar kebaikan dan
pencegah kemunkaran.
DAFTAR PUSTAKA
Imam Al Zabidi, Ringkasan Sahahih Al Bukhori, halaman. 454
Musthofa Dieb Al Bugha, Syeikh Muhyiddin Mistu, Al-Wafi’, halaman.
474
[1] Imam Al Zabidi, Ringkasan Sahahih Al Bukhori (Mizan: Bandung,
1997) hlm. 454
[2] Musthofa Dieb Al Bugha, Syeikh Muhyiddin Mistu, Al-Wafi’ (Al
Kautsar: Jakarta, 2002) hlm. 474
M. Lendra 2021110299 G
BalasHapusBagaimanakah cara untuk mengatasi kesenjangan sosial dalam masyarakat masa kini, sehingga mengakibatkan minimnya sikap toleransi antar Suku dan Umat Beragama.
Berikan tanggapan anda.....
untuk mengatasi kesenjangan sosial baiknya dalam kehidupan bermasyarakat golongan menengah keatas maupun golongan menengah ke bawah saling menghargai satu sama lain. Kemudian menumbuhkan sifat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga akan menciptakan kehidupan yang rukun. Dalam menjalani hal tesebut sangat dibutuhkan suatu kesadaran dari dalam diri masing-masing masyarakat bahwa hakekatnya manusia itu diciptakan untuk hidup saling berdampingan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Tidak peduli status yang melekat pada dirinya.
Hapus2021110312
BalasHapusMenurut komandan, sikap kita hidup dimasyarakat yang baik itu seperti apa? Tolong jelaskan dengan analisa anda!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusmenurut saya, sikap kita hidup di masyarakat yang baik itu adalah kita tidak menghindar dari lingkungan sekitar, meskipun kita merasa tidak nyaman dengan sikap mereka atau kita mempunyai masalah yang membuat kita tak ingin bergaul.
Hapussaling menghargai dan menghormati satu sama lain, tidak membuat onar dalam masyarakat, jika ada yang bebuat salah, kita yang tau harus mengingatkan, saling membantu antar tetanggga.
dan bersikap baik kepada tetangga2.
M Teguh Bangun Setio
BalasHapus2021110289
Menurut pemakalah bolehkah kita memisahkan diri dari pergaulan dalam masyarakat saat kita merasa pergaulan tersebut dapat membawa kita kearah yang tidak baik,,,???
menurut saya,lebih baik kita tidak memisahkan diri dari pergaulan tersebut, karena hal seperti itu harusnya tidak dijadikan alasan bagi kita untuk menarik diri dari masyarakat, jika kita merasa bahwa pergaulan yang ada di sekitar kita itu buruk, maka kita harus bisa menjadi unsur positif bagi kehidupan bermasyarakat. sebagai makhluk sosial, kita mempunyai andil dalam menjaga keselamatan bersama.
Hapuskhoirul furqon
BalasHapus2021110327
1. maksud dari hadis di atas apa??
2. maksud dari tanggung jawab sosial sendiri apa maksudnya??bagaimana kita merealisasikannya??
ajaran Islam telah banyak membekali kita dengan seperangkat ajaran tentang bagaimana kita menempatkan diri dengan tepat di tengah masyarakat. hadits di atas mengajarkan sedikit tentang bagaimana membaur di tengah-tengah masyarakat.
Hapustanggungjawab sosial sendiri yang saya pahami adalah ketika kita hidup di masyarakat, berarti kita harus membaur dengan masyarakat sekitar,kita tidak boleh hidup secara individual,namun kita dituntut untuk lebih saling mendekatkan diri. mungkin dengan cara saling tolong menolong antar tetangga, mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. jangan sampai ada saling salah sangka, jalinlah perasaan saling mnyayangi satu sama lain, saling memahami.
2021110291
BalasHapusHormaaat grak...
Menurut komandan, apakah adanya stratifikasi sosial dimasyarakat mempengaruhi keharmonisan dalam hubungan sosial?
Tegaaap grak...
laporan se' ra,....
Hapusbiasanya stratifikasi sosial mempengaruhi keharmonisan dalam hubungan sosial,karena pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise dapat membuat iri masyarakat lainnya yang tidak merasakan hal yang sama. sebagian masyarakat mendapat hak khusus, namun sebagian lagi tidak mendpat haknya secara adil, otomatis masyarakat yang tidak menerima haknya secara adil akan merasa tidak suka dengan masyarakat yang mendapat hak khusus, akhirnya keharmonisan antar masyarakat hilang sedikit demi sedikit dengan rasa iri tersebut.
Atina Mauila Safitri
BalasHapus2021110284
Bagaimana cara kita menyeimbangkan kehidupan sosial dengan pribadi?
Dan bagaimana peran pemakalah terhadap keadaan sosial masyarakat di sekitar tempat tinggal pemakalah?
Faidatul Aula
BalasHapusG
2021110316
bagaimanakah sikap yang dianjurkan Rasulullah SAW kepada umatnya dalam menyikapi stratifikasi sosial yang ada di masyarakat..?
Moh.Zuhrufi Sani
BalasHapus2021110322
G
Bagaimana cara menempatkan diri ketika di tengah-tengah masyarakat terdapat suatu konflik, dan apa hakikat dari tanggungjawab itu sendiri sebelum kita bertanggungjawab sosial kepada masyarakat? terimakasih..
jika kita mampu untuk menyelesaikan konflik tersebut, maka selesaikanlah. Siapapun kita, semuanya dituntut untuk memiliki andil dalam menjaga kehidupan bermasyarakat yang kondusif bagi nilai-nilai kebaikan. Salah satunya adalah dengan berperan menebar kebaikan dan pencegah kemunkaran.إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
Hapus“Sesungguhnya ada orang yang menjadi kunci pembuka bagi kebaikan dan kunci penutup bagi keburukan. Namun ada juga yang menjuadi kunci pembuka bagi keburukan dan kunci penutup bagi kebaikan. Beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci kebaikan ada di tangannya, dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci keburukan ada di tangannya”.
202109004
BalasHapusApa hukumannya bagi orang yg tidak melaksanakan tanggung jawabnya di masyarakat…??
hukuman yang diterima orang tersebut biasanya dia akan dikucilkan oleh masyarakat dan dia akan dianggap bukan bagian dari masyarakat tersebut.
Hapus2021110317
BalasHapustarmujiyanto (ka yan)
apa yang seharusnya kita sikapi terhadap persoalan kemasyarakatan?
jelaskan dan di analisa menurut pemakalah? ...
hendaknya kita suka mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginan, perasaan, keyakinan dan sikap-sikap kita. Sebaliknya kita juga harus dapat menyerap keinginan, perasaan, keyakinan dan sikap-sikap pihak lain. Dari sana kita harapkan ada kesepahaman dan langkah bersama dalam menyikapi beberapa persoalan di tengah masyarakat.
HapusLia fitriana 2021110290 G
BalasHapusmenurut anda, bagaimana kita menanggapi orang yg tidak suka pd kita, pdhl kita tidak pnh berbuat salah pd mereka? beri kmntar anda!(dalam kasus ini org tsb iri krn kita "lebih" dr mrk).
harusnya jika memang kita merasa tidak mempunyai masalah dengan mereka, alangkah baiknya kita tetap menjalin komunikasi dengan mereka, mungkin dengan komunikasi orang yang tidak suka pada kita sedikit demi sedikit akan menghilangkan rasa tidak suka tersebut. di sisni meurut saya komunikasi sangat diutamakan karena dengan komunikasi keslahpahaman tidak akan terjadi. komunikasi sendiri tidak hanya dilakukan dengan lisan saja, namun juga dengan fisik, misalnya sikap kita terhadap tetangga dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan komunikasi lisan dengan tutur kata yang sopan.
HapusRasulullah dalam menjalin hubungan baik terhadap masyarakat sekitar, beliau menggunakan hati beliau yang selalu diliputi belas dan kasih sayang. Terutama kepada sesama mukmin.
Riskiyah (202110304)
BalasHapusBagaimana cara membangun komunikasi yang sehat dan baik sedangkan kedua orang tersebut sedang ada konflik,sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah untuk bisa akur kembali...????
Makasich.......
untuk mengatasi konflik yang seperti itu, mungkin seharusnya ada orang ketiga yang dapat mengakurkan kembali kedua orang tersebut. orang ketiga tersebut melakukan mediasi untuk mendamaikan mereka.
Hapuslaelatul murodah
BalasHapus2021110287
G
kenapa hidup bermasyarakat dikategorikan sbg kebutuhan fitrah manusia.....?jelaskan..
karena manusia merupakan makhluk sosial, di mana mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
HapusNailiyatul Maqsudah
BalasHapus2021110292
G
bagaimana seharusnya sikap kita terhadap tetangga??
sikap kita terhadap tetangga seharusnya saling menghargai dan menghormati. antara orang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, dan yang lebih tua juga harus menyayangi yang lebih muda. saling menghargai antara si miskin dan si kaya, agar tidak terjadi kesenjangan sosial. dan sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat kita harus menjalankan komunikasi yang sehat dan benar agar kesalahpahaman tidak terjadi. kita harus memperhatikan psikologi lawan bicara kita ketika akan menjalin komunikasi, seperti sabda rasul “Khâtibun-nâsa ‘ala qadri ‘uqûlihim” (Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektualitasnya).
Hapuskarena daya serap dan kemampuan otak seseorang berbeda-beda.
Jumaroh
BalasHapus2021110295
G
bagaimana seharusnya sikap kita, apabila kita hidup ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas dari mereka beragama non muslim....
maturnuwun
ada baiknya kita tetap harus menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain.Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. namun Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain dan jangan sampai kita mengikuti kebiasaan mereka yang berada di luar keyakinan kita. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita.
HapusAnna irhamna
BalasHapus2021110303
Bagaimana sih cara agar kita bisa hidup bersosialisasi dengan rukun?jelaskan,,,,,,,,,,,,
untuk menjalin kerukunan kita harus bisasaling bersimpati, dan selalu mengharap kebaikan bagi orang lain. Selain itu. berempati, mampu menyelami perasaan dan turut merasakan kesedihan maupun kesusahan orang lain.
Hapussaling menghargai dan menghormati satu sama lain, komunikasi tidak tersumbat, karena biasanya jika komunikasi tidak berjalan dengan lancar, maka yang terjadi akan ada kesalahpahaman hingga menimbulkan pertikaian.
Rif'atul Zami Izzati
BalasHapus202109002
Kelas G
Jaman sekarang orang-orang terlalu menggampangkan suatu masalah tanpa berfikir bagaimana akibat yang akan ditimbulkan. Bagaimana cara menumbuhkan kembali kesadaran tanggungjawab tiap individu untuk kepentingan bersama sehingga mampu menjadi ummat yang saling "menyelamatkan" ?
seperti yang telah dijelaskan dalam hadits, hidup ini bagaikan mengarungi samudera bersama-sama dalam perahu, setiap manusia mempunyai andil di dalamnya. mampukah kita mengemudikan perahu tersebut dengan baik dan benar sehingga bisa saling mnyelamatkan.
Hapusbegitu juga kita yang hidup di lingkungan masyarakat, ada kebaikan dan juga keburukan, keburukan jika ada pada seseorang, itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik dengan mengajak pada jalan yang benar. untuk menumbuhkan sikap bertanggungjawab, kita harus saling menasehati dan mengingatkan jika salah seorang dari kita melakukan kesalahan yang mengarah pada dosa, karena nabi Muhammad berpesan "hendaknya kalian menjauhi dosa-dosa sepele".
wido murni 2021110302
BalasHapusBagaimana menurut makalah kalau di desa anda atau dilingkuan sekitar anda tidak ada kegiatan sosial atau semacam'y apa yang akan anda lakukan..?