METODE
PENDIDIKAN SPECIAL
METODE “TANYA JAWAB”
Q.S.
AL-BAQARAH 2: 189
Nailu Rohmah
NIM. (2117076)
Kelas L
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
kelimpahan nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada kami,
sehingga kami diberikan kemudahan dapat
menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Tafsir Tarbawi yang
berjudul “Metode Pendidikan Special” sampai selesai. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.
Kami
menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami
sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan
datang dari pembaca adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian
makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan
makalah dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan,
November 2018
Penulis,
Nailu
Rohmah
NIM.
2117076
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………...iii
BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang…………………………………………………1
2. Rumusan
Masalah……………………………………………..1
3. Tujuan
Masalah………………………………………………... .2
BAB
II PEMBAHASAN
1. Hakikat
Metode Tanya Jawab…………………………………. 3
2. Dalil
Metode Perumpamaan berdasarkan Al-Qur’an………….. 5
3. Implementasi
Metode Tanya Jawab dalam Pendidikan……….. 9
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………………. 10
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………… 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Metode
merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga
pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka
akan sulit untuk mendapatkan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan penggunaan metode
mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan metode yang tepat
dalam belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor; keterampilan
guru belum memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan
dan kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang variatif.
Penting
metode dalam proses belajar mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode
bila tidak diiringi dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi maka metode
tinggalah metode. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam di dalamnya memuat
berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia.
Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman,
sumber inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya dalah hal yang
berkaitan dengan pendidikan.
2. Rumusan
Masalah
a. Apa Hakikat dari Metode Tanya Jawab?
b. Apa
Dalil Metode Tanya Jawab?
c. Bagaimana
Implementsi Metode Tanya Jawab dalam AL-Qur’an?
3. Tujuan
Makalah
a. Untuk
Mengetahui Hakikat dari Metode Tanya Jawab
b. Untuk
Mengetahui Dalil Metode Tanya Jawab
c. Untuk
Mengetahui Bagaimana Implementsi Metode Tanya Jawab dalam Al-Qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Metode Tanya Jawab
Menurut
bahasa, istilah metode berasal dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui
dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat diartikan cara
atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Arab, metode
dikenal dengan istilah thariqah dan juga sering diungkapkan dengan istilah al –
manhaj dan al – washilah yang berarti sistem dan perantara atau mediator.
Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa
diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[1]
Metode
tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena
guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.Dalam kegiatan belajar mengajar
melalui tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat dimulai pelajaran, pada
saat pertengahan dan pada akhir pelajaran.
Metode
tanya jawab ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar
pengetahuan setiap anak didik dalam suatu kelas, karena metode ini tidak
memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan.
Metode tanya jawab dapat dipakai oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara
umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan
pelajaran yang diberikan. Anak didik yang biasanya kurang mencurahkan
perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode ceramah akan
berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode tanya jawab.
Sebab anak didik tersebut sewaktu-waktu akan mendapatkan giliran untuk menjawab
suatu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.
Metode
tanya jawab ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar
pengetahuan setiap anak didik dalam suatu kelas, Karena metode tanya jawab
tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap pelajar untuk menjawab
pertanyaan. Hal itu disebabkan karena pelajar yang dapat menjawab pertanyaan
hanyalah pelajar yang maksimal dalam belajarnya.[2]
Untuk
menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang
bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertanyaan
harus singkat, jelas, dan merangsang berfikir.
2) Sesuai
dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan.
3) Memerlukan
jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian kecuali yang bersifat objektif tes
dapat menggunakan ya atau tidak.
4) Usahakan
pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai jawaban
beberapa alternatif.
Tujuan
Metode Tanya Jawab
·
Mengecek dan
mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang
dikuasai.
·
Memberi kesempatan
kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah
yang belum difahami.
·
Memotivasi dan
menimbulkan kompetensi belajar.
·
Melatih anak didik
untuk berfikir dan berbicara secara sitematis berdasarkan pemikiran yang
sebenarnya.[3]
B.
Dalil
Tentang Metode Tanya Jawab
Q.S Al-Baqarah Ayat 189:
يَسْأَلُونَكَعَنِالْأَهِلَّةِ
ۖ قُلْهِيَمَوَاقِيتُلِلنَّاسِوَالْحَجِّ ۗ
وَلَيْسَالْبِرُّبِأَنْتَأْتُواالْبُيُوتَمِنْظُهُورِهَاوَلَٰكِنَّالْبِرَّمَاتَّقَىٰ
ۗ وَأْتُواالْبُيُوتَمِنْأَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوااللَّهَلَعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ
Artinya: Mereka bertanya
kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda
waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang
yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Al-Baqarah, 2:189)
1. Tafsir
Al-Mishbah
Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit, mengapa bulan pada mulanya terlihat
seperti sabit, kecil, tetapi dari malam ke malam ia membesar hingga mencapai
purnama, kemudian mengecil dan mengecil lagi, sampai menghilang dari pandangan?
Katakanlah, “bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia, waktu dalam
penggunaan Al-Qur’an adalah batas akhir peluang untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
Ia adalah kadar tertentu dari masa ke masa. Dengan keadaan bulan seperti itu
manusia dapat mengetahui dan merancang aktivitasnya sehingga dapat terlaksana
sesuai dengan waktu yang tersedia, tidak terlambat, apalagi terabaikan dengan
berlalunya waktu, dan juga untuk pelaksanaan ibadah haji.
Kembali
kepada pertanyaan sahabat Nabi di atas, al-Qur’an tidak menjawabnya sesuai
dengan harapan mereka, tetapi memberi jawaban lain yang lebih sesuai dengan
kepentingan mereka. Hal serupa banyak terjadi dengan tujuan mengingatkan
padanya bahwa ada yang lebih wajar ditanyakan daripada yang diajukan. Memang
Al-Qur’an adalah salah satu bentuk pendidikannya adalah mengarahkan mereka
melalui jawaban-jawabannya.
Allah
menegaskan bahwa, bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya,
akan tetapi kebajikan ialah kebajikan orang yang bertakwa, atau kebajikan
adalah siapa yang menghindar dari kebiasaan dan pertanyaan yang serupa dengan
yang dinyatakan di atas dan dalam kondisi yang serupa pula. Karena itu masuklah
ke rumah-rumah itu dari pintunya. Bertakwalah kepada Allah, berarti laksanakan
tuntutan-Nya sepanjang kemampuan kamu dan jauhi larangan-Nya agar kamu
beruntung.[4]
2. Tafsir Jalalain
(Mereka menanyakan kepadamu) hai Muhammad,
(tentang bulan sabit). 'Ahillah' jamak dari 'hilal'. Pada permulaannya tampak
kecil tipis kemudian terus bertambah hingga penuh dengan cahaya. Lalu kembali
sebagaimana semula, maka keadaannya tidak seperti matahari yang tetap
(katakanlah) kepada mereka, ("Ia adalah tanda-tanda waktu); mawaaqiit
jamak dari miiqaat (bagi manusia) untuk mengetahui waktu bercocok tanam,
berdagang, idah wanita, berpuasa, dan berbuka mereka (dan bagi haji) diathafkan
atau dihubungkan kepada manusia, artinya untuk diketahui waktunya. Karena
seandainya bulan tetap dalam keadaan yang sama, tentulah hal itu tidak dapat
diketahui (Dan bukanlah kebaktian, jika kamu memasuki rumah-rumah dari
belakangnya) yakni di waktu ihram, dengan membuat lubang di belakang rumah
untuk tempat keluar masuk kamu dengan meninggalkan pintu.
Hal itu biasa mereka lakukan dulu dan mereka
anggap sebagai kebaktian, (tetapi kebaktian itu), maksudnya orang yang berbakti
(ialah orang yang bertakwa) kepada Allah dengan tidak melanggar
perintah-perintah-Nya, (dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya)
baik sewaktu ihram maupun pada waktu-waktu lainnya, (dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beroleh keberuntungan").[5]
3. Tafsir Al-Azhar
Mereka bertanya kepada engkau dari hal bulan
sabit. Katakanlah: dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan
untuk haji. (pangkal ayat 189). Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan
menanyakan apa yang berfaedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian.
Belia berikan jawaban yang sesuai dengfan kewajiban beliau sebagai Rasul,
sehingga kesanalah perhatian yang bertanya dibawa. Maka beliau katakanlah
bahwasanya bulan terbit dengan keadaan yang demikian itu membawa hikmat yang
penting sekali buat kita. Bulan sabit adalah untuki menentukan waktu bagi
manusia. Dengan bulan yang demikian halnya manusia dapat menentukan iddah
perempuan setelah bercerai, kapan waktu puasa, sampai pada waktu hari raya dan
mengeluarkan zakat sekali setahun, sampai kepada waktu mengerjakan haji.
Kemudian datanglah sambungan ayat: “dan tidaklah
kebajikan itu bahwa kamu masuk ke rumah kamu dari belakangnya, tetapi yang
kebajikan ialah barang siapa yang bertakwa”. Menurut penafsiran dari penafsir
Abu Ubaidah bahwa sambungan ini adalah senafas dengan yang sebelumnya, yaitu
kalau hendak masuk ke dalam rumahmu janganlah dari pintu belakang. Maksudnya
kalau hendak menanyakan sesuatu hal kepada seseorang hendaklah piulih soal yang
pantas dijawab . kalau hendak menanyakan mengapa bulan mulanya laksana sabit,
lama lama penuh dan khirnya kecil sebagai sabit lagi, janganlah hal itu
ditanyakan kepada Nabi, tetapi tanyakanlah pada ahli falak. Tetapi kalau
ditanyakan kepada Nabi apa hikmat yang dapat diambil dari peredaran bulan
demikian, akan dapatlah dijawab oleh Nabi menurut selayaknya dan dapat sepadan
dengan beliau. Selanjutnya Tuhan berfirman: “Dan datanglah ke rumah-rumah dari
pintu-pintunya, dan takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan.”
(ujung ayat 189).[6]
4. Tafsir Al-Maraghi
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
hikmah berbeda-bedanya bentuk hilal dan faedahnya. Kemudian Rasulullah menjawab
hilal itu adalah tanda-tanda bagi umat manusia di dalam menentukan urusan dunia
mereka. Dengan hilal tersebut mereka mengetahui waktu mana yang paling tepat
untuk melakukan cocok tanam atau berdagang. Hilal juga merupakan tanda-tanda
waktu ibadah. Mereka bisa mentukan bulan Ramadhan dan saat berakhirnya bulan
puasa. Terutama sekali, hilal itu dipakai untuk menentukan waktu haji.
Imam Bukhori dan Ibnu Jahir dari Al-Barra’
menceritakan bahwa orang-orang Arab di masa jahiliyyah jika melakukan ihram
harus memasuki rumah nya dari pintu belakang. Kemudia turunlah ayat ini.
Setelah Allah memberitahukan kesalahan yang
mereka lakukan, yakni dalam hal memasuki rumah dari belakang, dan dugaan mereka
bahwa hal tersebut termasuk amal kebajikan yang hakiki. Kebajikan yang hakiki
adalah takwa kepada Allah dengan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
maksiat dan kotor, serta menghiasi diri dengan keutamaan-keutamaan, dan
mengikuti kebenaran-kebenaran dan beramal kebajikan. Datangilah rumah kalian
dari depan, dan hendaklah batin kalian adalah cermin lahiriyah, dan bertakwalah
kepada Allah jika kalian mengharapkan keberhasilan dalam amaliah dan mencapai
tujuan yang dicita-citakan. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah selalu
mendapatkan ilham menuju jalan keberhasilan.[7]
C.
Implimentasi Surat Al-Baqarah Ayat 189 Dalam
Kehidupan Sehari-hari
Di dalam menuntut ilmu, kita diharuskan
menanyakan apa yang belum kita pahami, karena jika kita berusaha menafsirkan
sendiri, maka kita mungkin bisa saja tersesat dalam menuntut ilmu. Di dalam
menanyakan atau menjawab sesuatu itu juga harus ada tata cara dan harus sopan
di dalam bertanya maupun menjawabnya.
Doa meminta dipahamkan ilmu perlu senantiasa
diucapkan, dan memohon kepada Allah agar ilmu itu ditambahNya, sebab Allah-lah
sumber segala ilmu.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Dalam menuntut ilmu itu hendaknya selalu berdoa kepada Allah agar ilmu
yang kita terima tidak menyimpang dan sesuai dengan yang diajarkan Nabi
Muhammad SAW
2.
Di dalam menuntut ilmu, hendaknya belajar untuk bertanya. Jangan takut
dianggap tidak paham oleh orang lain. Yang penting ilmu yang diterima itu
benar.
3.
Di dalam menuntut ilmu, hendaknya juga harus mengamalkannya kepada
orang lain. Karena Rasulullah juga selalu mengajarkan ilmunya kepada orang
lain, agar tidak hanya bermanfaat bagi kita saja, tetapi bermanfaat untuk orang
lain. Selain itu agar kita tidak lupa ilmu yang sudah kita pelajari.
4.
Setelah kita berusaha dalam menuntut ilmu, kita selalu bertawakal
kepada Allah karena hal yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah,
begitu juga sebaliknya. Mungkin ada hal baik yang sudah direncanakan oleh Allah
5.
Selalu berusaha dan tidak langsung pasrah dengan kehidupan yang buruk
atau masih diberi cobaan oleh Allah. Kita harus tetap optimis.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.
Dalam Tafsir
Al-Maraghi, surat Al-Baqarah ayat 189 menjelaskan tentang Mereka menanyakan
mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa yang berfaedah yang kita ambil dari
keadaan bulan yang demikian. Beliau berikan jawaban yang sesuai dengan
kewajiban beliau sebagai Rasul. Yang intinya yaitu bertakwalah kepada Allah jika
kalian mengharapkan keberhasilan dalam amaliah dan mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah selalu mendapatkan ilham
menuju jalan keberhasilan. Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita tidak
mengetahui akan suatu ilmu, hendaknya kita menanyakannya pada orang yang lebih
mengetahui atau kepada para ahlinya. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk
tidak malu dalam bertanya, agar bertambahnya wawasan kita.
Aspek Tarbawi yang
bisa kita ambil dalam surat Al-Baqarah ayat 189, Hendaknya bersemangat dalam
mencari ilmu, supaya bertambahnya wawasan kita, dan menanyakan sesuatu kepada
yang ahlinya.dalam menuntut ilmu itu, harus berani bertanya apabila ada ilmu
yang belum dapat dipahami. Jangan malu untuk bertanya. Dan Rasulullah SAW juga
memberikan contoh kepada kita untuk
mengamalkan ilmunya agar bermanfaat untuk orang lain dan juga agar kita
tidak lupa akan ilmu yang kita pelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Zakiah dkk.1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamka. 2002.Tafsir
Al – Azhar juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Jalaluddin, Imam
Al-Mahalli dan imam Jalaludin As-Suyuti.2010.Terjemahan Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Mustofa, Ahmad.1993.Al-Maraghi Ahmad. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha
Putra Semarang.
Quraisy, Shihab.2005.Tafsir Al-Mishbah. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.
Ustman, Basyirudin.2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
Jakarta: PT. Intermasa.
Nama : Nailu Rohmah
Nim : 2117076
Alamat : Jeruksari rt 01/rw 07,
kec. Tirto Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan : MI Safiyah
Jeruksari (2011)
MTs. Al-AMIN Binagriya Pekalongan (2014)
SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan (2017)
Status : Mahasiswa IAIN
Pekalongan
Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
[2] Zakiyah Drajat dkk, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : buni aksara, 1995), hlm. 307
[5] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam
Jalaludin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010), hlm. 119
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar Jus II,
( Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), hlm. 148-150
[7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi,(Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 146-151
Thanks U! kunjungi juga ya, salam blogger!!!
BalasHapus